Chereads / MATA KETIGA / Chapter 18 - Misteri Sebuah Pabrik 2

Chapter 18 - Misteri Sebuah Pabrik 2

Akhirnya kami sampai dan harus jalan lagi sekitar 45 menit melewati persawahan dan perkebunan, hawanya sangat sejuk. Ah ini pertama kalinya tidak ada sesuatu yang menganggu gue.

"Sungguh berbeda dengan di kota ya! disini banyak pepohonan dan persawahan! hawa pun masih segar dan sejuk !" ujar Sandi di angguki oleh semuanya.

"San engga ngerepotin paman lo kan, dengan kedatangan kita ?" tanya Bayu.

"Santai aja bro! rumah paman itu warisan dari nenek dan kakek! rumahnya cukup besar kok! putra putri paman masih kecil! dan sudah mendapat persetujuannya juga !" jelas Hasan.

"Masih jauh ?" tanya gue.

"Tuh sudah kelihatan kampungnya !" Hasan menunjuk sebuah rumah cukup banyak di seberang sana.

Setelah melewati jembatan yang dibawahnya sungai, kami pun tiba. Kampungnya agak berjarak antara satu rumah dengan yang lainnya. Dan rumah pamannya Hasan cukup besar dan terbuat dari tembok dengan gaya tempo dulu.

"Assalamualaikum ... !" ucap kami.

"Wa alaikum sallam !" jawab seorang perempuan dari dalam dan membuka pintu.

"Bi !" ucap Hasan salim.

"Eh Hasan, ayo masuk! maaf berantakan !" dan mempersilahkan kami masuk.

"Paman ke mana ?" tanyanya.

"Kan masih kerja San, oh iya bagaimana kabar di kota ?" tanyanya.

"Baik, Bi! mamah dan bapa, titip salam buat bibi serta paman !" jawab Hasan.

"Oh syukurkah kalau sehat-sehat semua !" jawab bibinya Hasan.

"Oh iya, beginilah di kampung! maaf kalau suguhannya hanya air saja !" ujar bibi Hasan.

"Tidak apa-apa bi, maaf merepotkan !" jawab Sandi.

"Ah tidak merepotkan! ya sudah pada istirahat dulu! Hasan pake kamar depan saja yang kosong!" perintah bibinya.

"Iya bi !" Hasan mengajak kami ke kamar depan kiri dan kanan yang kosong.

Gue dan Bayu di kamar yang kanan, sedang Hasan dan Sandi di kamar yang kiri. Dan kami pun istirahat.

-------------

Malamnya setelah makan malam kami mengobrol di teras depan dengan ditemani teh hangat dan cemilan, serta binatang malam seperti jangkrik dan kodok serta angin bertiup lembut agak dingin.

"Paman anu, aku kesini karena ... mendengar kalau di tempat kerja sering terjadi kesurupan !" jelas Hasan.

"Oh, iya sih !" jawab pamannya Hasan yang bernama Husein.

"Sekarang masih kejadian ?" tanya Hasan.

"Masih, entah kenapa? padahal sudah datang ustadz dan paranormal tetap saja ada yang kesurupan terutama perempuan !" jawab pamannya.

"Oh begitu, begini paman! aku bawa teman yang bisa melihat dimensi lain, mungkin saja bisa menolong !" sambil menunjuk ke arah gue, dia menatapku sedikit aneh mungkin tak percaya.

"Namanya Rangga !" ujar Hasan.

"Jadi kamu bisa melihat hantu ?" tanyanya.

"Iya bang !" karena terlihat masih muda jadi memanggil abang, jawab gue.

"Oh, paranormal ?" tanyanya.

"Bukan bang, hanya bisa melihat dunia lain saja !" jawab gue.

"Oh gitu !" dia mengangguk.

"Boleh, besok datang saja ke perusahaan ! kamu tahu kan Hasan ?" tanyanya.

"Baik paman !" jawab Hasan.

"Paman mau ustirahat dulu !" ujarnya dan bangun masuk ke dalam. Gue terdiam.

"Ada apa Ga ?" tanya Sandi.

"Engga, cuman dia seperti engga percaya ke gue !" jawab gue.

"Oh, mungkin lo masih muda kali ?" ujar Bayu.

"Mungkin, tapi ... " gue kembali terdiam.

"Tapi apa Ga, ada sesuatu dengan paman gue ?" tanya Hasan. Gue mengangguk.

"Ya udah cerita aja engga apa-apa !" katanya.

"Anu, San! ini penglihatanku saja ya? dia sedang di goda cewek !" ucap gue pelan.

"Hah ?" Hasan dan lainnya terkejut.

"Serius ?" tanya Hasan. Gue mengangguk.

"Soalnya kecium bau kemboja di badannya !" jawab gue.

"Tapi harus gue akui paman lo termasuk kuat San, soalnya di jaga kakeknya, jadi dia itu dari bokap kakek lo ! tapi kalau terus-menerus bisa kebobolan, karena tuh cewek udah cinta mati sama paman lo! paman lo tahu dan sudah menolaknya tapi ceweknya tetap ngeyel !" jelas gue, Hasan terdiam begitu pun yang lain.

"Apa masih bisa di tolong ?" tanya Hasan.

"Ya bisa !" jawab gue.

"Syukurlah, kasihan bibi dan anak-anaknya yang masih kecil !" ujar Hasan.

"Lagi pula, desa sebelah agak jauh dari sini terkenal ilmu peletnya! disana banyak dukun seperti itu dan cukup kuat sehingga banyak orang kesana baik itu laki-laki atau perempuan !" jelas Hasan.

"Gue tahu, paman lo mempunyai daya tarik buat cewek dan itu alami tidak dibuat-buat, apalagi paman lo sekarang sudah punya jabatan yang cukup lumayan di perusahaan itu !" jawab gue. Semua terdiam dan Hasan mengangguk.

Tak lama gue mencium sesuatu kembali dan bangun dari tempat duduk gue, gue berjalan mengikuti arah bau itu, semua tertegun tapi mengikuti di belakang tibalah di samping rumah dan gue berhenti.

"San ini kamar paman lo ?" tanya gue. Dia mengangguk.

Gue pun jongkok dan mulai menggali sesuatu di sana dan gue menemukan sebuah bungkusan kain putih. Semua terkejut. Tapi tiba-tiba benda itu terbakar di tanga gue dan melempar itu ke sebuah selokan di dekat tembok. Semua terkejut.

"Kok terbakar Ga ?" tanya Hasan. Gue tidak menjawab dan menuju selokan dan bungkusan itu masih ada walau tinggal setengah.

Disana ada kertas, bunga setaman, saputangan yang membungkus beberapa helai rambut. Gue terdiam dan berdoa dalam hati. Tiba-tiba gue merasakan sesuatu, tubuh gue bergetar keras. Semua terkejut hendak menolong, tapi gue melarang. Gue meremas bungkusan itu. Dan menarik nafas panjang untuk meredakan semuanya.

"Alhamdulliah, syukurlah !" ucap gue, sambil mengusap peluh gue.

"Ada apa Ga ?" tanya Hasan, gue memberi tanda agar tidak berbicara dulu. Kami pun kembali ke teras.

"Sebaiknya kita tidur !" perintah gue, gue menatap Hasan yang ingin tahu semuanya tapi di urungkan. Kami masuk, dan pamitan tidur dengan paman dan bibi Hasan yang masih mengobrol di ruang tengah.

-----------------

Keesokan paginya, walau udara masih dingin dan rasanya agak malas bangun. Tapi kita tetap bangun dan mandi dengan agak menggigil karena airnya dingin tapi segar. Bibi Hasan agak terkejut karena kami bangun pagi. Tapi sepertinya tahu apa yang terjadi, mungkin suaminya cerita.

Kami sarapan bersama dengan paman Hasan yang kelihatan segar, dan setelah itu pamitan dahulu untuk bekerja, kami akan ke pabrik agak siangan. Akhirnya Hasan memutuskan untuk berbicara dengan bibinya tentang semalam. Bibi Hasan terkejut apalagi ketika gue memberikan bukti bungkusan itu, dia tetlihat sedih tapi dia menyadari siapa perempuan yang mengejar suaminya.

Bibi Hasan sudah curiga tapi tidak bisa berbuat apapun juga. Dia berterima kasih kepada gue tentang semuanya.

"Maaf bi, dia itu tak akan puas sebelum mendapatkan lelaki yang di pujanya! hatinya sudah tertutup ! bila ini gagal, dia tetap mencari yang lain! sayang, kali ini ada efek lain yang akan berakibat buruk kepadanya yang tidak diketahui oleh dirinya! tapi akan sangat berbahaya bagi paman Husien, bila kena akan lupa akan semuanya !" jawab gue.

"Masya Allah !" dia terkejut dan mengelus dadanya.

"Lalu apa yang terjadi tadi malam Ga ?" tanya Hasan.

"Si dukun ini rupanya pintar juga, bila ketahuan akan terbakar tapi dia akan kembali menyimpan ini di tempat lain yang jelas masih di seputar rumah hingga apa yang menjadi keinginan tercapai! dan ini sudah melibatkan mahluk astral yaitu ... pocong !" semua terkejut atas penjelasan gue.

"Lebih tepatnya sih talinya !" menunjukan ada sedikit tali yang kotor dan bau yang menyengat, semua menjadi bergidik ngeri.

"Lalu efek buat si cewe itu apa ?" tanya Sandi. Gue menghela nafas.

"Gila !" jawab gue, semua terdiam.

"Ini telah gagal, karena sudah ditemukan dan semua ajinya juga hilang! bila mau harus melakukan ritual lagi dan itu semua ada waktunya! bila waktu yang di tentukan berhasil ya, tadi yang terjadi! tapi bila gagal total seperti ini efek buat si cewek langsung terasa !" jelas gue.

"TOOOLLLOOONNG !!

Tiba-tiba ada sebuah teriakan terdengar dari luar, semua terkejut ...

Bersambung ....

Note : Sekali lagi ini hanya cerita, karangan penulis... mohon maaf bila tidak sesuai dengan kenyataan atau apa yang terjadi ... ini semua imajinasi dari penulis bukan pengalaman seseorang atau kejadian nyata ...