Waktu terus berlalu, gue sudah mulai terbiasa dengan berbagai hal yang terjadi di sekolah, dulu gue hanya bisa menunduk dan takut akan keberadaan mahluk astral tapi sekarang justru memperhatikan secara seksama rupa dan bentuk mereka yang beragam. Kalau boleh di katagorikan disekolah gue hanya ada dua yaitu roh yang berwujud manusia dengan berbagai kondisinya, kedua siluman, bisa berbentuk hewan atau keduanya setengah hewan dan manusia.
Ya, keberadaan mereka memang ada di sekitar kita, hanya saja manusia tidak bisa melihat dunia mereka. Manusia menganggap bahwa kita sendiri di dunia ini padahal tidak. Mereka hidup berdampingan dengan kita.
Akhirnya teman-teman sekelas mengetahui kemampuan gue, setelah ada satu peristiwa yang membuat semua terkejut. Ketika salah satu teman perempuan kesurupan, dan menurut pihak sekolah hal seperti itu memang sering terjadi di setiap kelas di seluruh sekolah, mau kelas satu atau dua bahkan tiga pun pernah ada yang mengalaminya, bagi gue tak heran karena banyak aktivitas di sekolah gue. Biasanya karena 'iseng' dari mereka untuk menunjukan keberadaannya, atau mungkin salah satu murid melanggar wilayah mereka, karena ketidaktahuan tentang hal itu. Setidaknya ada 10 wilayah kekuasaan mereka di sekolah ini dan itu cukup banyak. Mahluk astral ini biasanya menempati pohon yang bertebaran di depan sekolah, halaman depan, samping atau belakang. Sedang roh manusia sukanya di WC, gudang atau kelas yang tak terpakai.
Suatu siang semua sedang beristirahat termasuk gue yang baru pulang dari kantin. Di depan kelas ada bangku panjang sehingga teman-teman bisa nongkrong disitu, sementara kelas termasuk sepi. Gue sempat melihat sekilas ada dua orang di dalam kelas.
"Yang di kelas siapa ya ?" tanya gue kepada teman-teman yang sedang duduk.
"Oh si Sinta! dia orangnya gitu jarang ke kantin, suka bawa bekal sendiri !" jawab mereka. Iya sih, gue tahu tapi ...
"Lo kenapa Ga ?" tanya Sandi melihat raut muka gue.
"Ko ada dua orang ya di kelas ?" semua terdiam setelah mendengar omongan gue.
"Ah perasaan lo aja kali !" ujar Robi, mungkin saja semua sudah mengetahui rumor tentang gue.
Akhirnya semua masuk kelas, termasuk gue, ketika masuk satu orang lagi tidak terlihat lagi berarti yang satu memang 'Itu' tak lama ...
"Hi ... hi ... !" suara tawa terdengar pelan tapi jelas, semua melirik ke arah Sinta yang kepalanya menunduk.
"Hiks ... Hiks ... !" kali ini justru dia menangis.
"Ga kenapa tuh Sinta !" teriak Sandi, semua melirik ke arah gue, yang menatap lekat ke perempuan bernama Sinta.
"Mba kunti !" ujar gue, semua langsung terdiam.
"Hi ... hi ... semua jahat !" ucapnya dengan suara membuat merinding.
Semua anak cewek langsung menjerit dan heboh, mereka bahkan ada yang keiuar karena takut.
"Gimana nih Ga ?" tanya Dita dan Dina yang takut juga. Gue terdiam.
"Biar gue yang bicara semua duduk dan diam, mending baca doa apapun deh !" ujar gue, semua terdiam dan mulai membaca doa. Gue pun mendekati Sinta yang masih menunduk.
"Hai, kamu ... yang tinggal di pohon pisang di belakang kelas ya ?" tanya gue.
"Hiks ...hiks ...!" dia tidak menjawab hanya menangis.
"Aku tahu, kamu meninggal karena aborsi alias hamil di oleh pacar kamu !" kata gue melihat kilas balik masa lalu dia, semua terdiam.
"Hi ...hi ... kalau benar emang kenapa ?" wajah Sinta akhirnya menatap gue dengan mata melotot.
"Mending kamu keluar dari situ !" ucap gue.
"Kalau tidak mau? hi ... hi ... !" Sinta menyeringai.
"Tak ada gunanya, berkeluh kesah toh pacar kamu juga sudah meninggal karena kecelakaan !" ekpresi Sinta berubah sedih.
"Aku akan berdoa semoga kamu tenang di alam sana !" kataku sambil menyentuh kepalanya, gue memejamkan mata dan berdoa. Sinta pun menjerit dan berteriak.
"Panas ... ampun ... panas !" sahutnya tubuhnya menggeliat sebelum akhirnya jatuh lunglai pingsan. Gue meminta bantuan untuk membaringkan di kursi dan juga mengambil minuman. Tak lama dia sadat, guru pun datang, rupanya ada yang memanggil mereka ke ruang guru.
---------------
Setelah kejadian itu, berita pun cepat menyebar dari mulut ke mulut. Akhirnya satu sekolah tahu tentang gue sebagai anak 'Indigo'. Anehnya setelah itu gue diajak untuk colab ikut channel Youtube mereka tentang mencari hantu, tentu saja gue menolak. Walau bagaimanapun gue belum bisa seperti orang-orang diluar sana yang sudah kuat dan terbiasa dengan kemampuannya itu.
Ada juga, yang bertanya macam-macam. Tentang jodohlah, atau curhat tentang keadaan keluarganya, ada yang di ganggu jin, bapanya selingkuh atau apapun itu membuat gue pusing. Gue katakan kepada mereka, gue bukan dukun, paranormal dll. Gue hanya bisa melihat dunia astral, lain dsb titik hanya itu. tidak bisa meramal masa depan seseorang atau mengobati penyakit.
Akhirnya mereka menyerah, dan gue bisa tenang kembali. Gue memilih menjadi pramuka sebagai kegiatan Extrakulikulernya. Cerita seminggu lagi akan di adakan jambore sekolah alias kemping disebuah gunung di sana memang ada kawasan itu. Kami di bagi 20 kelompok yang satu keompok terdiri dari antar kelas satu sampai tiga dan itu termasuk cewek.
Gue termasuk kelompok 5 dengan Sandi dan Hasan dan satu kelompok terdiri dari 15 orang. Cukup banyak karena sebagian menjadi kakak pembina, karena pangkatnya sudah tinggi.
--------------------
"Eh tahu engga, hutan tempat wisata tempat kemping kita nanti angker loh !" ujar kakak kelas bernama Yudha yang sekelompok dengan kami.
"Serius ?" tanya anak kelas satu lain sama dengan gue.
"Engga percaya ? banyak yang kesurupan loh !" jawabnya, semua menjadi terdiam.
"Yudha jangan nakutin orang lain! tenang, asal kalian tidak betbuat macam-macam insya allah akan baik-baik saja !" ujar pak Ahmad yang sebis dengan kami dalam perjalanan ke bumi perkemahan yang kami tuju.
"Semua tempat itu ada, cuman kita harus kulo nuwun, atau ucap salam dan berdoa semoga kegiatan kita selamat sampai selesai !" nasehatnya.
"Iya pak !" jawab kami semua.
Harus di akui tempatnya sangat indah, disini ada air terjun dan danau. Ada permainan outbond yang menggoda untuk di mainkan. Kami pun tiba dan berkumpul di sebuah lapangan terbuka di sekililingnya berbukit-bukit.
Kami diminta untuk dikumpulkan di lapangan untuk upacara dulu untuk selanjutnya membuat tenda. Kelompok kami membuat tenda di agak atas, tapi gue menolak bukan apa-apa itu agak pojok.
"Gue kira ada apa-apa !" ujar teman yang lainnya.
"Malsudnya ?" tanya gue.
"Itulah !" jawabnya.
"Bilang aja hantu !" ujar Sandi.
"Oh, ada ... banyak! cuman kalo disini, pertama deket WC dan mudah untuk yang lainnya! disini adem dan cukup hangat, karena malamkan dingin !" jawab gue memberikan alasan kenapa disini, semua mengangguk dan setuju.
Kami akan disini selama 3 hari kedepan. Semua pun mulai membuat tenda ada tiga berukuran sedang, setelah itu membuat perapian untuk memasak dan lainnya, semua akan dinilai dan akan mendapat hadiah.
Bersambung ....