"Huek .... Huek ...!
Semua merasa mual dan pusing setelah melihat apa yang terjadi tadi, termasuk gue sebenarnya, karena sangat mengerikan.
"Hei kalian itu sedang ngapain !" kami terkejut melihat mang Soleh sudah berada di dekat kami.
"Anu mang sedang ...." ucap Sandi tak melanjutkan karena masih terkejut.
"Anu mang ... sedang pengen tahu noda itu apa beneran atau bohongan !" jawab Bayu, sambil menunjuk ke arah noda di lantai.
"Oh, ya beneran atuh! di bersihin juga kagak ilang tuh noda !" jawab si mamang sambil memandang noda itu.
"Sejak kapan mang ?" tanya Dina.
"Wah tidak tahu tepatnya sih! yang jelas sejak jaman penjajahan Belanda dulu !" jelasnya.
"Emamg ada peristiwa apa ?" tanya gue penasaran. Semua terkejut dengan pertanyaan gue, tapi terdiam.
"Katanya sih ada pembunuhan 3 orang guru ! yang dilakukan oleh seorang murid yang sangat bandel dan nakal yang ternyata anak kepala sekolah! bapaknya dan dua orang guru mati di tembak olehnya karena marah, kejadiannya sabtu sore dan baru diketahui hari seninnya !" cerita si mamang Soleh. Semua terdiam.
"Lalu yang membunuhnya gimana ?" tanya Dina.
"Ya di tangkap atuh, katanya pembunuhan itu menjadi berita yang heboh di jaman itu! si murid dihukum 30 tahun penjara dan itu hukuman terberat untuk anak 16 tahun waktu itu! beritanya ada di arsip sekolah dan disimpan di perpustakaan !" jawabnya.
"Sudah, kalian pulang saja, sudah sore !" perintahnya.
"Iya mang, kami permisi !" ucap gue dan semua pun pergi.
"Yang tadi itu bukan mang Soleh !" ujar gue, semua terkejut. Setelah di luar.
"Lalu siapa dong ?" tanya Bayu,
"Yang asli ada disana! sedang yang tadi gue lihat dadanya bolong, mukanya berdarah dan ada kumis kecil !" sambil menunjuk ke mang Soleh sedang menyapu halaman, semua terkejut dan tak berkedip.
"Loh kalian belum pulang ?" tanyanya heran.
"Anu tadi ada yang ketinggalan mang, permisi !" ucap kami permisi pergi.
--------------
Dan memang benar, di perpustakaan sekolah ada arsip sejarah tentang semua kejadian disini. Gue terdiam, dan perlahan melirik ke arah perempuan yang menunduk tidak jauh dari tempat duduk gue, rambut panjangnya menutupi wajahnya. Bukan hanya dia. Setidaknya ada 4 orang berbeda jaman dengan berbagai kondisi bagaimana mereka meninggal.
Gue mengehela nafas, dan bangun dari tempat duduk untuk pergi dari ruangan perpustakaan.
"Tolong aku ..." gue mendengar cewek itu berbicara pelan. Gue hendak melangkah tapi terasa berat karena tangannya memegang pundak gue, dan gue membaca doa, tangan itu terlepas.
"Tolong aku ..." bisiknya meratap sedih.
"Maaf gue tak bisa menolong lo !" ujar gue, ia pun mengangkat wajahnya, gue memalingkan wajah karena sebagian wajahnya hancur !
"Tolong aku, aku mau meminta maaf kepada kedua orang tuaku !" ucapnya. Gue terdiam.
"Aku harusnya mendengar larangan mereka, kalau tidak mungkin aku masih hidup !" lanjutnya.
"Memang kenapa ?" dia terdiam, akhitnya dia cerita, waktu itu dia ada janji dengan temannya tapi dilarang pergi, sayang dia nekad pergi. Tanpa di duga di jalan dia ditabrak didepan sekolah ini.
"Gue tidak tahu siapa nama orang tua lo! mungkin saja sudah meninggal !" jawab gue.
"Hiks ... hika ... !" dia menangis, Gue menatap tuh cewek dan melihat kilasan dimasa lalunya dan benar apa yang dikatakanya.
"Baiklah gue akan menolong lo !" dia tersenyum, gue memejamkan mata dan berdoa untuknya setelah itu dia menghilang.
"Ssttt ... siapa cowok itu? dari tadi ngomong sendiri ?" gue mendengar bisik-bisik dan tersadar.
"Kayaknya anak baru sih !" ujar salah satunya melirik ke arah gue. Dan gue pun memutuskan pergi.
"Lo mau balik Ga ?" tanya Sandi sambil membereskan buku-buku termasuk gue.
"Iya tapi gue mau ke suatu tempat dulu !" jawab gue.
"Kemana ?" tanya Dina dan Dita mendengar gue ngobrol, gue menghela nafas dan akhirnya bercerita tentang apa yang terjadi di perpustakaan, semua terdiam.
"Gue duluan ya !" ujar gue pamitan semua mengangguk.
-----------
"Waduh, gue bingung! sepertinya sudah berubah sekarang !" gue celingukan di daerah yang menurut gue masih asing.
"Woi lo sedang ngapain disini ?" gue terkejut dan ternyata itu Bayu.
"Gue lagi cari rumah seseorang! lo sendiri lagi ngapain disini ?" tanya gue heran, kok bisa ketemu sama dia.
"Ini kan daerah rumah gue !" jawabnya.
"Oh ...!" gue mengangguk.
"Emang yang dicari siapanya lo ?" tanya dia, gue terdiam dan akhirnya gue cerita.
"Gila lo ya, lo mau aja di suruh sama hantu !" ucapnya agak marah.
"Apa salahnya menolong coba !" jawab gue.
"Ya ini masalahnya! lo engga tahu alamatnya, dan ini udah sore! lo ngebelain tuh setan !" ujarnya lagi.
"Lo tahu rumah bu Marni ?" tanya gue.
"Lo tuh ya ... ya udah kita cari sama-sama ! naik cepet kita naik motor gue !" perintahnya, gue agak ragu tapi akhirnya naik juga dibelakangnya Bayu dan dia mulai menjalankan motornya.
"Anjir, pelan-pelan napa !" gue terkejut dan mulai memeluknya karena Bayu menjalankan motor dengan cepat.
Akhirnya berkat Bayu, gue bisa bertemu dengan ibu Marni yang sekarang mempunyai warung kecil.
"Assalamualaikum !" ucap kami mengucap salam.
"Wa alaikum sallam !" seorang perempuan tua membalas dan keluar dari rumah.
"Dengan ibu Marni ?" tanya gue, dia terdiam.
"Bu Marni ini Bayu anak ibu Julia !" ujar Bayu,
"Oh den Bayu, ayo masuk ke dalam !" ajak nya dan kami pun masuk ke dalam.
"Ada apa ya ?" tanyanya dengan terkejut, gue melihat sebuah foto dan itu adalah Susan rupanya wajahnya cantik.
"Itu Susan ya bu ?" tanya gue, wanita itu tertegun karena gue tahu namanya.
"Iya betul, tapi sudah meninggal 20 tahun lalu ketika usia 16 tahun karena kecelakaan !" jawab bu Marni, raut wajahnya berubah sedih.
"Anu ... saya ketitipan pesan dari almarhumah untuk ibu !" kataku ia terkejut.
"Bu Marni, teman saya ini seorang ... indigo bisa melihat hantu !" ujar Bayu, gue tertegun.
"Oh !" jawabnya masih tidak mengerti. Akhirnya gue cerita tentang semuanya. Ibu Marni menangis.
"Ibu mah sudah dari dulu sudah memaafkan dia! mungkin sudah takdir dari yang di atas !" ucapnya sambil mengusap air mata, gue melihat sosok Susan ada di sana ia menangis dan tersenyum, ia mengucapkan terima kasih dan menghilang.
Kita berdua pamitan, Bayu memaksa untuk mengantar gue pulang dan gue tak bisa menolak.
"Jadi ini rumah lo ?" tanyanya sambil menatap rumah gue.
"Memang kenapa ?" tanya gue heran.
"Engga, ya udah gue pergi !" pamitnya dan gue hanya mengangguk.
Di rumah, mama bertanya dari mana saja sore hari baru pulang. Gue menjawab dari rumah teman, Oh iya gue punya kakak cewek dia sudah kuliah di luar kota. Jadi gue tinggal bertiga di rumah. Gue terdiam, ini pertama kalinya gue berinteraksi dengan mahluk astral. Sejak masuk SMU kehidupan gue mulai berubah, entah apa yang terjadi selanjutnya dan yang membuat bahagia. Ini pertama kainya gue punya teman, setelah selama ini gue di anggap aneh dan menakutkan ...
Bersambung ....