"Woi, Ga engga ke kantin !" teriak Sandi ke gue yang mau ke perpustakaan waktu jam Istirahat.
"Engga, gue mau ke perpus !" jawab gue sambil menunjuk ke arah gedung perpustakaan.
"Oh ya udah !" ujarnya dia pun pergi bersama Hasan.
Gue melangkahkan kaki ke gedung utama, dimana gue dulu registrasi ulang dengan papa waktu pertama kali kemari. Kali ini agak berbeda dengan yang dulu suasananya, kini ramai dan sedikit berisik oleh banyaknya anak-anak, sedang dulu agak sepi. Walau begitu mahluk astral tetap ada tapi sedikt sekali.
"Eh lo lihat engga ada noda darah dekat tangga menuju ke atas ?" tanya seseorang, yang lain 3 cewwk itu menggeleng.
"Menurut cerita kakak gue yang pernah sekolah disini, urban legend yang terjadi di sekolah ini banyak loh! salah satunya noda darah di lantai dekat tangga itu !" ujar cewek yang berambut panjang.
"Oh iya, gue juga pernah denger loh !" jawab yang lain.
"Emang kenapa dengan noda darah itu ?" tanya yang lainnya.
"Katanya bekas orang dibunuh ! tapi noda darah itu tidak bisa dihapus, bahkan beberapa kali diganti tuh ubin di ganti, tetap ada nodanya !" jelas yang lain.
"Ih serem ah, balik yuk! gue suka mimpi buruk loh! kalau denger cerita hantu !"
"Alah penakut lo !" ujar yang lain bercanda. Mereka pun pergi, gue terdiam.
Gue pun menuju perpustakaan yang letaknya di lantai dua. Gue pun menuju tangga atas, tampa di duga ada anak lain yang menyenggol gue hingga mau terjatuh tapi untung dekat tembok jadi hanya menyandar disitu.
"Kok kaki gue lengket !" ucap gue, sepatu gue seperti kena lem, dan ketika melihat ke bawah gue terkejut banyak noda darah di lantai berwarna merah pekat serta banyak menggenang dan ada beberapa mayat tergeletak di sana, bau anyir sangat kuat menyeruak membuat gue pengen muntah.
"Huek ...!" gue menutup mulut dan tubuh gue lemas.
"Kamu engga apa-apa ?" tanya seseorang dan ketika menatap yang menyentuh pundak, gue melihat seorang guru, tapi sayang mata gue berkunang-kunang dan tak ingat apapun juga saat itu.
------------------
Gue pun terbangun dan ternyata berada di ruang uks , kepala gue masih terasa pusing.
"Kamu sudah bangun Rangga ?" tanya seseorang dan itu ternyata Pak Ahmad.
"Iya, pak !" jawab gue.
"Minumlah !" dia memberikan gelas minuman ke gue dan meminumnya.
"Kamu kenapa, sakit ?" tanyanya.
"Engga pak, cuman mau keperpustakaan tadi, tapi ..." gue terdiam.
"Tapi kenapa ?" tanyanya, apa gue bilang ya ?
"Tidak apa-apa katakan saja !" ujar pak Ahmad tersenyum.
"Anu pak ..." gue pun menceritakan apa yang terjadi. Pak Ahmad terdiam.
"Apa yang kamu lihat ?" tanya Pak Ahmad sambil menatap gue,
"Pembunuhan pak !" jawab gue.
"Kamu orang ketiga yang bisa melihat itu! kamu anak indigo ya ?" tanya Pak Ahmad.
"Entah pak, sejak umur 7 tahun aku sudah bisa melihat dunia lain !" jawab gue.
"Oh, pantas! bapak sudah memperhatikanmu berbeda dari yang lain !" Pak Ahmad tersenyum.
"Ya sudah. kamu boleh ke kelas! sudah masuk dari tadi !" ucapnya.
"Iya, pak! permisi !" aku pamitan menuju kelas.
"Lo dari mana, katanya ke perpustakaan kok baru kembali sekarang ?" tanya Sandi.
"Gue pingsan tadi !" jawab.
"Apa !" Dita dan Dina pun terkejut, untung pelajaran sudah selesai.
"Ko bisa, apa ada mahluk yang masuk ?" tanya mereka, gue menggeleng.
"Kalian tahu noda darah di dekat tangga ?" gue balik bertanya. Mereka saling pandang dan mengangguk.
"Gue melihat kilasan masa lalu yang mengerikan !" jawab gue.
"Serius, apa itu ?" tanya mereka penasaran.
"Pembunuhan !" jawab gue.
"Masa sih, itu bohong tahu !" tiba-tiba Bayu nimbrug dalam obrolan.
"Yu, lo itu ya! itu udah menjadi cerita urban legend disini kali !" ujar Dita sebal sama Bayu
"Gue engga percaya !" jawabnya ngeyel.
"Bagaimana kalau sore ini kita kesana dan membuktikannya !" ujarnya terlihat sombong.
"Serius ? lo engga takut kan ?" tanya gue sambil menatap Bayu, dia melotot kepada gue.
"Engga, asal lo semua ikut sebagai saksi ! lo bisa membuktikannya kan ?" tanyanya dengan menatap gue.
"Bisa saja sih !" jawab gue tenang.
"Oke nanti kalian semua tidak boleh pulang! tunggu semuanya pergi !" ujarnya dan dia pun pergi.
"Gue sih engga apa-apa, hanya penasaran !" semua mengangguk. Gue sih oke saja.
-------------------
Pulang sekolah, gue, Sandi, Dita, Dina dan Bayu tidak langsung pulang, tapi menunggu sampai sekolah kosong baik murid maupun guru kecuali penjaga sekolah.
"Kalian siap ?" tanya Bayu, semua mengangguk.
Kita pun akhirnya masuk kembali kesekolah secara diam-diam, mang Soleh rupanya belum menutup pintu pagar dan ruang utama karena masih membereskan kelas lainnya.
Kami pun sampai di dekat tangga menuju atas, terlihat jelas ada noda merah menempel di sana diatas ubin berwarna putih, sepertinya sudah pernah diganti sebelumnya, karena yang gue lihat berwarna kuning bercorak kembang-kembang.
"Nah, sekarang giliran lo Rangga untuk buktikan kalau noda darah itu bekas pembunuhan! kalau menurut gue sih itu di sengaja untuk menakuti murid-murid doang !" jawab Bayu cuek.
"Eh lo Bayu, jangan sembarangan ngomong ya! kualat nanti lo baru tahu rasa !" semprot Dina, semua mengangguk.
"Jadi lo semua pengen tahu tentang masa lalu tempat ini ?" tanya gue.
"Iyalah, lo harus membuktikan omongan lo !" ucap Bayu, gue melirik ke arah yang lain.
"Gue ... hanya penasaran setelah itu udah !" ucap Dita di angguki yang lain.
"Oke, pengang tangan guel satu orang saja! yang lain penggang tangan di sebelahnya, gue akan transfer energi gue buat kalian ikut merasakan apa yang tetjadi disini !" perintah gue. Dina memegang tangan gue, lalu Dita ke Dina begitu pun Sandi ke Dina. Sedang Bayu malah berdiri di samping gue memegang tangan gue langsung.
"Sudah siap ?" tanya gue, semua mengangguk. "Kalau begitu tutup mata kalian !" perintah gue, Setelah semua menutup mata, gue pun berdoa dan merasakan transfer energi, tangan Bayu memegang tangan gue dengan cukup keras dia ketakutan.
"Sekarang buka mata kalian !" perintah gue, semua terkejut.
"Ini dimana !" tanya mereka.
"Jangan di lepas ya tangannya !" ucap gue. Kami berpegangan erat dan tubuh saling merapat.
"Ini di sekolah, kita berada di dimensi masa lalu! kita disini hanya bayangan melihat peristiwa di masa lalu yang masih ada di sekolah kita !" jawab gue.
Kondisi hari itu sore sama dengan sekarang, tiba-tiba kami dikejutkan dengan pertengkaran antara seorang anak muda dengan seorang bapa-bapa berkumis, bahasanya tidak kami mengerti yang jelas dari perawakannya bahwa mereka adalah bangsa Belanda. Si anak muda terlihat marah dan pergi begitu saja. Sementara lelaki itu mungkin seorang guru hanya menggeleng kepala melihat prilaku pemuda itu. Tak lama datang dua orang guru perempuan dan mengobrol dengan serius.
Tiba-tiba anak muda itu datang kembali, dengan marah dan membawa senapan ! ketiga guru itu terkejut bukan main dan tampa diduga ketiganya di tembak.
"DOORR !"
Satu persatu roboh, seorang perempuan menjerit dan kemudian tewas terjatuh, si pemuda tertegun dan berlari meninggalkan ketiga orang guru yang bersimbah darah, keadaannya sungguh mengerikan darah terus menetes menggenangi lantai bau anyir pun tercium.
Tiba-tiba semua buram dan kami kembali ke tempat semula, semua menutup mulut karena mual ...
Bersambung ...