"Sebanyak apa ?" tanya Sandi, penasaran, tiba-tiba sebelum gue jawab ...
"AAAAAA .... !"
"Hiks ... hiks ... !"
"Hi ... hi ... !"
Dalam waktu singkat terjadi sesuatu secara bersamaan dilapangan, semua terjadi di kalangan anak perempuan, tentu saja semua terkejut dan tak menyangka.
"Kalian semua jangan kosong pikirannya !" teriak seseorang memperingatkan kami.
"Berdoalah, sebisa kalian !" kembali terdengar teriakan yang ternyata dari guru pendamping. Sementara kakak kelas berusaha menenangkan dan memisahkan yang lain agar tidak merembet.
"Sepertinya kejadian lagi tahun ini, tapi syukurlah ini lebih sedikit !" ujar salah seorang kakak kelas.
"Udah lo jangan senang dulu, lo ke kelompok sana pimpim doa !" jawab temannya.
Teriakan, tangisan dan jeritan masih terdengar, bahkan ada anak lelaki yang juga kerasukan dengan bahasa kakek-kakek seperti memarahi. Seluruh panitia MOS mulai panik mereka berusaha menenangkan semua. Gue pun memejamkan mata berdoa supaya yang lain tidak kena, dengan membentengi yang tersisa agar tidak kemasukan.
Yang kerasukan mulai di bacakan ayat al qur'an dan yang sudah, di bawa ke ruang kelas untuk di beri minum. Total ada 6 orang yang kerasukan dari sekian banyak murid baru yang ikut MOS. Tapi Syukurlah semua sudah teratasi. Api Unggun di nyalakan, kami terdiam dan berdoa agar kami diberi keselamatan dalam menempuh pendidikan disini. MOS pun selesai.
"Lo bener Ga !" ujar Hasan dan Sandi ketika pulang.
"Gue gemetaran lo, baru kali ini gue ngalamin yang seperti ini !" ujar Sandi sambil bergidik takut.
"Ini semua berkat kalian juga yang selalu ingat yang di atas !" jawab gue, mereka mengangguk.
Bagi mereka mungkin telah selesai, tapi bagi gue ini baru permulaan pengalaman dan petualangan gue selama sekolah disini, karena sampai kapanpun mata ini selalu melihat mereka dimana-mana.
-------------------
Sekolah hari pertama gue lalui dengan baik, untuk sementara gue bisa menutup mata batin gue. Hubungan gue dengan teman yang lain termasuk baik. Gue merasa senang, karena tak dijauhi setelah tahu gue bisa melihat dimensi lain.
"Ga, beneran lo bisa melihat hantu ?" tanya Dina teman cewek yang duduk di depan gue dan Sandi.
"Iya !" gue mengangguk.
"Lo tahu kan waktu MOS kemarin, Rangga udah memperingatkan kita loh !" sela Sandi.
"Oh gitu !" ucap Dita teman sebangku Dina.
"Katanya di bangku pojok itu ada orangnya !" sahut Sandi lagi sambl menunjuk ke bangku pojok sana.
"Serius Ga ?" keduanya terkejut.
"Iya, tapi biasa aja! maksud gue hanya sekedar tahu saja tak usah dipikirkan !" jawab gue menenangkan.
"Emang banyak disini Ga ?" gue hanya mengangguk.
"Banyak, sekolah ini di bangun pada masa penjajahan Belanda! jejak masa lalunya masih tertinggal disini !" jelas gue.
"Oh gitu, iya sih nyokap gue dulu sekolah disini juga !" ujar Dina, Dita pun mengangguk, kalau dia bokapnya.
Gue pun menceritakan sejarah sekolah ini sejak awal berdiri hingga sekarang. Dulu yang bersekolah disini hanya anak-anak Belanda saja walaupun ada pribumi mereka dari para kaum bangsawan saja. Gue pun menunjukan posisi bangku pada jaman itu, meja kayu besar hanya berjumlah 10 buah, masing-masing di isi satu orang murid saja. Mereka menulis menggunakan tinta dan pena yang dicelupkan, jadi harus hati-hati kalau salah harus di buang dan di ulang kembali dan itu sangat mahal bagi ukuran orang seperti kita.
Semua mendengarkan cerita gue dengan seksama tanpa ada rasa takut atau sangsi cerita gue bohong.
"Lalu apa ada kantin sekolah ?" tanya Sandi. Gue menggeleng kepala.
"Mereka bawa sendiri dari rumah, biasanya roti Sandwich dengan isi berbeda termasuk membawa termos minum sendiri !" jawab gue.
"Oh begitu !" mereka mengangguk.
"Disini ada hantu yang cukup terkenal !" ucap gue.
"Siapa ?" Tanya Dina.
"Maria namanya ! tak usah gue sebutkan nama panjangnya! ia meninggal bunuh diri karena cintannya tak direstui oleh kedua orang tua, dia mencintai seorang pemuda pribumi !" jawab gue.
"Apa dia disini ?" tanya Dita. Gue menggeleng.
"Engga di lantai dua !" sambil menujuk ke gedung berlantai dua yang menyatu dengan ruang kepala sekolah dan guru, termasuk perpustakaan.
"Dia suka munculnya tengah malam, berjalan di lorong sambil menyanyi lagu Belanda !" jelas gue.
"DOOR ... !"
"AAAA ... Anjir lo Bayu, ngagetin gue !" teriak Dina, kaget dan takut.
"Pada serius banget ! cerita apa sih ?" tanya Bayu, yang tampangnya badboy.
"Cerita hantu !" jawab Sandi yang juga kaget.
"Dih yang gituan di percaya !" ucapnya cuek.
"Apa lo engga inget kejadian waktu MOS kemarin ?" tanya Dita.
"Ya inget lah tapi ngapain juga takut ? lo Ga jangan cerita hantu gitu, lo bohong kali masa ada hantu noni Belanda gitu !" ucapnya tak percaya.
"Eh Yu, si Rangga ini bisa lihat hantu kali !" ujar Sandi.
"Oh ya, coba lihatin hantunya ? engga bisa kan, lo bohong Ga ! ya elah yang gitu aja di percaya !" ucapnya mengejek dan pergi. Gue hanya terdiam saja.
"Udah Ga, lo engga usah perduliin omongan si Bayu !" ujar Dita.
"Gue udah biasa kok, di anggap seperti itu ! makanya gue selalu diam bila ada sesuatu, karena tidak semua orang percaya apa yang gue lihat! lebih baik disimpan hanya buat gue pribadi !" jawab gue hanya tersenyum.
"Kita percaya kok, Ga !" sahut semuanya.
"Bagus, kita boleh percaya mereka ada, tapi Bayu benar juga jangan takut sama mereka, karena mereka ciptaan Allah SWT juga ! kita hanya takut kepadanya dan meminta perlindungan keselamatan hanya kepada yang di atas !" jawab gue.
"Amiin !" jawab semua sambil tersenyum
-----------------
Sekolah pun berakhir, tapi gue mau ke WC dulu sebelum pulang. Pelajaran terakhir tadi memang kosong, karena gurunya ada keperluan, jadi semua hanya mengobrol, sebagian lagi malah main basket dan ke kantin.
Di WC gue sempat bertemu Bayu yang baru selesai main basket badannya basah oleh keringat, harus di akui sepertinya dia sering olah raga, terlihat badannya bagus, gue yakin dia bakalan masuk tim basket sekolah.
"Eh lo Ga !" dia cukup terkejut melihat gue.
"Iya ini gue, emang kenapa ?" tanya gue heran.
"Engga, lo baru masuk ke sini kan ?" tanya sambil melihat di belakang gue.
"Ya iyalah, kan baru bubar kelasnya !" jawab gue.
"Emang kenapa Yu ?" tanya gue.
"Ga, lo tunggu disini ya jangan kemana-mana! gue mau membawa tas gue dulu di kelas !" perintahnya.
"Kenapa lo takut ? ini kan siang ?" ucap gue.
"Anjir lo, pokoknya tunggu disini, awas lo ya kalau lo pergi !" ujarnya dengan menatap gue tajam.
"Iya, sono pergi! gue tunggu !" jawab gue. Tak lama Bayu datang membawa tas, nafasnya terengah habis berlari. Ternyata dia meminta gue menemani ganti baju.
"Bruk !" terdengar suara pintu di tendang seseorang. Gue dan Bayu terkejut.
"Anjir siapa itu !" teriaknya, tanpa sadar tubuhnya mendekat ke gue.
"Udah, cepetan lo ganti baju !" ucap gue, Bayu membuka tasnya mengambil bajunya sambil ia bertelanjang dada.
"BRUGH !" suara itu kembali terdengar, gue tahu ulah siapa itu. Tepatnya berada di belakang WC cowok di sana ada pohon Besar yang di huni mahluk astral berbentuk monyet.
Bayu kaget karena cukup keras, tanpa sadar memeluk gue, gue terkejut dan tak menyangka Bayu setakut itu.
"Apaan sih itu !" tanya, ia melepas pelukan karena malu.
"Hantu !" jawab gue, "Lebih tepatnya siluman kera !".
"Serius ?" tanyanya tak percaya.
"Lo mau lihat ? gue bisa membuka mats batin lo agar bisa melihat seperti gue ?" tanya gue. Dia terkejut.
"Engga-engga! ngapain !" ujarnya menolak.
"Kali aja lo tak percaya sama gue !" balas gue cuek.
"Gue keluar aja ya !" ketika gue hendak pergi Bayu memegang tangan gue erat.
"Kalau lo berani pergi awas lo !" ucapnya agak marah, walau gue tahu ia berdebar ketakutan.
"Iya makanya cepetan !" perintah gue, akhirnya dengan cepat memakai bajunya.
"Sialan, gue pengen kencing !" tiba-tiba Bayu menarik tangan gue masuk ke kamar mandi, gue terkejut ....
Bersambung ....