Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Surat Dari Surga

🇮🇩Mira_suenaga2020
10
Completed
--
NOT RATINGS
10.6k
Views
Synopsis
Kriss seorang pria paru baya yang baru saja di tinggal oleh istrinya Marta. Disaat Pria itu sedang membetulkan atap rumahnya yang hancur akibat disambar petir.Tiba-tiba saja, dia menemukan sebuah surat yang di tinggalkan oleh Marta istrinya. Surat-surat itu berisi tentang apa yang dirasakan oleh sang istri semala mengenalnya. "Anggap saja aku menulis surat ini dari surga ya Mas,"
VIEW MORE

Chapter 1 - Dirimu yang Membuatku Tertarik

Kresno Wijoyo atau yang dipanggil Kriss oleh sang istri adalah seorang pengerajin kayu alas Solo yang baru saja ditinggal mati oleh istrinya akibat penyakit kanker yang dideritanya.

Sudah satu bulan pria paru baya yang sedih itu menghabiskan waktu dirumahnya yang gelap karena token listrik yang tidak pernah diisi di ruangan yang begitu sunyi, bagaikan tak berpenghuni.

Setiap hari pria itu hanya keluar untuk memeriksa tokonya kayunya dan kembali begitu semuanya sudah dirasanya beres.

Meskipun berduka Kriss merasa dirinya tidak boleh membiarkan para pekerjanya terbengkali begitu saja karena perasaan dukanya.

Kriss dan Martha adalah pasangan kekasih yang telah menikah selama 15 tahun tanpa memiliki anak yang di sebabkan oleh Kriss yang mandul.

Saat itu Kriss sangat sedih, dirinya merasa tak enak hati dengan Martha dan keluarga Martha yang sangat mengharapkan untuk memiliki cucu. Apalagi Martha ada seorang putri tunggal. Lewa siapa lagi mereka mengharapakan seroang cucu jika, bukan dari Martha putri mereka satu-satunnya.

Saat itu Kriss mengingat bagaimana cara Martha menghiburnya. Bahwa wanita itu tidak peduli apakah mereka berdua akan memiliki keturunan atau tidak. Karena dia yakin mereka berdua akan terus bersama selamanya.

Namun, hak itu tidaklah benar Martha justru malah pergi terlebih dahulu meninggalkannya,

dan hal itu membuat Kriss sangat hancur.

Martha dinyatakan Kanker sejak 4 tahun lalu saat itu Kriss memperhatikan Martha yang sering merasa nyeri pada bagian perut sebelah kanannya.

Kriss pun meminta Martha memeriksanya ke dokter. Lalu dokter menyatakan jika, Martha menderita Kanker usus stadium 3. Kriss sangat takut saat itu, dia takut akan kehilangan cinta sejatinya. Dia takut akan kehilangan istrinya yang sangat dicintainya itu.

Namun, Martha malah menunjukkan sikap tenang dan santai layaknya tidak ada yang terjadi. Saat itu Kriss mengingat Bagaimana Martha memandinganya dengan tatapan yang penuh harapan untuk berusaha menghiburnya.

Martha terus mengatakan bahwa dirinya akan baik-baik saja dan dia tidak akan meninggalkan Kriss. Kerena sejauh apapun dirinya pergi jiwa akan selalu mendampingi Kriss seumur hidup Kriss.

Kriss terus mengingat kata-kata itu dan meratapi nasibnya, dia terus berteriak kelangit dan menagih janji Martha.

"Sayang!! Mana janjimu, kau bilang kau akan disini. Jiwamu akan disini, tapi lihat aku. Aku begitu kesepian karena engkau pergi dariku!!" seru Kriss ke arah langit.

Kriss terus berteriak sampai tiba-tiba petir menyambar kearah genteng rumahnya dan menghancurkan atap rumahnya. Kriss melihat ke arah langit dan berteriak lagi.

"Tuhan, aku hanya menagih janji dengan Martha mengapa eng-Kau menghancurkan atap rumahku!!" keluh Kriss.

Kriss yang kesal hanya bisa menunggu hujan sampai berhenti lalu pria paru baya itu mengambil tangga dari gudang dan mulai memperbaiki atap rumahnya yang roboh hancur oleh petir.

Saat memperbaiki atap rumahnya Kriss melihat sebuah kotak berwarna biru tua dalam dari luar atap. Pria paru baya itu turun dari atap, memasuki rumahnya dan naik menuju ruang loteng.

Dengan teliti Kriss mencari kotak biru tua itu lalu membuka gemboknya dengan sebuah palu. Karena pria paru baya itu tidak tahu kuci manakah yang harus digunakannya untuk membuka gembok tersebut.

Dengan jantung berdebar-debar Kriss membuka kotak itu. Dia sangat pernasaran dengan isinya. Pasalnya ini kali pertama kriss melihat kotak seperti itu dalam rumahnya.

Kotak biru itu telah dibuka dan Kriss cukup lega dengan isinya yang hanya merupakan sebuah surat bahkan, jumlah surat itu tidak memenuhi kotak tersebut.

"Satu, dua, tiga, empat, Lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sembilan surat," guman Kriss.

Pria baru baya itu mengambil mengeluarkan semua surat itu. Dan ternyata di belangkang amplop itu berisi kan nomor urut serta sebuah nama yang ditujukan untuk oleh surat tersebut. Kriss mengucek-ucek matanya bekali-kali karena dirinya terkejut. Surat itu dituliskan untuknya.

"Kriss tersayang, untukku.." guman Kriss bingung.

Kriss membuka Amplop pertama dan pria paru baya itu menangis haru melihat ternyata orang yang menulis surat itu adalah istrinya Martha sebelum meninggal.

Kriss pun membaca surat itu kata demi, kata dengan perasaan penuh haru sekaligus rindu yang dirasakannya.

"Mas Kriss ku tersayang, saya tahu mas pasti akan menemukan surat ini. Mas mungkin bertanya-tanya kapan dan dimana saya menulis surat ini namun, percayalah ini aku Martha. Sebenarnya saya memiliki dua keyakinan mas akan menemukan surat itu sehari atau setelah kematian saya atau seminggu... hahaha....

Saya bertaruh pada ibu, mas akan menemukannya sehari, tapi ibu mas mengatakan bahwa mas Kriss akan menemukan setelah sebulan karena Mas akan sibuk berduka dan menangisi kepergianku.

Setiap hari ibu mas mengatakan, bahwa putraku akan sibuk menangis dan mungkin dia akan menemukan suratku sepuluh tahun kemudian. Namun, saya lebih percaya mungkin kamu akan menemukannya sehari. Karena kamu pria yang sangat teliti. Apakah saya atau ibumu yang benar Mas Kriss yang manis? Jawablah! Saya akan mendengarkan...

Ketika Kriss ingin menjawabnya pria paru baya itu membaca sebuah kata yang membuat dirinya sangat yakin jika memang benar istrinyanya yang menulis surat

itu.

"Kalau ibu mas yang benar jawabnya dalam hati saja ya.. saya malu, hahaha.., Mas Kriss jangan sedih-sedih ya. Nanti mas sakit, kalau mas sakit nanti mas Kriss cepat mati lagi...

Mas Kriss, mas kriss mau tahu gak alasan apa yang membuat saya waktu itu nerima mas Kriss jadi pacar saya? setelah 10 kali saya menolak mas kriss! Pasti mas Kriss pernasaran ka....n

Saat itu saya sedang bersembunyi disebuah pasar tradisional. Karena saya gak mau ketemu lagi sama mas Kriss yang terus ngejar-ngejar saya.

Saat itu saya berpikir mass Kriss itu katro, jelek, kampungan hahahaha..."

Kriss menutup surat itu dengan tanganya dan mengehela nafanya.

"Ndu.. ndu.. sakit-sakit tetap aja kelakuanmu itu hahaha, saya kan jadi tambah kangen..." guman Kriss.

Kriss mengankat tangan dari surat itu dan membaca surat itu lagi.

"Mana waktu itu penampilan mas udik banget, poni bela dua, kacamata bulat, pakai celana kodok yang ngepass pinggang terus naiknya sepeda ontel yang rodanya gede lagi. Kan udik dan katro sekale.., terus kadang-kadang mas suka pake blankon kemana-mana. Saya kan malu kalau jadi pacar mas, secara saya anak jogja gitu, anak kota gak kaya mas nama kampungnya aja gak terdaftar! wkwkwk...

Tapi pada saat saya sedang sembunyi di pasar saya lihat ada nenek-nenek bawa, panggul besa banget sampai, nenek itu hampir jatuh. Saat itu saya mau bantu nenek itu, tapi saya sudah melihat mas yang terlebih dahulu membantu nenek itu.

Padahal badan mas kurus kerempeng tali mas sanggup-sanggupin bawa panggul itu sampai dan terus nenteng panggul itu sampai benek itu dapat becak, Saat itu saya melihat bawa di balik rupa yang katro itu ada sosok pria baik hati yang dapat diandalkan didalamnya. Makanya keesokan hari setelah itu pada saat mas nembak saya lagi, saya menerima mas sebagai kekasih saya.

Karena saat itu saya menilai, jika untuk orang asing saja mas akan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan beban mereka. Itu artinya mas akan sangat berusaha untuk membuat saya bahagia.

Dan itu benar mas, keputusan dan penilaian saya saat muda itu benar...

Saya tertarik mas, tertarik akan kebaikan hati yang Mas Kriss punya, dan hal itu gak pernah pudar sampai sekarang..

Saya cinta sama mas, jangan lupa makan ya... dan yang penting banget. Jangan tangisin saya terus mas, nanti mas sakit... kan saya gak ada disana buat ngurus mas."

salam hangat,

Martha Sari Dewi.