Chereads / Surat Dari Surga / Chapter 5 - Pohon tinggi yang rapuh II

Chapter 5 - Pohon tinggi yang rapuh II

Kriss mengeluarkan sampahnya pada sore hari sampai seseorang menabraknya dengan sepedanya. Kriss pun terjatuh kesakitan akibat orang itu tepat menabrak pada cideranya.

"Argh!! Kenapa dari seluruh bagian harus pangkal pahaku yang terkena tabrakan..." Kriss meringis kesakitan.

"Biar saya bantu pak," tiba-tiba seorang remaja datang membantunya berdiri.

"Terima kasih," sahut kriss senang.

Remaja laki-laki itu kemudian membantu kriss lalu membawanya sampai pada teras rumahnya. Kriss pun meminta remaja itu meletaknya disana.

"Ya, terima kasih.." ucap Kriss.

"Saya bagas pak, dari sumedang. Saya ke sini disuruh sama Bu Nelly biat nyari orang yang namanya pak Kresno Wijoyo," Remaja itu memberitahu tujuan kedatanganya pada Kriss.

"Buat apa?" tanya Kriss pernasaran, sebenarnya pria itu kesal kenapa ibunya mengutus remaja cilik seperti ini untu kerja padanya.

"Soalnya kata ibunya, pak Kresno itu... hm.. maaf pak saya gak bisa bicarakan. Kasihan pak kriss kalau banyak tetangganya yang tahu..."

Kriss pun terpesona mendengar jawaban remaja itu. Lalu meminta remaja itu untuk masuk kerumahnya dan mengambil dompetnya yang diletakan di meja makan.

Remaja itu segera mengambil dompet itu, lalu memberikannya pada kriss. Lalu, kriss meminta remaja itu membuka dompetnya dan remaja itu pun terkejut.

"A.. anda pak Kresno Wijoyo!!" remaja itu terkejut.

Kirss pun tesenyum tipis, melihat kelakuan remaja itu.

"Jadi, kenapa ibu saya suruh kamu ke sini?" tanya Kriss lembut.

"Buat nemenin bapak, soalnya katanya bapak jadi stress gara-gara ditinggal bu Martha.." jawab remaja itu.

"Ibu saya bilang gitu!!" Kriss terkejut.

"Iya pak," jawab remaja itu.

"Ya sudah Bagas, tugas pertama tolong kamu ambilkan saya. amplop yang ada tulisan angka 5nya diamplopnya. Amplopnya ada di kotak biru tua,"

"Nggih pak," remaja itu langsung masuk kerumah dan mengambilkan kriss amplop itu.

Lalu kriss pun merebahkan dirinya dilantai teras sambil memandang-mandang kearah luar.

"Dulu saat kamu ada pemandangannya begitu bagus Martha, sekarang jadi jelek..." keluh Kriss melihat pemandangan dari arah teras.

Kriss pun memandang kearah luar sampai dia melihat sebuah mobil berhenti tepat didepan rumahnya. Lalu, dia melihat seorang pria tua keluar dari mobil itu dan mengambilnya Kriss sangat panik dan dirinya pun teriak Histeris.

"Martha!!! Martha tolong saya!! Martha...." Kriss terus memanggil nama istrinya itu dan langsung masuk kerumah sambil menahan sakit pada pangkal pahanya.

Kriss langsung menahan pintu rumah namun, pria tua terus berusaha membuka pintu rumahnya.

"Mar... martha.. martha.. mar... kamu sudah pergi ya...." Kriss menangis kencang dan menahan pintu itu dengan tubuhnya.

Dia selalu lupa, jika wanita yang amat dicintainya itu sudah pergi meinggalkannya Kriss terus-terusan menangis merindukan istri tercintanya itu.

"Martha...." panggil kriss dalam tangisannya.

"Pak, bapak kenapa? Saya lama ya, ini pak amplopnya.." remaja tiba-tiba datang menghampirinya dan menenangkannya lalu memberikan amplop itu pada Kriss.

Kriss yang melihat amplop itu pun lalai dengan apa yang sedang terjadi dibekalangnya. Dan pintu pun berhasil terdobrak hingga menabrak punggung kriss dengan kencang.

"Pak le.., Astaga!! Siapa Anda?" remaja itu langsung melindunginya.

Kriss pun langsung bersyembunyi dibelakang tubuh remaja itu dan meminta agar remaja itu melindunginya.

"Tolong saya bagas, to.... hakk... hah... a.. ak..." Kriss tiba-tiba tidak bisa bernafas seluruh tubuh bergetar ketakutan melihat wajah pria tua itu.

Wajah yang sama dengan yang membuat dirinya cedera. Kriss mulai kehabisan nafas tangan terus menahan dadanya hingga akhirnya Kriss pun tidak sadarkan diri.

Lalu kriss pun membuka matanya dan dia langsung melihat pria tua itu ada dihadapannya.

Kirss langsung panik dan terjatuh dari ranjangnya dan berteriak sekencang-kencangnya.

"Sa... saya sudah berusaha pak, saya sudah membiayai Martha dengan pengobatan termahal, saya berdoa setiap hari untuk besembuhan martha. Semua harta saya sudah dijual untuk pengobatan martha. Yang saya miliki hanya.. tidak ada bahkan motor vespa saya pun sudah saya jual. Saya cuman punya rumah sama toko itupun pegawainya hanya tinggal 15 orang... yang mereka ikhlas gak dibayar karena saya mengunakan uang mereka untuk membayar biaya pengobatan martha.. pak...."

"Hah... hah.. hah.... hah...." Kriss mulai kehabisan nafas dia sudah sangat ketakutan.

"Pak Kress!!" remaja itu tiba-tiab datang dan langsung menghampirinya.

"Ka... kamu.... a.. a.. a... a.. a.. ak..." Kriss mulai kehabisan nafas lagi tubuhnya mulai bergetar ketakutkan.

Para dokter pun mulai datang keruangannya dan membawa pria tua itu pergi dan berusaha menenangkan Kriss.

"Pak tolong tenang pak..,"

"A... a.. a.. a.kk" Kriss mulai kehabisan nafas, pengheliatan pria paru baya itu mulai berbayang dan dirinya tidak bisa melihat apa-apa, Kriss pun tidak sadarkan diri.

Beberapa lama kemudian kriss pun terbangun, dirinya pun melihat bahwa tertidur di samping ranjangnya sambil memenggengam amplop dan tangannya.

Saat Kriss mengambil amplopnya dari tangan remaja itu. Remaja itu pun terbangun dan langsung memeluknya.

"Astaga pak le.., saya pikir bapak tadi bakal mati!!" Remaja itu panik.

"Hahaha... enggak," Kriss tertawa datar.

"Kenapa.., bapak maunya mati ya..." Remaja itu memandanginya cemas.

"Iya..," lirih Kriss.

"Kan bapak, ada sayang sekarang!!" unjuk remaja itu bangga.

"Sudah sana, saya mau baca surat dulu!" pinta Kriss.

"Maaf pak, nanti kalau saya keluar pak tua itu masuk lagi. Dia belum pulang pak..." bisik remaja itu.

"A... a.. apa..." Kriss terkejut lemas.

"Pak Kresno tuh kan, bapak lemas lagi.." Remaja itu panik.

"Iya-iya kamu disini saja, tapi jangan ketawa soalnya surat istri saya itu isinya agak... gak jelas hahaha..." Kriss menenangkan remja disampingnya itu.

Lalu pria paru baya itu lun membuka suratnya yang kelima itu.

"Mas kriss tersayang, sedang apa saya harap mas sehat-sehat saja. Entah kenapa saya memiliki firasat mas membuka surat ini saat dalam keadaan yang tidak sehat.."

"Kok dia tahu!!" Remaja itu terkejut.

"Diam kamu..." bisik Kriss.

"Jangan sakit-sakit mas, jaga kesehatan ingat mas masih punya ibu yang sayang sama mas, lalu masih ada para pegawai yang dipekerjakan oleh mas. Jadi, mas jangan sakit-sakit ya...

Mas juga jangan takut-takut sama bapak, tolong mas sering-sering mengunjungi bapak mas kan ibu saya sudah meninggal juga. Bapak pasti kesepian mas..."

Kriss langsung menutup surat itu dan melemparnya.

"Astaga pak, kenapa dilempar?" Remaja itu bertanya.

"Ngeliat muka bapaknya aja saya gak bisa nafas, disuruh pake acara silatu rahmi lagi...." Kirss kesal.

"Hah!!?" remaja itu bertanya-tanya.

"Itu, pria tua itu!! Bapaknya dia..." terang Kriss kesal.

Remaja itu pun terkejut sangat kriss menerangkan bahwa pria tua yang menunggu di depan pintu rumah sakit adalah mertua dari bosnya.

"Memang kakek itu salah apa, kok pak kriss sampai ketakutan banget. Terus kok bapak bisa nikah sama ibu, kalau bapak ketakutan gitu?" tanya Remaja itu.

"Dulu juga begini, tapi dulu sudah sembuh ya walaupun gak total sih dulu saya cuman nahan terus minum obat. Dia itu yang bikin saya cedera sampai saya jadi kaya gini, saya kehilangan seluruh karir saya dikampus, gara-gara cedera ini..." terang Kriss lirih.

"Wah, kejam juga sih tapi bapak itu bukan dendam tapi trauma kata dokter perempuan tadi sih..." ucap remaja itu.

"Memang sebelumnya saya sering disiksa sama orang tua laki-laki, waktu saya kecil bapak saya, lalu paman saya, dan beberapa tahun lalu mertua saya. Bahkan, saat itu saya masih jadi menantu. Sebenarnya sebelum itu saya sudah takut kalau ngelihat bapak-bapak yang lagi marah atau murka. Gara-gara bapak mertua itu trauma saya bangkit lagi dan saya enggak bisa nafas sama sekali setiap ngeliat wajah pria tua itu..." terang Kriss ketakutan

"Hah ... hah... hah... hah..." Kriss mulai sesak nafas lagi. Pria paru baya itu menahan jantungnya erat-erat.

"Pak, sebentar saya...."

"Ja...." Kriss ingin menahan remaja itu namun, tubuhnya sudah sangat lemas.

Untunglah remaja itu mengerti dan langsung menghampirinya lagi.

"Pak... bapak tenang ya...," Remaja itu mengusap-usap punggung sambil memeluknya erat-erat.

Kriss pun mulai sedikit tenang lalu tiba-tiba asam lambungnya naik dan memuntahkan baju remaja itu. Kriss pun lansung panik namun, remaja itu bertindak sangat cekatan dirinya mengambil ember dan menampung muntahan kriss di ember itu.

Remaja itu terus memijat-mijat tengkuk pundak kriss hingga dirinya merasa tidak mula lagi Remaja itu lalu memindahkan Kriss ke sofa kamar rumah sakit dan mengganti seprai ranjang lalu mengankat kriss Kembali ke ranjang dan membaringkannya.

"Katanya kalau ketakutan orang bisa sampai mual itu benar ya..." ucap remaja itu sambil menjemur jaket yang telah dicucinya sehabis terkena muntahan di jendela kamar rumah sakit.

"Maaf..." lirik Kirss.

"Enggak apa-apa pak, tapi tadi saya kaget juga hahaha..."

"Bagas," panggil kriss lembut.

"Iya pak," sahut remaja itu.

"Berapa umur kamu?" tanya Kriss lembut.

"Saya 15 tahun pak," sahut remaja itu.

"Enggak sekolah!!" Kriss terkejut.

"Putus pak, soale... saya enggak punya uang..." jawab remaja itu.

"Loh bukanya ada sekolah negeri,"

"Ibu saya sakit pak, makannya saya harus kerja..." terang remaja itu.

"Ah... jadi ibu saya sengaja ya... bener-bener supaya saya bertahan hidup. Karena kalau saya mati otomatis kamu gak ada pekerjaankan..."

"I... iya," Remaja itu menjawab ragu.

"Gimana kalau gini, ambil kertas sama pulpen kamu ada!!" pinta Kriss.

"Untuk apa pak?" tanya Remaja itu.

"Jadi gini.., kalau saya mati warisan saya semuanya untuk kamu mau baguskan. Terus saya nanti saya akan kirim kamu uang setiap bulan mulai dari sekarang. syaratnya kamu enggak usah jagain saya lagi sepa..."

"Enggak pak, mending saya gak usah dibayar sekalian..." tepis remaja itu.

"Loh kok gitu, kamu kan butuh uang!!" Kriss terkejut dengan jawaban remaja itu.

"Soalnya gak tega sama pak Kriss, terus nanti kalau pak Kriss meninggal bu Nelly pasti sedih..." terang remaja itu.

"Hahaha.... kamu, anak baik.." Kriss tercengang sekaligus takjub dengan jawaban remaja itu.

Kriss pun melihat bintang di langit pria paru baya itu pun tersenyum dan sambil melihat remaja itu.

"Ndu... ini namanya Bagas, sepertinya saya gak bisa menemui kamu cepat-cepat soalnya saya harus hidup supaya dia bisa hidup juga.." batin Kriss.