Chereads / Surat Dari Surga / Chapter 10 - Terima kasih untuk semuanya ( Last...)

Chapter 10 - Terima kasih untuk semuanya ( Last...)

Seorang pria paru baya berjalan di makan sambil membawa 3 bucket bunga bersama dengan seorang pemuda yang mendampinginya.

Pria baru baya itu menaruh bucket bunga itu di satu makam lalu ke makam lainnya. Hingga pada makam terakhir pria baru baya itu duduk didekat makam sambil menatap sendu makan tersebut.

Pria baru baya itu adalah Kriss, sudah 5 tahun sejak kejadian itu. Kriss menyaksikan banyak kematian. 3 tahun lalu ayah mertuanya meninggal karena usia lanjut Lalu, ibunnya menyusul 2 tahun kemudian.

"Semuanya pergi Martha namun, anehnya saya tetap disini, entah apa dan mengapa?" Kriss mengeluh didepan makam istrinya itu.

"Sudah 4 tahun, 7 bulan dan 15 hari kita berpisah, sebenarnya saya berencana datang 2 bulan 15 hari lagi. Namun, saya memilih hari ini karena..."

Kriss menarik nafasnya dalam-dalam dan dengan mengepalkan kedua tangannya dia kembali melanjutkan kata-katanya.

"Selamat hari pernikahan yang ke 20 tahun Martha, aku merindu-rindukan engkau. Tunggulah aku sebentar lagi kita akan berjumpa. Aku sangat yakin, setelah Bagas menyelasaikan studinya nanti. Saya akan memberikan seluruh toko kayu saya padanya. Dan dengan itu mungkin satu atau dua tahun lagi kita akan berjumpa..." lanjut Kriss lalu mengecup nisan istrinya itu dan pergi meninggalkan makam bersama dengan anak buahnya.

Sepanjang perjalanan remaja itu berwajah muram. Dia terlihat seperti seseorang yang baru saya melihat kematian.

"Ada apa dengan wajahmu itu, Bagas?" Kriss bertanya pada remaja itu.

Remaja membalas pertanyaan Kriss dengan pandangan sendu seperti anak yang sedang merajuk.

"Pak, apa bapak yakin mengatakan begitu? Saya tidak mau bapak meninggal secepat itu..." ujar Remaja itu.

"Kamu tidak mau warisan?" Kriss bertanya pada remaja itu.

"Tidak, saya ingin melihat bapak saya ingin bersama dengan bapak. Lebih baik hidup miskin, tapi orang yang kita sayangi umur panjang, daripada menjadi kaya lalu kelhilangan sosok berharga. Nyawa itu tidak bisa dibeli pak...." tolak Remaja itu.

Remaja itu menarik tangan Kriss dengan tatapan matanya yang serius remaja itu mengatakan padanya bahwa dia ingin Kirss hidup lebih lama lagi.

"Hiduplah lebih lama lagi, agar semua yang Pak Kresno lakukan kepada saya bisa saya balaskan..." pinta remaja itu merajuk.

Mendengar perkataan remaja itu Kriss terkekeh. Dia melihat dan memandang wajah lembut dari anak buahnya itu. Anak kecil yang datang ke rumah itu sekarang sudah menjadi pemuda gagah dengan sikapnya yang semakin santun.

"Sekarang saya tahu, mengapa saya masih hidup. Karena disaat saya berdoa agar saya capat mati. Ada satu orang yang meminta saya agar panjang umur..." Kriss mengeluh.

"Tentu saja!!" sahut remaja itu bersemangat.

"Ya... ya... ya.., cepatlah engkau sukses bahagiakanlah diriku. Lalu pada ketika aku mati, kuburlah aku disamping makam istriku Martha," pinta Kriss pada anak buahnya itu lalu pergi meninggalkan pemuda itu sendirian.

Sesampainya dirumah, Kriss sedang merapihkan barang-barang rumahnya dengan semua debu pada kotak-kota dusnya. Dan sebuah kotak yang sangat tidak asing baginya.

"Ha.... lama tidak berjumpa kota pos hahaha... waktunya kau untuk ku ber.. Eh!! Apa ini?" Kriss melihat sebuah surat kosong dengan kertas berwarna biru tua persis pada kotak surat itu.

"Sebuah surat kosong, punya siapa? Apa dari martha. Tapi itu tidak mungkin siratnya sudah ku baca semua sembilan surat sudah kubaca semua..." Kriss berpikir keras tentang surat itu.

Kriss membawa surat itu turun dari loteng bersamanya. Dan berusaha melihat dari kiri ke kanan namun, dia tidak menemukan apapun pada surat itu.

"Apa ini?" guman Kirss lalu mengangkat surat itu.

Seketika itu juga biasan cahaya Matahari mengenai surat itu dan memeperlihatkan isi surat tersebut.

"Ah surat rahasia..." seru Kriss.

Kriss langsung pergi kekamarnya dan mengambil meja arsiteknya. Dan menyalahkan cahaya pada meja itu.

"Ya, bisa!!" Kriss begitu girang melihat tulisan pada surat itu langsung membacannya.

"Surat terakhir, mungkin mas bertanya bagaimana cara saya menulisnya. Sebenarnya saya sendiri juga tidak mengerti hahaha... namun, ada seorang anak muda yang membantu saya untuk melakukannya namanya Bagas.."

Kriss langsung memalingkan surat itu saat membaca surat tersebut. Bagaimana mungkin anak buahnya yang katanya datang dari desa itu kenal dengan istrinya.

"Pasti bagas yang lain, ya benar..." Kriss meyakinkan dirinya dan lanjut membaca surat itu lagi.

"Bagas Suyono.."

"Yap ini dia..." Kriss langsung menyadari bahwa anak buah yang bersamanya selama ini adalah Bagas.

"Astaga namanya jelek sekali ya, kalah namamu mas hahaha... Dialah yang selama ini membantu ini untuk menulis surat ini padamu Mas. Namun, tenang saja dia tidak pernah tahu apa isinya. Anak itu begitu baik bahkan, saat saya pura-pura tertidur pun dia tidak berusaha melihat isi surat yang kutuliskan tersebut.

Sebenarnya pertama kali saya menulis surat ini adalah saat dirimu tidak sadarkan diri selama berminggu-minggu lamanya. itu merupakan kali pertama saya jauh darimu mas. Dan saat itu saya bertemu dengan bagas untuk pertama kalinya. Kasihan anak itu bagas mas, ibunya baru saja meninggal smeinggi yang lalu. Dia sendiran sekarang...

Tepat di hari ink saat aku menulis surat ini. Dokter mendatangi kamar ini dan mengatakan pada anak itu bahwa dia kehilangan ibunya. Namun, aku bisa melihat meskipun wajah nya tidak menunjukkan raut kesedihan akan tetapi matanya anak menunjukkan segalanya Saat melihat wajah anak itu, saya seperti melihatmu mas.

Mas yang kuat dan hebat, mas yang selali bertahan akan semua rasa sakit itu. Saya seperti jatuh cinta untik kedua kalinya. Mungkin jika kita punya anak laki-laki dia akan menjadi seperti bagas.

Mas, mulai hari ini Bagas menjadi Yatin piatu dia sendirian sekarang tanpa rumah, ataupun sanak saudara. Ayahnya sudah meninggal dan begitu juga dengan ibunya. Tidak punya kakak ataupun adik. Akan tetapi tepat di hari ini sesudah dia mengurus semua pemakaman ibunya anak itu mendatangi saya dan bertanya kepada saya begini "Apakah ketika ibu nanti meninggal Suami ibu akan ada yang menemani?" Saya terkejut mendengar pertanyaan itu.

Orang asing, yang tidak saya kenal datang dan mempertanyakan sebuah pertannyaan yang dimana saya sendiri tidak bisa menjawabnnya. Saat saya belum mengatakan satu katapun. Anak itu menggengam tangan saya dan mengatakan kata-kata yang sama yang mas katakan pada saya tepat saat akan melamar saya.

"Serakanlah semua beban itu kepada saya, dan saya yanga akan menjaga suami ibu mulai detik ini dan berhenti pada saat ajal menjemput saya nanti," itulah kata-kata sakral yang sangat tidak asing ditelinga saya.

Sama seperti Mas mengatakan saati itu "Serahkanlah semua beban itu pada Martha. Karena hari ini aku akan menjagamu hingga ajal menjemputku..." ya... beda dikilah hahaha. Saya ingin bertanya pada mas,apakah anak itu menepati kata-katanya. Apakah dia berada disampingmu sekarang. Jika ia tolong tanyakan padanya mengapa dia mau menjagamu? Disaat tidak ada yang menanyakan hal itu pada diriku.

Dan janganlah menemui aku cepat-cepat disampingku. Karena aku ingin mendnegar cerita tentang bagaimana dia menjagamu, dan mendengar kisah tentang anaknya nanti yang begitu manis dan menggemaskan.

Jadi bertahanlah sampai kamu melihat semuanya Mas.

Inilah perpisahan kita mas inilah surat dari surga mas, balaslah nanti ketika kita berjumpa.

Terima kasih untuk 15 tahun pernikahan yang indah ya mas.

Terima kasih telah di sampingku selama 25 tahun terakhir dalam hidupku.

Terima kasih suamiku.

Salam cinta,

Martha Sari Dewi.

Sebuah tangan yang keriput menutup surat itu dan menaruhnya di meja samping ranjang rumah tidurnya. Kriss yang sudah menjadi pria tua berusia 76 tahun dan terus membaca semua surat-surat itu setiap harinya.

Lalu Kriss mendnegar suara ketukan lintu yang sudah sangat sering didengarnya setiap hari. Remaja yang telah tumbuh menjadi pria paru baya itu masuk kekamarnyanya dan menghampirinya.

"Membaca surat bu Martha lagi?" tanyanya.

"Iya.., hari ini saya merindukannya.." jawab Kriss.

"Sejak kemarin Anda mengatakan itu terus..." gerutu pria paru baya itu.

"Karena sudah tua saya, bingung mengapa TUHAN tidak kunjung mencabut nyawa saya ya.., Bagas berhentilah mendoakan umur panjanng untukku. Kapan aku bertemu dengan martha jika begitu. Semua yang ingin kamu berikan pada saya sudah cukup. Saya sudah cukup menikmatinya. Maka dari itu biarakan lalu pergi hari ini..." Kriss membujuk pria paru baya itu.

"Tidak, Anda akan pergi pada waktunya. Namun, bukan hari ini pada hari ini usiaku tepat. Tepat berdua 46 tahun saya berada diusia yang sama saat bapak pertama kali bertemu dengan saya. Tidak mau kita rayakan bersama anak-anak saya sudah datangloh..." rayu pria paru baya itu.

"Ya kau berhasil menghiburku," Kirss tersenyum.

"Baillah bersiap-siaplah pak, saya tunggu dibawah.." Pria baru baya itu pun meninggalkan kamar Kriss.

Namun, sebelum pria baru baya itu Kriss memanggilnya dan bertanya akan sebuah pertanyaan yang menghantuinya selama 25 tahun.

"Bagas," Kriss memanggil pria itu.

"Ya, pak.." sahut bagas dengan senyum yang sama selalu 30 tahun.

Kriss tersenyum melihat remaja itu dan bertanya.

"Mengapa kamu mau menjagaku?" tanya Kriss.

"Ah.. karena saya, diperinta...."

"Jangan bohong Bagas, saya sudah tahu.." Kriss tersenyum menggoda.

"Saya sudah tahu semuanya, surat yang kosong ini ada kata-katanya Bagas.." tambah Kriss menunjuk surat itu.

Bagas menundukkan kepalanya, pria itu meskipun sudah lebih dewasa dimata pria tua seperti Kriss dia tetaplah anak remaja lugu yang mendatangi rumahnya saat sore hari.

"Saya... sa.. sa.. saya minta maaf, saya tidak bermaksud apa-apa saya selalu menderngar betapa besarnya cinta bapak kepada bu Martha lewat cerita-ceritanya dan saat itu saya berpikir. Bagaimanakah bapak nanti tanpa bu Martha. Karena saya sendiri ketika ibu saya meninggalkan saya kehidupak nsaya serasa begitu hancur. Satu-satunya nyawa yang saya perjuangkan pergi meninggalkan saya. Lalu bagaimana dengan bapak, yang pasti lebih berjuang keras dari saya. Makanya saya ingin mendampingi bapak saya ingin kita berdua dapat mencari kebahagiaan bersama..." terang remaja itu.

Mendengar jawaban remaja itu Kriss pun tersenyum lebar.

"Seyakin itu kamu, saya akan menerima kamu saat itu?" tanya Kriss.

"Ya, karena bu Martha mengatakan bahwa bapak orang baik yang senang menolong orang lain. Jika bukan seore itu pasti esoknya bapak akan menerima saya," jawab pria paru baya itu yakin.

Lagi-lagi Kriss dibuat tersenyum oleh jawaban anak buahnya itu.

"Jika nanti aku mati, Bagas akan ku katakan alasamu pada Martha. Terima kasih untik 30 tahun pengabdianmu.." Kriss tersenyum.

"Sama-sama Pak," pria paru baya itu pergi meninggalkan kamar.

Kriss melihat kearah Bagas, anak itu telihat persis seperti saat anak itu masih berusia 16 tahun. Kriss menguap dirinya sedikit mengantuk dan memutuskan untuk tidur sebentar.

"Tidur sebentar dulula ya... supaya nanti tidak mengantuk," guman Kriss lalu tertidur.

Beberapa waktu kemudia Kriss pun membuka matanya dia melihat ke sekelilingnya dan dirinya cukup terkejut dengan seluruh ruangan yang begitu bercahaya.

"Terang sekali.." guman Kriss.

"Mas Kriss," Kriss mendengar suara yang tidak asing memanggilnya suara yang persis dengan suara 55 tahun yang lalu.

Kriss terkejut melihat sosok yang dia rindukan selama 30 tahun itu muncul dihadapannya.

"Mas Kriss," panggil wanita itu.

"Lama sekali kamu menjeputku Martha,ada banyak sekali hal yang ingin ke certiakan padamu." Kriss tersenyum pada wanita itu dan lalu berjalan pergi bersamanya.

Tamat.

Hai-hai semuanya terima kasih yang sudah membaca cerita ini dengan setia.

Sampai bertemu dikisah yang lainnya xoxoxo.