Kriss baru saja pulang dari pekaman, tubuhnya basah sehabis terkena hujan. Kriss berdiam diri duduk di sofa, pria paru baya itu terus meratapi nasibnya yang malang.
"Ha... chi! ha... chu!" pria bersin-bersin.
"Uhu... hok.. hok.., sepertinya aku terkena demam.." ucap pria baru baya itu dengan suaranya yang serak.
Kriss menaiki tangga kemudian menggantinya pakaiannya dan segera mandi dengan air hangat. Lalu pria paru baya itu kembali sehat seperti sedia kala.
"Ha..h benar kata Martha aku bukan orang yang berlarut-larut jika sakit," ucap pria paru baya itu.
"Andai saja, berlarut-larut aku pasti bisa cepat-cepat bertemu denganmu Martha..." lirih pria paru baya itu.
Kriss membuka kotak biru tua itu dan mengambil sepucuk surat. Dia melihat amplop pada surat ke empat penuh dengan gambar dedaunnya di sekitarnya.
"Amplopnya buatan tangan kah??" Kriss bertanya-tanya.
Kriss pun mulai membuka surat itu dan membaca.
"Halo mas, apa kabar sudah makan? Awas ya jika belum. Saya tahu daya tahan tubuh mas bagus, tapi mas tetap harus makan. Supaya jangan sampai mas cepat-cepat menyusul saya hahaha...
Mas, mas tahu gak waktu kencan kita ya... kapan ya di tahun ke empat kita pacaran. Saat kita di jogja dulu mas itu dilihatin sama semua orang karena mas itu tinggi banget sedangkan saya sangat-sangat kecil.
Hahaha... mas itu seperti raksasa, tapi kurus kerempeng. Kalau bisa dibilang mirip seperti pohon. Tinggi dan kuat itulah yang saya lihat dari mas. Saya jatuh hati mas, pada semua perbuatan mas yang menurut saya sangat mengangumkan. Apalagi mas itu sangat berbeda dengan pria lainnya. Mas sangat santun, manis juga ramah dan kuat seperti pohon beringin.
Ingat suatu hari saat bus yang kita naiki kecelakaan. Padahal saat itu mas menjadi perisai saya dengan memeluk saya erat-erat saat bus itu jungkir balik. Bahkan, tubuh mas terbanting-banting karena melindungi saya.
Tapi saya justru merepotkan mas dengan di rawat selama beberapa hari di rumah sakit hanya karena kepala saya terbentur sedikit. Karena fisik saya yang lemah itu, mas sampai di pukuli oleh bapak, padahal saat itu mas sendiri kondisinya lebih parah dari saya.
Sampai akhirnya mas yang tadinya baik-baik saja sampai pingsan karena dipukul sama bapak. Sejak saat itu kalau kita jalan lama sebentar saja pangkal paha mas langsung nyeri dan mas langsung pingsan. Badan mas keringat dingin dan suhu tubuh langsung dingin.
Saya selalu khawatir sampai akhirnya bapak ngaku kalau waktu saya rawat inap bapak mukulin mas sampai mas pingsan. Karena beliau menganggap mas gak bisa jagain saya. Maaf ya mas lagi-lagi saya membuat mas repot.
Saat itu saya marah sekali sama bapak saya, saya ingat saat itu saya berteriak sama bapak saya. Sampai mas terbangun lalu berteriak menyuruh kami diam sambil menahan kepala mas yang sakit. Lalu, saat sadar kalau mas ada dirumah saya mas langsung menunduk minta maaf dan keluar buru-buru dari rumah saya.
Dan mas gak langsung karena mas bingung motor mas ada dimana. Pas saya jawah ketinggalan di pasar mas langsung pingsan karena cicilannya belum lunas. Hahaha.., tapi sejak saat itu bapak jadi leboh baik sama mas. Meskipun caranya sangat tidak menyenangkan.
Tapi mas, itu kuat ya.. karena mas cedera seperti itu hanya satu sampao 2 tahun saja selanjutnya mas kembali seperti biasanya...."
Kriss langsung menutup dan melempar surat itu dirinya mengingat kembali saat pria yang menjadi calon mertuanya memukuli saat itu bahkan menendang-nendang pangkal pahanya sampai dia nyeri kesakitan.
"Kamu ini gak bisa jaga anak saya!!!" ucap pria itu padanya.
"Maaf pak..." Kriss terus meringis meminta maaf menahan sakitnya pukulan calon mertuanya itu.
Namun, pria itu terus memukulinya hingga akhirnya Kriss terjatuh kelantai karena sudah tidak kuat berdiri lagi.
"Ah... ah.... Arg!!" Kriss meringis kesakitan.
"Bangun kamu..." teria pria itu hampir menendang kriss yang sudah meringkuk kesakitan. Sampai akhrinya dia diselamatkan oleh calon ibu mertuanya.
"Mas, cukup kenapa sih!! Ditinggal pergi sebentar langsung kaya gini kelakuannya. Kresno kamu enda papa nak..." wanita itu memegang pundaknya dan wanita itu terkejut saat melihat noda darah ditanganya ketika menyentuh pudaknya.
"Kresno kamu apakan mas!! Kamu ini bo..."
"Arg.... tolong!! Sakit...." ringis kriss saat itu drinya terus menhan pangkal pahanya kesakitan.
Untung perawat langsung datang menghampiri mereka dan Kriss pun langsung menjatuhkan dirinya di tangkapan perawat itu.
"Sudah saya duga akhirnga akan seperti ini, kamu cepat panggil dokter!" perinta perawat itu menahan tubuh kriss.
"Memangnya kenapa sus?" tanya calon ibu mertuanya saat itu sambil mengusap-usap lembut pinggang kriss yang kesakitan.
"Pemuda itu datang membawa anak bapak dan ibu dengan tubuh yang berdarah-darah di sekujur tubuhnya. Padahal menurut prosdur harus kami menangani pemuda ini lebih dulu, tapi dia bersikeras agar kami menangani putri bapak terlebih dahulu. Padahal tidak ada satu pun luka yang tergores pada tubuh putri bapak dan ibu, tapi pemuda ini keras kepala dan mengatakan bahwa putri kalian tidak mungkin pingsan jika baik-baik saja...."
"Padahal putri bapak pingsan hanya karena syok akibat benturan kecil yang tidak menyebabkan cidera sedikitpun. Dan pemuda ini hanya minta lukanya di jahit tanpa rawat inap. Agar dia bisa menunggu putri bapak, kalian beruntung sekali dapat calon memantu yang sangat mencintai putri kalian..."
"Argh!!" Kriss meringis kesakitan lagi.
Untunglah dokter langsung datang dan membawa Kriss ke kamar pasien untik di tangani.
Kriss ingat saat itu dirinya dibius dan baru terbangun keesokan harinya. Lalu dia melihat Martha sudah ada di smaping terus mengangis. Saat dirinya hendak bangkit dari ranjangnya sakit di pangkal pahanya langsung kembali menyeranya. Rasa sakit yang dirasakan dari langkal paha sebelah kanan ke pinggang.
"Argh!!!" Kriss meringis kesakitan hingga tubuhnya meringkuk.
"Ah... ah.. argh!!" Kriss terus meringis kesakitan.
Seluruh dokter yang datang ke kamar tidak bisa menanganinya karena tubuhnya yang terus-terus meringkung.
Hingga setelah beberapa menit kemudian Kriss mulai tenang dan dokter pun dapat menanganinya. Lalu dia ingat pulang pada keesokan harinya.
Saat itu di bertemu Martha dan Ayahnya, entah kenapa sejak itu Kriss merasa tubuh dan nafasnya agak sesak saat itu. Dia hanya mengobrol sebentar lalu pergi meinggalkan rumah sakit.
Setelah itu kriss dan Martha terus jalan bersama dan kadang cederanya kriss sering kambuh jika dirinya terlalu banyak berjalan. Namun, untungnya dirinya membawa obat pereda rasa sakit sehingga dia baik-baik saja.
Sampai pada suatu hari Kriss lupa membawa obatnya dan cedera kambuh parah hingga kriss tekapar saat sedang bersama dengan Martha.
"A..."
"Kriss kamu kenapa?" Saat itu dirinya mengingat Martha sangat khwatir karena memang dirinya sering kambuh. Hingga harus keluar UKM dan keanggotaan senat karena cederanya.
"Kamu udah kelelahan, kita is..."
"Gak apa, saya bawa... argh... lupa,"
"Lupa apa!!?"
"Obat pereda rasa sakitnya.... (bruk!!)" Saat itu dirinya pingsan karena seluruh tubuhnya sudah mati rasa selain bagian perut dan pingang sebelah kanannya itu.
Saat itu kriss mengingat jika dirinya karena tiba-tiba kriss mendengar suara teriakan yang membuat telinga dan kepalanya sangat kesakitan.
Sehingga dia berteriak sangat kencang sampai akhirnya dia tersadar dirinya sedang berasa dirumah Martha.
"DIAM!!! DIAMM!! Di.., maafkan aku..." Dirinya langsung menuju keluar rumah.
Kriss mencari sepeda motornya namun,
sejak tadi dirinya tidak menemukannua.
"Kriss," saat itu martha memanggilnya dan kriss langsung menghampirinya dan menanyakan vespanya.
"A... sayang dimana vespa saya?" tanya kriss panik saat itu
"Saya tinggal, soalnya saya kan gak bisa naik motor..."
"Hah!! Cicilannya... be.. belom lunas..." Kriss langsung pingsan.
Bangun-bangun dirinya berada di tempat yang sama yaitu rumah Martha. Lalu mendadak bagian perut sebelah kanannya sakit sekali. Untunglah saat itu martha menghamprinya.
"Kriss kamu kenapa?"
"Mau muntah... saya mau muntah!"
Martha langsung berlalri dan mengambilkan ember berisi air lalu kriss terus-terusan muntah sampai dirinya merasa baikan.
"Kriss lambung kamu di pukul juga sama bapak?"
Krisa sangat terkejut Martha bisa mebgetahuinya padahal dokter di rumah sakit saja tidak ada yang mengetahuinya.
"Hah... hah.... ba... hah..."
"Ibu cerita ke saya, terus vespa kamu udh di ambil sama bapak. Aman kok enggak kenapa-kenapa," saat itu Martha terus berusahan menenangkan kriss.
"Saya.. argh!!...hah..." Kriss mencekram bagian perut sebalah kanannya yang kesakitan.
Saat itu Martha sangat panik dan menanyakan pada kriss. Apakah benar ayahnya memukulnya di lambung juga.
Kriss hanya bisa membiarkan martha menebak-nebak dengan menyentuh area tubuh kriss dan ternyata gadis itu tahu jika ayahnya itu memukuli ulut hati kriss hingga are pangkal paha dan pinggang.
Kriss tidak tahan dengan sakitnya lalu pingsan. Saat itu hungan antara mereka diuji, mulai dari kriss yang ketakutan hingga sesak tidak bisa bernafas saat melihat ayah mertuanya.
Hingha dirinya harus ditangani oleh sikolog perempuan. Karena ternyata kriss sudah memiliki trauma sebelumnya dari ayahna yang selalu memukulnya setiap hari hingga dirinya babak belur. Dan hal itu menyebabkan Kriss trauma melihat seorang pria yang agak tua menghampiri atau menunjukan tanganya kearahnya. Karena hal itu membuat kriss bepikir jika dirinya akan dipukul.
Dan hal itu membuat Martha cemburu yang dimana kecemburan Martha membuat kondisi kriss makin parah hingga Martha di musuhi oleh mahasiswa lainnya, karena mereka tahu kalau kriss jadi seperti itu karen ayahnya yang terlalu membela dirinya.
Hingga ibunya kriss yang melarang Kriss berhubungan dengan martha. Hingga kriss berjuang mati-matian mengalahkan rasa takutnua hingga akhirnua dia bisa meyakinkan ibunya untuk bersatu dengan Martha kembali.
"Hahaha.. Martha untunglah saya berhasil saat itu ya," guman Kriss.