Chereads / NAMA DI KAIN KAFAN / Chapter 21 - BERKENALAN DENGAN SANG PEMBUNUH

Chapter 21 - BERKENALAN DENGAN SANG PEMBUNUH

Selesai menguburkan jenazah Rembulan. Semua orang yang ikut ke pemakaman, kembali ke rumah Pak Haji Ibrahim. Mereka beristirahat sambil menikmati makan siang, yang sudah disediakan oleh tuan rumah. Berupa nasi kotak yang berisikan masakan padang ditambah teh botol, sebagai ucapan terimakasih karena telah membantu mendoakan juga mengurus jenazah.

Saat Seroja sedang duduk bersama dengan Aliza sambil menikmati teh manis hangat. Tiba-tiba saja Roy, Bagas, beserta dengan Anwar, tiga lelaki yang menjadi pelaku kejahatan terhadap diri Rembulan menghampiri mereka. Kemudian duduk di samping Aliza, dengan wajah yang seakan tampak sedih.

Mereka bertiga tampak mencuri pandang ke arah Seroja, yang duduk di samping Aliza dengan tatapan mata penuh tanda tanya. Sepertinya mereka merasa sangat penasaran dengan diri Seroja, yang berwajah sangat mirip dengan almarhum Rembulan.

"Aliza, kami sebagai teman kuliah Rembulan, mengucapkan turut berbela sungkawa atas peristiwa yang telah terjadi. Semoga Rembulan diterima di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, aku juga mendoakan. Semoga kamu dan keluarga diberikan kekuatan serta ketabahan, atas ujian yang saat ini sedang kalian hadapi," tutur Roy berbasa-basi. Saat ini Seroja berusaha mengontrol emosinya, agar jangan sampai menampakkan kebencian juga amarah, terhadap para lelaki jahanam ini.

"Oh ya, terima kasih banyak Roy, dan juga kalian semua. Karena sudah datang ke pemakaman Kakakku, juga mendoakan yang terbaik untuknya. Aku mewakili keluarga, tidak bisa membalas kebaikan kalian. Insya Allah, Tuhan yang akan membalas, semua kebaikan kalian ini. Oh ya, apakah kalian semua sudah makan siang?" tanya Aliza penuh perhatian.

"Alhamdulillah, sudah Aliza, terima kasih banyak, kau tidak perlu mengkhawatirkan itu semua. Sekarang yang penting, kau temanilah Bapakmu, agar dia tidak terus bersedih, karena kehilangan Kakakmu, Rembulan!" sahut Roy dengan Gayanya yang sok baik.

"Tentu saja Roy. Eh iya, kenalkan, ini kakakku juga, kembarannya almarhum Kak Rembulan. Baru datang beberapa minggu yang lalu dari Jawa Timur, namanya Kak Seroja," ujar Aliza memperkenalkan.

"Seroja!" seru Seroja memperkenalkan dirinya.

Kemudian dia mengulurkan tangan kepada Roy, dan teman-temannya secara bergantian. Sambil menebar pesona kecantikan seorang wanita, agar Roy dan teman-temannya merasa tergoda. Sepertinya apa yang dilakukan oleh Seroja itu sungguh berhasil, Roy dan teman-temannya terlihat sangat terpesona dengan dirinya.

"Senang rasanya, bisa berkenalan denganmu, Seroja! Wajahmu sungguh mirip sekali, dengan kembaranmu almarhum Rembulan. Kalian berdua, sungguh wanita yang sangat cantik!" Puji Roy dengan nada suara yang terdengar genit menggoda.

Mendengar perkataan Roy tersebut, sebenarnya Seroja sungguh merasa jijik sekali. Ingin rasanya dia mencabik-cabik wajah lelaki itu, dengan menggunakan garpu atau pisau. Tetapi dia berusaha untuk menahan semua perasaan tersebut, karena saat ini belum waktunya, untuk melakukan pembalasan dendam. Segalanya harus dilaksanakan dengan penuh perhitungan dan sebaik mungkin.

"Terimakasih atas pujiannya, Roy," sahut Seroja, sambil bersikap seakan merasa tersanjung dengan perkataan Roy.

"Kau kuliah di mana sekarang, Seroja?" tanya Roy penuh perhatian.

"Saat ini aku belum mulai kuliah, tapi rencananya aku akan segera mendaftarkan kuliah beberapa hari lagi. Karena akan segera dimulai semester baru, bukan begitu?" jawab Seroja sambil tersenyum manis.

"Iya, kai benar, Seroja. Bagaimana jika kau kuliah di kampus kami saja, memang rencananya jurusan apa yang ingin kau ambil?" tanya Roy lagi.

Tampaknya Roy merasa sangat tertarik, juga senang berbicara dengan Seroja. Karena menurut Roy, Seroja lebih ramah dari pada almarhum Rembulan, yang selalu bersikap ketus terhadap dirinya.

"Rencananya aku ingin mengambil jurusan bisnis, dan rencananya aku memang akan mendaftarkan kuliah di kampus kalian nanti," jawab Seroja.

"Wah, baguslah kalau begitu, jurusan yang kau ambil kebetulan sama dengan aku. Jadi, jika ada mata kuliah yang tidak kau mengerti, bisa tanyakan saja kepadaku. Nanti aku akan membantumu dengan senang hati, Seroja!" ujar Roy dengan penuh semangat.

"Terimakasih, Roy," jawab Seroja sambil tersenyum semanis mungkin.

Sebuah senyuman yang mengandung racun, tanpa disadari oleh siapa pun juga. Melihat keakraban yang diciptakan oleh Seroja terhadap Roy. Aliza terlihat merasa tidak senang. Karena dia tahu, bagaimana karakter seorang Roy selama ini.

Bahkan dulu, almarhum Rembulan suka bercerita kepada dirinya, bahwa dia sangat tidak menyukai sosok Roy dan teman-temannya. Dalam hati Aliza, dia ingin segera memberikan peringatan kepada Seroja. Agar jangan mendekati Roy dan teman-temannya.

"Aku permisi dulu ya, karena mau menelpon Bude di Jawa, untuk mengabarkan berita ini," pamit Seroja.

"Oh ya, silahkan, Seroja!" sahut Roy dengan gayanya yang sok ramah.

Kemudian Seroja pun segera berlalu dari hadapan mereka semua, lalu berjalan menuju ke arah kamarnya. Sebab saat ini, dia berencana untuk menghubungi Mbok Kantil, agar segera datang ke Jakarta. Untuk menemaninya tinggal di rumah kontrakan. Sehingga dengan demikian, Seroja akan memiliki alasan, jika ingin menginap di rumah kontrakannya kepada Pak Haji Ibrahim.

Sambil duduk di tepi tempat tidur, Seroja langsung menghubungi Mbok Kantil dengan menggunakan HP-nya.

"Halo, Mbok Kantil! Kau jadikan hari ini berangkat ke Jakarta, sesuai dengan apa yang aku beritahukan kemarin via WA?"

"Halo, njih, Mbak Seroja. Sekarang saja Mbok sudah numpak sepur, mungkin nanti malam sekitar jam 9, akan tiba di stasiun Gambir."

"Syukurlah, nanti malam aku akan menjemput Mbok Kantil, di stasiun Gambir kalau begitu."

"Baik, Mbak ...."

"Sampai jumpa nanti, Mbok. Hati-hati di jalan!"

"Iya, Mbak!"

Setelah itu Seroja menutup komunikasi telepon di antara mereka. Kemudian dia kembali keluar dari kamar, untuk menghampiri kembali Aliza, yang saat ini tampak sedang duduk sendirian.

"Apakah Roy dan teman-temannya sudah pulang, Aliza?" tanya Seroja sambil kembali duduk di sampingnya.

"Sudah, Mbak Seroja, mereka semua sudah pamit pulang, Bahkan, Roy menitipkan salam untuk Mbak tadi."

"Mereka semua, sepertinya anak-anak yang baik ya, Aliza?" tanya Seroja berlaga tidak tahu.

"Kau salah Mbak, maaf, yang aku ketahui, mereka itu anak-anak lelaki yang berandalan. Bahkan dulu, almarhum Kakak Rembulan, sangat tidak menyukai mereka. Karena mereka suka nongkrong, berjudi, dan mabuk-mabukan. Sebaiknya, jangan dekat dengan mereka, bahaya, Mbak!" pesan Aliza penuh rasa khawatir.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menjauhi mereka, sesuai dengan yang kau katakan, Aliza. Terimkasih, karena sudah memberitahukan aku mengenai hal tersebut," ucap Seroja sambil tersenyum penuh kasih sayang kepada Aliza.

"Iya, Mbak, sudah tugas aku untuk memberitahukan, apalagi sekarang, kau adalah Kakak aku satu-satunya," ucap Aliza dengan binar mata penuh rasa haru.

"Dan, kau adalah adikku, yang harus aku jaga dan sayangi, Aliza!" sahut Seroja sambil memeluk erat Aliza. Mereka berdua pun saling berpelukan, lalu meneteskan air mata penuh suka cita.