Chereads / NAMA DI KAIN KAFAN / Chapter 25 - RASA KETAKUTAN

Chapter 25 - RASA KETAKUTAN

Beberapa menit kemudian, Tio datang sambil membawa baki berisi mie ayam dan es teh manis. Lalu dengan sikapnya yang gugup, langsung meletakkan baki di hadapan Levin. Sikap gugup Tio ini, hampir saja membuat es teh manis yang dipegangnya terlepas jatuh ke lantai. Untung saja dengan sigap Levin memegang gelas tersebut, sehingga tidak sampai terjatuh.

"Astaga! Apa yang kau pikirkan, Tio! Hampir saja gelas ini terjatuh ke lantai, sepertinya kau gugup, karena terpesona melihat kecantikan Seroja, ya?" seru Levin sambil tertawa menggoda.

"Kau ini bicara apa sih, Levin?" sahut Tio menimpali dengan wajah, yang tampak merah padam karena malu.

"Tuh 'kan, wajahmu saja sampai merah padam seperti itu!" ujar Levin sambil terus menggoda.

"Sudah, Levin, dari pada kau banyak bicara, lebih baik kita langsung makan saja," ujar Tio sambil menggelengkan kepalanya, dan merasa kesal dengan sikap Levin saat ini.

"Baiklah, Bro, kita langsung makan saja mie ayam ini, ya," ucap Levin akhirnya, berusaha berhenti tertawa dan menggoda Tio.

"Kau ini, Levin, kadang memang jahil sekali, tau!" sahut Aliza menimpali sambil tertawa kecil.

"Gila! Perempuan ini sangat mirip sekali, dengan almarhumah Rembulan. Membuat aku hampir terkena serangan jantung mendadak karena terkejut. Melihat kembaran Rembulan di hadapanku, sungguh membuat aku jadi merasa ketakutan. Karena seakan-akan aku merasa, Rembulan seperti hidup kembali," gumam Tio di dalam hatinya ketakutan.

Setelah beberapa menit kemudian, mereka semua selesai menikmati makan siang masing-masing. Aliza dan Seroja segera berpamitan dengan Levin dan Tio, karena ingin segera kembali pulang ke rumah.

"Kami pamit duluan ya, Levin, Tio, sampai jumpa hari Senin di kampus," pamit Aliza.

"Oh ya, hati-hati di jalan, Aliza!" sahut Levin.

"Thanks!" balas Aliza sambil melambaikan tangannya, lalu berjalan bersama dengan Seroja ke tempat motor mereka diparkirkan.

"Kita langsung pulang ke rumah, Aliza?" tanya Seroja sambil duduk di jok belakang.

"Rencananya sih begitu, apakah kau ingin aku antar terlebih dahulu ke tempat lain, Seroja?"

"Bagaimana sebelum pulang ke rumah, kau terlebih dahulu mengantarkan aku ke showroom motor. Seperti yang aku katakan tadi, aku ingin membeli motor lalu belajar mengendarainya. Agar mudah jika ingin berpergian, apalagi berangkat kuliah jadi lebih hemat waktu juga uang," jawab Seroja menjelaskan.

"Baiklah kalau begitu, kebetulan teman aku Bapaknya ada yang memiliki showroom motor. Namanya Kania, nanti kau akan aku kenalkan, karena kita akan membeli motor di sana."

"Kania? Sepertinya, aku pernah dengar nama itu, apakah dia juga temannya, Rembulan?"

"Iya, kau benar Seroja, dia juga temannya Rembulan, bagaimana kau tahu hal itu?"

"Dulu aku pernah mencari Rembulan, pada waktu menghilang berdua dengan Bapak ke rumah Kania."

"Oh, pantas saja kalau begitu, ya sudah, sekarang kita langsung saja ke showroom motor Bapaknya Kania saja, ya. Semoga saja Kania juga ada di sana, jadi kita bisa meminta discount khusus kepadanya," ujar Aliza sambil tertawa kecil.

"Terserah kau saja, Aliza," sahut Seroja menyetujui. Kemudian dengan berboncengan motor, mereka langsung berangkat ke tempat tujuan berikutnya.

Kota Jakarta siang hari ini terasa sangat panas menyengat. Ditambah lagi dengan kemacetan lalu lintas yang terjadi, semakin melengkapi penderitaan para pengendara kendaraan bermotor saja rasanya.

Motor yang dikendarai Aliza memasuki parkiran, sebuah showroom kecil di pinggir jalan raya Kramat Lontar. Setelah memarkirkan motor, dan membuka helm yang dikenakan. Aliza dan Seroja berjalan bersama memasuki showroom motor tersebut.

Saat berada di lobby showroom mereka bertemu dengan Kania, yang ternyata saat ini sedang berada di showroom tersebut.

"Assalamu'alaikum, Kania!" sapa Aliza sambil bersalaman, kemudian berpelukan dengan Kania.

"Waalaikumsalam! Tidak menyangka deh, bisa ketemu di showroom ini denganmu Aliza. Memangnya kau ada perlu apa, hingga datang ke sini, tumben sekali?" tanya Kania sambil tersenyum ramah.

"Begini, Kania, Kakakku Seroja, berniat ingin membeli motor, sebagai kendaraan transportasinya setiap hari," tutur Aliza menjelaskan.

"Oh, begitu, memangnya motor seperti apa yang kau inginkan, Seroja?" tanya Kania.

"Motor matic seperti Aliza saja, agar mudah dikendarai nanti," jawab Seroja menjelaskan.

"Kalau motor seperti Aliza saat ini sudah habis, paling bisa dikirmkan besok, bagaimana?"

"Tidak masalah, Kania, aku akan membayarnya sekarang, motornya diantar besok saja ke rumahku."

"Siap kalau begitu! Aku akan memberikan diskon khusus untukmu, Seroja, tenang saja. Sekarang aku pesan dulu ke bagian pengadaan barang, sekalian mengurus surat-suratnya. Oh ya, aku minta KTP mu Seroja, untuk melengkapi administrasi," sahut Kania sambil tersenyum senang. Seroja langsung memberikan KTP nya, setelah itu Kania pun meninggalkan mereka sejenak.

Beberapa menit kemudian datang seorang lelaki membawa teh botol, yang langsung dihidangkan untuk Aliza dan Seroja.

"Silahkan diminum dulu teh nya, Mbak," ucap lelaki itu mempersilahkan.

"Oh ya, terimakasih, Mas," sahut Aliza.

Kemudian Aliza dan Seroja meminum teh botol tersebut, sambil melihat ke sekeliling showroom. Yang semakin lama bertambah ramai, dengan kehadiran para pengunjung. Beberapa saat kemudian, Kania kembali datang menghampiri mereka sambil membawa berkas, yang harus di tanda tangani oleh Seroja.

"Setelah menandatangani semua berkas ini, kau bisa langsung membayar dengan cara cash atau menggunakan debit, Seroja," kata Kania menjelaskan.

"Aku akan membayarnya, dengan menggunakan debit saja kalau begitu."

"Baiklah, kalau begitu sekarang juga kita langsung ke kasir saja, untuk menyelesaikan pembayaran," ajak Kania.

Kemudian mereka bertiga berjalan bersama menuju ke kasir. Mereka berpapasan dengan seorang lelaki muda seusia mereka yang sangat Aliza dan Seroja kenal.

"Sion! Kau di sini juga rupanya," sapa Aliza sambil tersenyum ramah.

"Iya, Aliza, Sion ini masih sepupu aku, dia suka membantu Bapakku bekerja di showroom ini, jika sedang libur kuliah," jawab Aliza menjelaskan.

"Ka-kamu, si-siapa?" tanya Sion dengan bibir bergetar ketakutan. Wajah yang tampak pucat pasi seketika, saat melihat Seroja di hadapannya.

"Kau terkejut ya Sion, melihat Kakakku ini yang mirip sekali dengan, Rembulan? Perkenalkan Sion, ini adalah Seroja, saudara kembarnya Rembulan Kakakku. Saat kecil dia tinggal di Jawa Timur, sekarang dia tinggal bersama denganku," tutur Aliza menjelaskan.

"Huff, pantas saja kalau begitu, wajahnya sangat mirip sekali dengan almarhum Rembulan. Aku sampai terkejut sekali dibuatnya, aku sampai bsempat berpikir. Apakah Rembulan hidup kembali?" komentar Sion sambil tertawa kecil, lalu mengelap keringat dingin di keningnya.

"Kau ini, Sion, suka berpikir di luar nalar saja, mana mungkin orang yang sudah meninggal hidup kembali, dasar bodoh!" seru Kania sambil menepuk lengan Sion dengan gemas.

"Lelaki ini, adalah salah satu dari pelaku pemerkosaan juga pembunuhan, saudara kembar aku Rembulan. Aku tidak mungkin melupakan wajahnya yang menyebalkan itu!" gumam Seroja bermonolog penuh kebencian.