Chereads / NAMA DI KAIN KAFAN / Chapter 23 - REMBULAN MENANGIS

Chapter 23 - REMBULAN MENANGIS

Seroja berdiri di sebuah ruangan yang sangat luas dan temaram. Suasana di dalamnya di keliling kabut tebal, dan terasa sangat dingin sekali. Aroma bunga melati yang menyengat tiba-tiba hadir. Bersamaan dengan kehadiran, sosok seorang perempuan berwajah pucat pasi. Rambutnya yang hitam panjang terurai, dengan mengenakan pakaian serba putih hingga menyentuh lantai. Dia memiliki raut wajah sangat mirip dengan dirinya, berdiri tepat di hadapan Seroja.

"Seroja ... Seroja ..." suara perempuan itu terdengar menggaung memenuhi ruangan, memanggil namanya berulang kali.

"Rem-Rembulan ... ka-kau kah itu?" tanya Seroja dengan bibir bergetar kedinginan.

"Iya, ini, aku Seroja ... aku mohon kepadamu, hancurkan matra kutukan yang telah kau lepas itu, Seroja ..." pinta roh Rembulan dengan suara yang memelas sedih.

"Tidak Rembulan! Aku tidak mau. Mereka semuanya harus merasakan pembalasan, atas apa yang telah mereka lakukan terhadap dirimu! Mereka tidak boleh lolos begitu saja. Bahkan, mereka harus merasakan penderitaan yang lebih pedih, dari apa yang telah kamu rasakan!" sahut Seroja dengan nada suara yang penuh amarah dan kebencian.

"Jangan Seroja... aku mohon, jangan kau lanjutkan ..." desis roh Rembulan sambil menangis, kemudian dia pun menghilang dari pandangan Seroja.

"Rembulan! Ke mana kau, Rembulan! Jangan tinggalkan aku! Rembulan!" teriak Seroja berulang kali sambil menangis tersedu-sedu.

***

"Mbak Seroja! Bangun, Mbak! Bangun!" ujar Mbok Kantil berusaha membangunkan Seroja, sambil menepuk pipinya perlahan berulang kali.

"Rembulan! Ughtt! Mbok Kantil? Ternyata, aku bermimpi, ya ..." ucap Seroja lirih terbangun dari tidurnya. Seluruh tubuh Seroja basah kuyup dengan keringat dingin.

"Iya, Mbak, sepertinya demikian, Mbak Seroja terus mengigau sambil memanggil nama, Mbak Rembulan," tutur Mbok Kantil menjelaskan sambil tersenyum tipis.

"Iya, Mbok, aku baru saja bermimpi bertemu dengan, Rembulan."

"Apa yang disampaikan oleh Mbak Rembulan, kepada Mbak Seroja di mimpi?" tanya Mbok Kantil ingin tahu.

"Rembulan menginginkan, agar aku menghentikan balas dendam yang sedang aku lakukan, Mbok. Tapi itu tidak mungkin! Enak saja para lelaki durjana itu jika dibiarkan begitu saja. Barangkali, jika seorang Rembulan, bisa memaafkan segala perbuatan mereka, tetapi tidak denganku! Mereka akan mendapatkan pembalasan yang sempurna, dengan apa yang telah mereka lakukan!" jawab Seroja dengan pandangan mata penuh kebencian.

"Mbok Kantil juga setuju dengan Mbak Seroja, mereka semuanya, harus mendapatkan balasan yang setimpal!" sahut Mbok Kantil memberikan dukungan.

"Maka dari itulah, aku meminta Mbok Kantil untuk datang ke Jakarta. Agar dapat membantu aku, melaksanakan semua dendam kesumat ini!"

"Sekarang Mbok Kantil buatkan teh manis hangat dulu ya Mbak, biar Mbak Seroja merasa segar."

"Memangnya sekarang jam berapa, Mbok?"

"Sudah jam 5 pagi, Mbak."

"Kalau begitu, sebaiknya kita segera bersiap untuk ke rumah Bapak, sebab aku ingin memperkenalkan Bapak dengan Mbok Kantil. Kemarin Bapak berpesan, agar membawa Mbok Kantil ke rumahnya."

"Baik, Mbak."

Setelah itu Mbok Kantil keluar dari dalam kamar Seroja, untuk membuatkan teh manis hangat. Sedangkan Seroja duduk sejenak, bersandar di belakang tempat tidur. Sambil kembali mengingat mengenai mimpinya tadi.

"Maafkan aku, Rembulan, aku tidak dapat memenuhi permintaanmu itu. Sebab lelaki biadap itu, pantas mendapatkan ganjarannya!" desis Seroja sambil tersenyum sinis.

***

Dengan menaiki gribecar, Seroja bersama dengan Mbok Kantil pergi ke rumah Pak Haji Ibrahim. Saat tiba di depan pintu gerbang, kedatangan mereka disambut oleh Aliza, yang sedang menyirami tanaman.

"Assalamu'alaikum!" sapa Seroja sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam, akhirnya, Mbak Seroja pulang juga! Apakah ini yang namanya, Mbok Kantil?" tanya Aliza sambil mencium tangan Mbok Kantil.

"Iya, kamu benar Aliza, ini adalah Mbok Kantil. Dia sudah seperti Ibu kandung aku sendiri, sebab sejak kecil dia yang membantu Ibu mengasuh diriku," sahut Seroja menjelaskan.

"Ayo, silahkan masuk, Mbok. Kebetulan Bapak sedang sarapan pagi sekarang, bagaimana jika kita sarapan pagi bersama?" ajak Aliza menawarkan.

"Wah, kebetulan Aliza, tadi kami belum sempat sarapan karena belum lapar, tetapi saat tiba di sini sudah terasa laparnya," jawab Seroja sambil tersenyum senang.

"Baguslah kalau begitu!" sahut Aliza.

Kemudian Aliza mematikan keran air, lalu meletakkan selangnya di atas meja. Setelah itu mengajak Mbok Kantil dan Seroja, masuk bersama ke dalam rumah. Saat mereka tiba di ruang makan, Pak Haji Ibrahim langsung menyambut kedatangan mereka dengan suka cita.

"Alhamdulillah, akhirnya tamu yang ditunggu datang juga!" seru Pak Haji Ibrahim tersenyum senang.

"Kenalkan Pak, ini namanya Mbok Kantil, yang pernah aku ceritakan sama Bapak!" sahut Seroja memperkenalkan.

"Senang bisa berkenalan dengan, Mbok Kantil! Mari kita sekalian sarapan pagi bersama," ajak Pak Haji Ibrahim.

"Memang rencananya demikian Pak, karena aku juga merasa lapar," ucap Seroja sambil tersenyum lebar, lalu duduk di kursi dekat meja makan.

Mbok Jum yang baru tiba dari dapur, sambil membawa ayam goreng di piring. Langsung diperkenalkan juga dengan Mbok Kantil. Suasana sarapan pagi saat ini, terasa sangat menyenangkan sekali bagi Seroja. Karena memang sudah sejak lama dia memimpikan, bisa merasakan kasih sayang seorang Bapak, juga keluarga seperti sekarang ini.

"Oh ya, kapan kau akan memulai pendaftaran kuliahmu, Seroja?" tanya Pak Haji Ibrahim, sambil menikmati sarapan paginya.

"Rencananya setelah sarapan pagi ini, Pak. Tapi, aku ingin minta diantar oleh Aliza. Karena aku belum paham, segala prosedur di kampus. Apakah kau mau mengantarkan aku, Aliza?"

"Tentu saja aku mau, Kak Seroja. Bagaimana jika setelah sarapan pagi, kita langsung ke kampus dengan menggunakan sepeda motor aku?"

"Baiklah, nanti Mbok Kantil, tunggu di sini saja, jadi bisa ngobrol dulu sama Bapak dan Mbok Jum. Biar saling berkenalan lebih dekat, nanti sore baru kita pulang."

"Iya Mbak Seroja, tidak masalah," jawab Mbok Jum sambil tersenyum mengerti.

"Bagaimana, keadaan kota Jakarta menurutmu Kantil? Apakah kira-kira Mbok Kantil, betah tinggal di sini?" tanya Pak Haji Ibrahim.

"Sepertinya, saya akan betah tinggal di sini Pak Haji, sebab memang sudah niat di dalam hati saya. Bahwa saya ingin merasakan, bagaimana tinggal di daerah lain. Apalagi di Jakarta, sebab sejak dulu saya 'kan tidak pernah kemana-mana, hanya tinggal di sekitar Jawa Timur saja. Makanya sekarang ini, saya sangat senang sekali," jawab Mbok Kantil.

"Syukurlah kalau begitu. Oh ya, Aliza, sebaiknya nanti jika kamu ada waktu luang, ajaklah Seroja dan juga Mbok Kantil. Jalan-jalan ke tempat rekreasi, yang ada di kota Jakarta ini. Agar mereka lebih mengetahui, bagaimana situasi di Jakarta. Pasti akan sangat menyenangkan," usul Pak Haji Ibrahim.

"Baiklah, Pak. Bagaimana jika hari Minggu nanti, kita jalan-jalan ke Dufan. Apakah kalian mau?" tanya Aliza sambil tersenyum, lalu melihat ke arah Seroja dan Mbok Kantil bergantian.