"Tentu saja aku mau, Aliza, bahkan dengan senang hati!" jawab Seroja sambil tersenyum lebar.
"Alhamdulillah, siplah kalau begitu!" sahut Aliza sambil tersenyum bahagia, lalu mengacungkan jari jempolnya ke arah Seroja.
Selesai menikmati sarapan pagi bersama. Seroja dan Aliza pun segera bersiap, untuk berangkat ke kampus dengan menaiki sepeda motor. Sedangkan Mbok Kantil, akhirnya memutuskan ikut bersama dengan Mbok Jum pergi ke pasar. Mereka berdua rencananya ingin membeli bahan-bahan, untuk mempersiapkan makan siang nanti.
***
Kampus UNINSA tampak berdiri kokoh. Dengan nuansa warna putih bercampur coklat, membuat tampilan gedung tampak elegan. Aneka pepohonan yang tinggi besar dan rindang, menghiasi sekitar kampus, sehingga menambah keasrian tempat ini.
Halaman parkir yang berukuran lumayan luas. Semakin menambah kenyamanan, bagi setiap mahasiswa yang menuntut ilmu di sini. Sebab kebanyakan setiap mahasiswa, membawa kendaraan bermotor setiap kuliah.
Kampus ini terbagi 3 gedung, dengan 3 prodi yang berbeda. Ada gedung prodi kedokteran, bisnis, dan bahasa. Hanya memerlukan kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya Aliza tiba di kampus UNINSA. Dia langsung mengarahkan motornya ke tempat parkiran, yang berada di belakang gedung utama.
"Sepertinya aku harus belajar dan memiliki motor, Aliza. Sebab jika aku perhatikan, di kota Jakarta ini, kendaraan bermotor sangat memudahkan kita dalam beraktivitas," ucap Seroja sambil membuka helm yang dikenakannya.
"Iya, kau benar, Kak Seroja, sebaiknya memang demikian. Nanti bilang saja sama Bapak, agar Kakak dibelikan motor untuk aktivitas," sahut Aliza menyetujui.
"Ah, tidak perlu bilang sama Bapak, Aliza. Aku punya uang sendiri kok, dan jumlahnya cukup banyak, tenang saja," ujar Seroja sambil tersenyum.
Setelah itu mereka berdua pun berjalan bersama menuju ke arah gedung utama. Tepatnya ke ruang administrasi, untuk mendaftarkan Seroja kuliah di kampus ini. Selesai memenuhi berbagai berkas, yang diperlukan sebagai calon mahasiswa. Lalu membayar sejumlah uang melalui mesin ATM, yang terdapat di pintu masuk ruang administrasi tersebut.
Aliza dan Seroja pun berjalan bersama menuju ke arah kantin kampus, yang berada di belakang gedung tidak terlalu jauh dari tempat parkiran.
"Ini adalah kantin kampus kita, Kak Seroja. Jika kau selesai mata kuliah pertama, untuk melanjutkan ke mata kuliah selanjutnya. Jika masih ada waktu untuk beristirahat, biasanya kurang lebih 30 menit. Kau bisa menikmati sarapan atau makan siang di sini, ada banyak sekali dagangan yang dijual di kantin ini Kak, kau tinggal pilih saja,"tutur Aliza menjelaskan, pada saat mereka baru saja melangkahkan kaki memasuki kantin.
"Wah, kampus ini memang sangat menyenangkan sekali ya situasinya, terasa sangat nyaman untuk menuntut ilmu," sahut Seroja sambil memperhatikan sekitarnya.
"Iya, kau benar Kak, sekarang kau ingin makan apa? Kalau aku rasanya saat ini, ingin membeli mie ayam saja," tanya Aliza menawarkan.
"Ya sudah kalau begitu, pesankan aku yang sama saja. Aku tunggu kau sambil duduk di bangku, yang berada di sudut sana ya, Aliza," jawab Seroja sambil menunjuk.
"Baik, Kak!" sahut Aliza.
Kemudian dia berjalan menuju ke arah gerai kantin, yang menjual mie ayam untuk memesannya.
Seroja duduk sambil terus memperhatikan situasi, yang berada di sekitar kampus ini. Yang semuanya masih terasa sangat baru bagi dirinya. Tidak berapa lama kemudian, Aliza pun datang sambil membawa 2 mangkok mie ayam, beserta dengan teh botol dingin, dengan menggunakan baki.
"Ini dia, mie ayam yang paling enak di kampus ini, beserta dengan teh botol dinginnya, Kak Seroja, selamat menikmati ..." ucap Aliza sambil tersenyum, dengan bergaya seperti seorang pelayan saja.
"Terima kasih adikku sayang!" ucap Seroja sambil tersenyum bahagia.
Kemudian dia pun membantu Aliza, untuk menata semua makanan dan minuman tersebut di atas meja. Setelah itu mereka berdua pun menikmati makanan, beserta dalam minuman itu dengan penuh selera.
Pada saat mereka berdua tengah asyik menikmati makanan, tiba-tiba saja dua orang lelaki datang menghampiri mereka.
"Selamat siang, Aliza?" sapa salah seorang dari lelaki tersebut sambil tersenyum ramah.
"Selamat siang, Levin, Tio, kalian ke kampus juga ternyata!" sahut Aliza tampak sedikit terkejut dengan kehadiran temannya tersebut.
"Iya, Aliza, kami mau mengantarkan hasil study banding kemarin ke Pak Osman dosen kita. Bagaimana denganmu sendiri, apakah sudah menyerahkan laporan itu?" jawab Levin sambil duduk di hadapan Aliza bersama dengan Tio.
"Aku belum selesai, Levin, sebab aku masih sibuk mengurus pemakaman Kak Rembulan kemarin," jawab Aliza dengan nada suara yang terdengar sedih.
"Oh ya, aku turut berdukacita, atas meninggalnya Kakakmu itu ya, Aliza. Maaf, kami berdua tidak dapat hadir, untuk takziah waktu itu. Sebab kami berdua pulang ke Bekasi, untuk menengok Papaku yang sedang sakit. Aku rasa, jika kau mengumpulkan laporan itu sedikit terlambat, Pak Osman akan mengerti, Aliza," ucap Levin turut berdukacita.
"Iya, aku harap begitu, Levin."
"A-aku mau memesan makanan untuk kita dulu ya, Levin. Apakah kau mau makan bakso?" tanya Tio dengan wajah yang tampak gugup, dia sesekali mencuri pandangan ke arah Seroja.
"Boleh, Bro, thanks!" sahut Levin sambil tersenyum.
"Oh ya, kenalkan, ini Kakak aku, namanya Seroja, dia adalah kembaran kakakku almarhumah Rembulan. Selama ini dia tinggal di Jawa Timur bersama dengan almarhumah ibunya," ucap Aliza memperkenalkan.
"Kenalkan, aku Levin!" ujar Levin sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Seroja!" sahut Seroja membalas uluran tangan Levin dengan segan.
Di dalam hati Seroja berusaha menahan rasa amarah, juga kebencian yang seketika hadir. Sebab dia dapat mengenali, bahwa Tio adalah salah seorang dari lelaki, yang memperkosa juga membunuh Rembulan. Sedangkan Levin merupakan lelaki, yang pada saat itu turut serta, tetapi dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Luar biasa! Wajahmu sangat mirip sekali dengan Rembulan, bagaikan pinang di belah dua. Kalau saja aku tidak diperkenalkan oleh Aliza, pasti aku akan menyangka bahwa Rembulan masih hidup!" seru Levin tampak takjub memandang wajah Seroja.
"Namanya juga kembar identik, ya pastinya sangat mirip. Kak Seroja, Levin dan Tio, merupakan teman aku satu kampus. Mereka merupakan calon dokter juga, bahkan Levin ini salah satu mahasiswa yang sangat cerdas. Sampai mendapatkan beasiswa gratis, untuk kuliah di kampus kita ini, loh," puji Aliza menceritakan.
"Oh ya, hebat sekali," komentar Seroja, sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.
"Ah, kau ini, Aliza, pandai sekali memuji, hingga membuat aku kegeeran!" sahut Levin sambil tertawa kecil.
"Memang demikian, bukan? Tapi... akhir-akhir ini, prestasi Levin menurun. Karena, dia selalu sibuk, dengan temannya yang berandalan itu!" ujar Aliza dengan nada suara yang terdengar gemas sekali.
"Iya, aku menyadari hal itu sekarang, Aliza. Apa yang kau katakan itu benar sekali. Makanya, sekarang aku sudah mulai menjauhi mereka. Sebelum beasiswa aku ditarik, sehingga membuat aku tidak bisa melanjutkan kuliah lagi nanti," ucap Levin dengan suara yang terdengar menyesal.
"Baguslah jika kau sudah menyadarinya, Levin," sahut Aliza merasa senang.