Chereads / Asmara / Chapter 23 - Bab 22

Chapter 23 - Bab 22

Untuk pertama kalinya setelah pulang sekolah aku akan latihan teater digedung kesenian dikotaku bersama anggota teater lainnya. Oiya aku belum bercerita ya setiap latihan teater diteaterku semua anggota wajib menggunakan pakaian hitam.

Akupun menuju gedung kesenian berangkat bersama dengan kak akbar, karena kak akbar mengajakku berangkat bareng. Setelah sampai digedung kesenian, kak akbarpun segera memarkiran sepeda motornya.

Jadi ini toh gedung kesenian itu ucapku dengan terkagum melihat gedung kesenian ini, iya keita kak akbar menanggapi.

Bersama anggota teater yang lainnya kamipun masuk kedalam gedung kesenian. Wah keren banget ya luas pula tempatnya seru salah satu teman teaterku.

Akupun melihat kesekeliling isi dalam gedung kesenian ini betapa takjubnya aku. Dan kamipun latihan teater didalamnya, tapi sebelum memulai latihan teater seperti biasanya kami olah tubuh terlebih dahulu, kami semuapun memutari sekeliling gedung kesenian ini dengan berlari lari kecil dan menggerak gerakan tubuh kami seperti pemanasan akan senam. fungsinya agar tubuh kita tidak kaku, setelah itu dilanjut dengan berlatih olah vokal.

Selesai sudah latihan teater kali ini. Dari tadipun aku telah berkirim pesan dan bertukar kabar dengan guntur. Ia pun ingin menjemputku kegedung kesenian dan mengantarkan ku pulang.

Tapi mungkin sedikit telat dia menjemputku nya karena diapun sedang eskul bola disekolahnya.

Dia bilang selesai latihan bola aku langsung jemput kegedung kesenian ya tunggu aku, begitu pesan dari smsnya.

Namun aku membalas pesannya dengan berkata enggak usah jemput aku gun, aku pulang bareng teman teman teater soalnya. Diapun membalas pesanku kembali benaran nih enggak apa apa enggak dijemput ? akupun kembali mengirimi pesan padanya iya gun santai aja.

Yaudah kalau mau kamu gitu aku enggak akan maksa, pulangnya hati hati dijalan ya tha, kabarin aku kalau udah sampai dikosan. Begitu isi smsnya. Oke gun, semangat latihan bolanya ya dan akupun mengakhiri pesannya. Saat aku akan pulang bersama teman teman teater lainnya dan sedang menunggu angkot diujung jalan tidak jauh dari gedung kesenian, tiba tiba kak akbar menghampiri aku. Keita kakak cariin malah pulang duluan aja untung kamu belum naik angkot.

Barusan dido bilang kamu udah jalan pulang duluan kedepan bareng anak anak.

Ayo buruan kakak anterin pulangnya, enggak usah kak aku pulang bareng teman teman aja nih ucapku pada kak akbar. Tadikan berangkat bareng kakak pulang juga harus bareng kakak lagi begitu sahut kak akbar.

Salah satu teman teaterku berkata selow keita, lo pulang bareng kak akbar lagi aja kak akbar sampai susulin lo kesini.

Udah sana seru teman teater yang lainnya. Ayo buruan kak akbarpun menarikku menyuruhku menaiki motornya, akhirnya akupun pulang diantar kak akbar dan tidak jadi bareng teman teman teater. hati kecilku pun berbisik aku merasa tak enak dengan guntur, karena aku sudah terlanjur bilang padanya pulang naik angkot bersama teman teman teater. tahu bakalan seperti ini lebih baik aku menunggunya menjemputku.

•~•~•~•~•~•~•~•~

Dikosan,,

Minggu siang, ketika sahabat sahabatku sedang santai dikosan menikmati hari libur dari rutinitas sekolah.

Aku disibukkan dengan latihan teater kembali, karena dua bulan kedepan dimulai dari sekarang teaterku akan pentas digedung kesenian. Maka dari itu latihan teaterpun lebih sering dari jadwal biasanya.

Jadwal latihan yang biasanya seminggu dua kali setiap eskul teater pada hari rabu dan jumat setelah pulang sekolah. Kini menjadi seminggu empat kali setiap hari rabu, jumat, sabtu dipulang sekolah dan hari minggu. Diminggu siang, latihannya pun kini bukan disekolah melainkan digedung kesenian. Tujuannya agar kami terbiasa berdiri dipanggung besar ini sehingga tidak menjadi kaget saat pementasan nanti.

Akupun diantar guntur menuju gedung kesenian, sebenarnya kak akbar mengajak bareng kembali kegedung keseniannya. Namun aku bilang aku ada yang mengantar. Dan kak akbarpun mengerti. Kak akbar juga bilang padaku kalau tak ada teman barengan buat kegedung kesenian. Bareng kakak saja ya , bilang saja kabari kakak kapanpun begitu ucapnya.

Sesampainya digedung kesenian ternyata belum banyak anggota teater yang sudah datang.

Gunturpun menemaniku didepan gedung kesenian, kamipun bercengkrama berdua. Ngobrol santai terkadang diselingi tawa dan canda kami.

Tidak lama ponsel gunturpun berbunyi tampak pesan masuk dilayarnya. Ia pun membaca pesan tersebut dan menunjukannya padaku, ternyata sahabatnya datang kerumahnya minta ditemani membeli sesuatu.

Sahabatku emang suka dadakan gini dia mah, mentang mentang dekat rumah langsung kerumah tanpa ngabarin sebelummya begitu guntur bercerita padaku. yaudah temani saja dulu sahabat kamunya gun, udah sana ucapku. Aku masih pengen disini sama kamu tha, nantikan pulang dari sini kita bisa ketemu lagi sahutku.

Sahabat kamu nunggu dirumah kamu sana temui dulu. Hmm.. dasar ya dia ganggu saja, guntur menghela.

Btw sahabatku yang kirim pesan barusan satu sekolah sama kamu loh tha. Akupun teringat sesuatu, oiya aku pernah dengar dari vina gun, katanya sahabat kamu juga sekolah dikejuruan tiga. Anak ote sama kaya kamu, aku mau nanya sama kamu lupa mulu. Jadi keingetankan gara gara kamu bilang barusan. iya dia anak kejuruan tiga juga jurusan ote dua tha. Siapa gun tanyaku ingin tahu, andri namanya kamu kenal enggak sama dia ? hmm.. andri ya ? enggak kenal kayanya aku. Aku kenal teman dijurusan otomotif hanya beberapa orang saja. Itupun hanya kenal selewat selewat , mungkin kalau lihat orangnya bisa juga aku tahu sahabat kamu itu gun. Yaudah sana gun ucapku, enggak apa apa nih aku tinggal tha ? iya selow gun, bentar lagi juga anak anak teater yang lain datang. Yaudah kalau gitu aku pulang dulu ya tha, pulangnya nanti aku jemput ya. Kabarin saja kalau sudah selesai latihan teaternya oke! Sahut guntur padaku. iya gun.. gunturpun pamit pulang.

Teman teman teaterku belum banyak yang datang termasuk kak akbar kegedung kesenian ini, memang aku datang terlalu awal setengah jam lebih dulu dari jam latihan. Sementara menunggu yang lain datang, lebih baik aku pemanasan duluan pikirku, akupun olah tubuh sendiri mengeliling sekitar gedung kesenian. Aku berlari lari kecil melewati taman, melewati lapangan sepak bola, melewati lapangan basket.

Gedung kesenian ini letaknya ditengah kota dalam gor ( gelanggang olahraga ) akupun melihat beberapa orang yang sedang berlari sama sepertiku. Dan tiba tiba seseorang didepanku dengan mengenakan kostum basket saat berlari ia tersandung batu kecil dan terjatuh tepat didepan mataku.

Reflesk akupun membantunya berdiri, lo enggak apa apakan ucapku pada orang itu mengulurkan tanganku untuk menariknya berdiri.

Dia terkaget melihatku, gua enggak apa apa kok. Diapun segera berdiri. namun mataku tertuju pada lututnya, darah seruku menunjuk kearah lutut kanannya. Dia menyadari lututnya berdarah karena tergores batu kecil tadi.

Dan jalannya sedikit timpang ( pengkor sebelah ) , Tanpa babibu akupun menggandeng lengannya menuntunnya ketepi duduk dibangku taman.

Diapun menyeringis memegangi lututnya. Pasti sakit ya kataku, tunggu sebentar ya, jangan kemana mana gua kesini lagi sebentar pokonya tungguin gua.

Akupun bergegas lari menuju gedung kesenian mengambil tasku diloker gedung, tidak sampai lima menit aku sudah kembali didepan orang itu dan kini duduk disebelahnya.

Aku membuka tasku mengambil tisu dan plester juga mengeluarkan sebotol air minum tupperware berwarna pink yang kubawa dari kosanku.

Aku memang selalu membawa sebotol air minum jika latihan teater. Aku mengambil tisu dan membasahinya dengan air dalam botol minumku. Kutuangi air sedikit dari botol minum tupperwareku pada beberapa lembar tisu yang kuambil dari bungkusnya lalu membersihkan darah dari lutut orang itu, diapun meringis perih.

Tahan ya ucapku supaya tidak infeksi lukanya harus dibersihkan dengan air dulu.

Harusnya sih dengan air hangat, berhubung air hangatnya enggak ada pakai air yang ada saja begitu kataku. Setelah darahnya reda akupun menempelinya dengan plester.

Karena kemanapun aku memang selalu membawa tisu dan plester dalam tasku.

Nanti dirumah lo bersihin lagi aja ya lukanya pakai air hangat.

Terus lo olesin betadine atau salep luka, lo plester lagi atau lo perban kain kasa ya. Hati hati lain kali, larinya selow aja enggak usah buru buru ucapku.

Oiya nih aku menyodorkan botol minum tupperwere pinkku padanya. Matanya melihatku menatap heran ? minum gua buat lo aja, belum gua minum kok. Tanpa meminta persetujuannya akupun memberikan botol minumku padanya. Dan botol minum tupperwereku pun sudah berpindah tangan. Dia masih terpaku memegangi botol minumku. Btw gua kesana dulu ya..

Akupun beranjak dari bangku taman, baru dua langkah aku berjalan dia berkata air minumnya buat gua ini ? akupun menoleh dan berkata iya, kenapa emang ucapnya ? akupun menunjuknya dari jarak dua langkah didepannya tuh keringet lo bercucuran pasti lo udah lari beberapa putaran udah pasti lo haus banget, lo lebih butuh minum itu dari pada gua. ucapku padanya.

Terus lo gimana kalau mau minum ? selow digedung kesenian ada banyak galon.

Kalau mau minum ya tinggal ambil didispenser jawabku apa adanya.

Akupun melanjutkan langkahku kembali, baru selangkahku berjalan. Dia mengeluarkan suaranya kembali dan berkata padaku. dengan cepat dia menghentikan langkahku berjalan kearahku . eh bentar dulu sahutnya padaku. terus tempat minum punya lo nya ini gimana ? udah selow buat lo aja gua masih punya beberapa dirumah. ( padahal itu botol minum tupperware pink favoriteku mungkin karena warnanya pink, warna kesukaanku, biarlah ucapku dalam hati, lagian aku masih punya beberapa warna lain dikosan. Itu semua karena mamaku penyuka tupperwere dari botol minum , wadah bekal untuk makan, hingga toples dikosanku semuanya tupperwere yang sengaja mama bawakan kekosanku dari rumah. Ya begitulah ibu ibu. ) diapun kembali berkata makasih ya sebelumnya udah nolongin gua, makasih juga buat minumnya.

Diapun mengenalkan dirinya padaku mengulurkan tangannya gua bima begitu dia menyebutkan namanya. Gua ? belum sempat aku menjawab ucapanku.

Tiba tiba kak samil senior teaterku yang sedang pemanasan juga melewatiku dan bima,

kemudian menyapaku okta lagi apa ? sambil berlari kecil. Hei kak samil sapa balikku. Duluan ya ta, iya kak jawabku. Jadi nama lo okta ya, ( kak samil memang suka memanggilku okta, sebenarnya anak anak teater beda beda yang memanggil namaku ada yang memanggilnya keita, okta, tata bahkan kei ) Diapun bertanya lagi ngapain ada digor ta ? gua lagi latihan teater tuh digedung kesenian aku menunjuk gedung kesenian yang tak jauh dari tempat kita berbicara.

Oh anak teater ya, gua ? belum dia menjelaskan ucapanya aku memotong perkataannya. Basket, kok tahu anak basket. Itu yang lo pakai kostum basket kan jawabku cepat. Iya gua anak basket lagi latihan disini. Aku hanya mengangguk. Btw gua duluan ya, akupun melangkahkan kaki membelakanginya meninggalkan dia yang sedang berdiri, empat langkah kakiku dari tempatnya berdiri. diapun berteriak kembali " boleh minta nomer lo enggak ? " langkah kakiku terhenti kembali akupun berbalik badan menghadapnya lagi dan berteriak juga " buat apa ? " dari jauh diapun menyahuti " gua mau teraktir lo makan buat ucapan terimakasih " akupun kembali menyahutinya " enggak perlu, jangan repot repot " bima gua duluan ya bye, akupun melambaikan tangan dan berlalu darinya. Bima hanya tersenyum melihatku berlalu dan diapun menuju lapangan basket dengan kaki terpingkal dan sebuah plester luka berwarna pink dilututnya. Plester pink berbentuk hati kesukaanku.

🌷🌷🌷