Chereads / Asmara / Chapter 28 - Bab 27

Chapter 28 - Bab 27

Aku mempercepat langkahku namun terhenti didekat parkiran motor dibawah pohon rindang yang sejuk disore hari ini melihat satya sedang merebahkan tubuhnya bersama beberapa teman tim basketnya.

Dan aku menyapanya satya panggilku. Satyapun menoleh padaku , terbangun dari rebahannya terdengar suara teman disebelahnya mengoda satya ciye disamperin sang mantan noh satya.

Kemudian satyapun menghampiriku.

Dia menyapaku duluan, belum pulang tha ? ini aku mau pulang ucapku. btw selamat ya buat pertandingan basketnya sat begitu kataku. Satyapun menimpali sayangnya seri tha, padahal sedikit lagi tim basket sekolah kita masukin bolanya tahunya waktunya habis. Aku tersenyum, minggu depan kan kalian tanding lagi bukan ? iya jawab satya. Semangat dong sat, btw tadi aku secara enggak sengaja lihat kamu ngobrol sama salah satu pemain dari tim lawan. Akrab banget kayanya ucap satya ? Oh bima maksudnya jawabku , entahlah aku enggak tahu namanya ucap satya padaku. dia temanku kebetulan lagi ada perlu aja begitu kataku. Oh sahut satya.

Satya ingin menanyai lebih jauh lagi namun dia urungkan niatnya karena dia sadar keita bukan kekasihnya lagi, tak seharusnya aku menanyai hal lain tentang urusan personalnya. Kini satya pun tahu nama pemain lawannya itu adalah bima.

Btw sat aku pulang duluan ya, tadinya satya ingin menawariku pulang bareng namun tak jadi ketika satya melihatku buru buru pamit. Sepertinya keita akan menolaknya kembali bila satya menawari pulang bareng seperti saat hari jumat kemarin disekolah.

Satyapun kembali ketempatnya ia rebahan dan bergabung bersama teman basketnya yang lain.

Satyapun melihat bima yang melintasinya dengan begitu santai dan cueknya menuju keparkiran. Satya memperhatikan bima dari ujung kakinya hingga ujung rambutnya dari jauh.

Tinggi keren sih lirih hati satya.

Satyapun dibuatnya semakin penasaran teringat keita dan si bima ini terlihat begitu akrab sekali tadi. Kak hendri pun ikut bergabung dengan satya istirahat sejenak dibawah bangku pohon rindang.

Satyapun bertanya basi basi tentang bima pada kak hendri. Bang lo kenal yang namanya bima enggak ? oh si bima yang tinggi itu , noh orangnya diparkiran bukan satya.

Bang hendri menunjuk dari jauh. Iya ucap satya. Kenapa memangnya sat ? Enggak apa apa sih bang, tadi dia mainnya keren banget ucap satya ( kenyataannya satyapun memang mengakui bima main basketnya keren )

Si bima mah jangan ditanya sat. Udah senior dia diklub basket umum mah. Setahu gua sih dari smp dia udah gabung diklub basket umum.

Siapa yang enggak tahu dia, rata rata anak basket klub gabungan dari semua sekolah tahu dia.

Jago dia main basketnya.

Bima mah udah sering tanding basket kemana mana dan rata rata dia terus yang masukin bolanya, enggak salah didikan anak klub sma lima.

Oh anak sma lima ucap satya dalam hatinya. ( satya pikir bima memang anak sma lima, padahal itu hanya klub basketnya saja. Bima diajak gabung diklub basketnya karena memang bima jago sekali bermain basket ) dia kelas dua belas bang ? bang hendri menjawab, bima kelas sebelas dia seumuran sama lo satya. Serius bang ?

Kenapa..enggak nyangka ya? kelihatan lebih dewasa ya ? mungkin karena efek tinggi badannya sat, maklum dah 182cm tingginya.

Begitu kata kak hendri, Oh sahut satya.

•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Pinggir jalan dekat gedung kesenian,,

Akupun menghampiri guntur yang sedang memarkirkan sepeda motornya ditepi jalan dan menyapanya hai gun, gimana tugas prakteknya sudah kelar ? belum selesai semua sih tha perakitannya besok masih bisa dilanjut pulang sekolah begitu ucapnya.

Oh semangat ya gun sahutku. Pasti dong tha. Btw kenapa enggak kelapangan basket gun ? bukannya teman kamu kan ada yang lagi tanding juga ya ? barusan aku lagi smsan sama dia sekalian bahas tugas, dianya sudah dijalan pulang katanya. oh gitu.. ucapku. Yasudah yuk kita juga pulang ucap guntur dengan senyuman manisnya padaku. sepanjang jalan kita berdua terus saja mengobrol kadang kala diselingi canda,

Sore itu terasa begitu indahnya bagiku..

Bilapun ada termometer yang dapat mengukur suhu dalam tubuhku, aku rasa tetap tidak dapat diukurnya rasa yang begitu hangat ini.

Meski dengan barometer sekalipun, Hangat dan semakin hangat mengalir bersama detak jantungku.

Debaran itupun semakin terasa lebih hidup kini saat aku bersama guntur.

karena perasaan ini hanya dapat kita rasakan.. tersentuh oleh hati namun tak terbentuk visualnya.

Halus menjalar merasuki setiap aliran darah

Itulah rasa bahagia..

Iya saat itu aku merasa benar benar bahagia, bahkan untuk sekedar dijelaskan oleh kata sekalipun tak akan mampu menggambarkan rasa bahagia itu seperti apa?

Dia adalah seseorang yang selalu bisa membuatku berdebar saat bersamanya, Mungkinkah dia adalah my heart beat ???

•~•~•~•~•~•~•~•~

🌹

Panggilan masuk berkali kali dari nomer baru tampak dilayar ponselku.

Terasa enggan aku mengangkatnya.

Ya karena nomer baru, dari dulu hingga kini bila ada nomer baru yang tak ku kenal meneleponku, aku paling malas mengangkatnya.

Aku lebih baik membiarkannya saja. Ya itulah aku.

Bukan tanpa alasan sih sebenarnya sejak aku sma banyak banget nomer baru yang masuk dan menghubungiku dan ujung ujungnya dari cowok cowok yang iseng ngajak kenalanlah, bilang sukalah, atau pura pura salah sambung yang akhirnya ingin kenal juga. Dan aku paling enggak suka menanggapi hal hal yang seperti itu.

Alilpun berkata tha hape kamu bunyi mulu tuh, kenapa enggak diangkat angkat teleponnya ? males ah lil nomer enggak jelas lagi ucapku. yasudah matiin aja ponselnya sekalian sambung dera yang tiba tiba sudah ikut bergabung bersamaku dan alil didepan ruang tv.

Btw risye mana enggak kelihatan dari tadi tanyaku? Ada noh dikamarnya jawab dera, lagi banyak tugas katanya. Oh akupun mengangguk.

Alil dan derapun menanyaiku tentang pertandingan basket tadi bagaimana ? dan akupun bercerita pada kedua sahabatku.

Lagi lagi ponselku berdering kembali setelah terhenti sejenak.

Aku melihatnya ternyata dari guntur. akupun mengangkat telepon guntur lalu melangkahkan kaki menuju kamarku, meninggalkan alil juga dera diruang tv dan akupun berteleponan dengan guntur. ngobrol ngalor ngidul ditelepon bersama guntur dari hal yang penting sampai yang tak penting sekalipun kita bicarakan.

Lucu dan konyol sekali. Satu jam sudah kita berbicara ditelepon, tapi rasanya seperti satu menit. Mungkin bila video call saat itu sudah ada, aku lebih memilih ber video call dengannya agar kita bisa face to face satu sama lainnya lebih terasa hangat dan mengikat.

Gunturpun mengakhiri teleponnya karena ada andri kerumahnya biasa meminta antar guntur ada yang mau dibeli.

Sebenarnya guntur tak ingin mengakhiri teleponnya meski dijalan sekalipun ia memintaku untuk terus berbicara, namun aku menyuruhnya mengakhiri teleponnya.

Nanti dilanjut lagi saja gun kataku.

Temani andri dulu saja oke.

Dan gunturpun mengiyakan nya. Klik telepon ku dan gunturpun berakhir.

Aku melirik jam didinding kamarku baru pukul delapan malam.

Akupun menjatuhkan tubuhku pada tempat tidurku tenggelam dalam duniaku sendiri dengan rasa yang indah.

Akupun tersenyum sendiri saat flash back mengingat pertama kali petemuanku dengan guntur ketika mengenalnya.

Beberapa menit kemudian ponselku kembali berdering , membuyarkan kedamaianku.

Aku bangkit dari rebahanku diatas tempat tidur. Dan meraih ponselku dari atas meja, Terlihat dilayar hapeku ternyata nomer baru yang meneleponku.

Masih dari nomer yang sama tadi.

Akhirnya akupun mengangkat juga panggilan masuk itu. Karena aku merasa terganggu.

" hallo ini siapa ya dari tadi neleponin terus ucapku ? " akhirnya diangkat juga sahut suara disebrang teleponku, sombong loh okta. Ternyata benaran ya telepon gua kagak diangkat angkat dari tadi my be yes, my be no ucap orang itu meragakan perkataanku tadi sore.

Akupun langsung tertawa ngakak dari balik telepon mengingat ini siapa yang menelepon. Hahaha...bima ya? jawabku.

Bimapun meragakan kembali ucapanku dari sebrang telepon.. haha bima ya?, begitu katanya. Iya siapa lagi katanya.

Akupun masih terus tertawa karenanya, sorry sorry bim.

Bukannya gua enggak mau ngangkat telepon lo, makanya lo sms gua dulu kasih tahu ini nomer lo. Kalau gua sudah tahu itu lo kan pasti gua angkat teleponnya.

Yayaya bima menyahuti dasar okta ngeles aja loh.

Dari tadi gua telepon lo susah banget sibuk mulu kata jaringan, sekalinya nyambung kagak diangkat angkat ucap bima.

Akupun lanjut tertawa mendengar ucapan bima.

Akhirnya aku dan bimapun mengobrol ditelepon, namun entahlah apa yang kita bicarakan ? terasa absurd saja pembicaraannya dan random, Yang aku ingat bima terus saja membuatku tertawa dari sebrang telepon karena ulahnya.

Sisi lain yang aku temukan kini karena mengenal bima, dia mampu menghidupkan suasana yang hening menjadi ramai seketika karena tingkahnya yang konyol.

Teman baru ?

teman baru yang lucu pikirku.

🌷🌷🌷