"Iya , gue paham."
"Tapi, kok lo makin cantik sih, Sal! ," goda Miran pada Salma
"Miran! lo mau makan atau mau gombal?"
" Mau semuanya, oh ya sudah siap nih makanannya? masak apa sih lo?"
"Iya sudah siap, gue bikin lalapan siang-siang yang pedas-pedas enak."
Tak lama, Salma juga Miran melihat ke ruang tamu tapi keduanya tak ada dan akhirnya Miran dan Salma mencari ternyata Sam pulang lalu, Sam berkata akan mengurus perceraian untuk Alice agar lega Alice.
Salma juga Miran menyusul Alice dan sempat menggoda Alice tapi, Alice hanya tersenyum lalu memeluk Salma. Alice pun bercerita kalau dia akan pisah baik-baik sama Alice karena, Sam katanya naksir Salma. Salma kaget juga nggak nyangka kalau Sam lebih memilih Salma dari pada Alice . Karena yang Salma tahu, Alice keibuan sekali, sementara Salma sejak ditinggal oleh Ibnu serba cuek juga serba ingin praktis.
Salma sejenak melamun, mengingat apa yang akan terjadi nantinya ketika Alice cerai dengan Sam. Tiba-tiba terpikirkan oleh Salma soal Boy kalau sudah bebas, apa yang harus di lakukan oleh Salma atau pasangannya nanti.
"Salma cantik! melamun aja lo?" ujar Miran pada Salma
"Ah, lo apaan sih. ayo masuk dan makan siang dulu. Tadi kesini juga niatnya cari lo, Alice."
"Hah? iyakah? soalnya gue ngerasa kalau Sam sudah ada di depan makanya gue ke luar dan lo lihat gue dari luar kan?"
"Oh."
Semuanya masuk rumah dan makan siang, saat makan siang Salma masih memikirkan Sam nanti dan tak lama, Sam mengirim chat pada Salma. Di dalam chat Sam, Sam bertanya awal mula bertemu Alice dan lain-lain. Karena Salma sibuk jadi hanya di jawab singkat, hingga Salma keceplosan bertanya dan Sam langsung meminta bertemu berdua dengan Salma.
"Aduh, minta ketemuan segala sih. anak siapa yang jaga?" gumam Salma sambil menemani Baby Ara yang sedang tidur.
"Apaan sih, sal!"
"Ini, Sam ngajak ketemuan sama gue," ujar salma bisik-bisik pada Miran
"Hah? Sam suami Alice? waa gila benaran naksir lo?"
"Sssttt jangan keras-keras, nanti Alice dengar nggak enak gue."
"Sal! gue nggak papa kok, kalau lo sama Sam."
"Dia pantas yang dapat lebih baik dari gue."
"Ah lo, bisa aja."
"Benar, sana berangkat ketemu Sam."
"Gue pikir- pikir dulu ya, gue kan janda jadi harus di jaga."
"Ah, cuek aja. Janda sekarang berani-berani masa lo takut sih."
"Janganlah, Miran. Karena nggak baik berani seperti mereka jadi, gue harus hati-hati."
"lagi pula, Alice biar selesaikan pernikahannya dulu. ya," timpal Salma sambil menaruh gawainya di kamar.
Beberapa bulan kemudian,Miran juga Alice dan Sam tiba di pengadilan. Sementara Salma, sibuk dengan Baby Ara. Meskipun begitu Salma tetap saja memikirkan, apakah benar jika mereka pisah Salma dekat dengan Sam atau akan sebaliknya. Tak lama, Kaka dan Jessica datang ke rumah Salma untuk memberi undangan untuk syukuran 7 bulanan kehamilannya.
Lalu di tempat lain, Amara kesal dengan Sam yang ternyata suami orang dan Amara juga kesal nggak kenal sama sekali malah. Sampai-sampai anak buah yang jadi sasaran Amara. Anak buah Amara pun menjadi tak karuan menghadapi permintaan Amara.
"Hadeh, bos lagi marah. Kita mulu yang jadi sasaran."
"Sabar Din, oh ya Pak Sam mana ya? banyak nih yang harus di periksa sama Pak Sam."
"Lo belum tahu? , kalau Pak Sam itu sudah nikah dan sekarang ke pengadilan."
"Hah? calon duren? nggak kayak sudah nikah tahu-tahu jadi duda aja ya."
"Hei! kalian kok ngerumpi sih?" ucap assisten Amara
"Maaf Mbak," jawab karyawan bersamaan.
Beberapa jam kemudian, Sam juga Alice telah keluar pengadilan dan jawaban pun telah di dapat. Keduanya pun di nyatakan telah berpisah, sementara Alice sempat tak bisa menahan tangis sehingga pecah dan membanjiri pipi ini.
Sam dan Alice pun berpamitan untuk terakhir kalinya, lalu Miran mengantarkan pulang Alice di apartemennya. Selama perjalanan ingatan akan saat menikah membayangi, saat malam pertama membayangi tapi itu semua membawa ke masa yang menyakitkan yaitu masa di mana Alice memilih meninggalkan lama Sam sendiri.
Di tempat lain, Salma akhirnya tahu dari Sam kalau Sam dan Alice telah berpisah. Salma kaget dan terlebih lagi Kaka juga Jessica yang tahu kalau Sam melakukan itu semua demi bisa mendekati Salma. Salma pun menjadi takut juga bingung harus bagaimana, karena kejadiannya begitu cepat dan bingung harus bagaimana.
"Gimana bisa ya, sayang. Laki-laki bela-belain cerai demi perempuan lain?"
"Sayang! ada Salma jangan seperti itu."
"Oh iya, lupa sayang."
"Terus, kita pulang atau nemenin Salma kalau ketemuan sama siapa itu?" tanya Jessica pada Kaka
"Kita temenin dulu saja lah, kasian kalau sendiri."
"Hai! kalian kok di dapur lama amat sih?"
"Eh, ini kita mutusin buat nemenin kalau lo jadi ketemuan sama siapa itu yang duda?"jawab Kaka pada Salma
"Oh, Sam. Nggak jadi ketemu."
"Kenapa?"
"Gue masih minta waktu ke dia, gue nggak mau aja dengan status baru dia. Dia alami yang gue alami sekarang."
"Iya gue paham, lo alami apa? gue nggak tahu kayaknya."
"Gue kan sering diomongin sama tetangga, buat jaga jarak sama mereka. Takut suaminya kecantol gue."
"Hah? bisa gitu ya, semoga lo bisa deh nikah lagi."
"Terus Miran masih deketin si cewek?"
"Iya masih, tadinya kalau balikan sama suaminya. Maunya sama gue."
"Dasar laki!"
Tak lama, di lain tempat. Sam tampak lega dan di peluk oleh Mamanya dengan senang juga sedih karena saatnya telah datang. Sementara itu, Amara mendapatkan kabar kalau Sam sudah di rumahnya. Segera menghampiri Sam ke rumahnya. Dengan mobil kecepatan sedang, Amara membelah kabut yang terjadi karena entah hujan-hujan begini ada kabut. Memikirkan Sam membuat Amara tak karuan sejenak, hingga akhirnya Amara sampai dan langsung mengetuk pintu rumah Sam.
Sam pun langsung melihat yang datang siapa dan ternyata Amara. Sam membuka pintu sambil bertanya ada apa ke rumah Sam tapi, Amara malah memeluk erat Sam sambil berkata hal yang aneh menurut Sam.
"Lo kenapa ngomong gitu? lo kenapa?"
"Hah? gue ngomong apa emang?"
"Lo ngomong, maafin gue yang nggak bisa buka hati lo, biar lo bisa move on dari Mantan istri lo."
"Sorry gue bilang gitu, gue hanya mau jujur sama diri gue sendiri juga mau jujur dari lo. kalau gue suka sama lo."
"Sejak kenal lo, gue merasa hidup gue berwarna. gue merasa gue harus bertahan. apapun yang terjadi."
"Terima kasih ya, tapi maaf Amara gue anggap lo hanya teman biasa saja."
"selebihnya nggak bisa."
"Kenapa nggak bisa sayang?" ucap Mama tiba-tiba.