Chereads / In Pursuit of love / Chapter 45 - Bab 45

Chapter 45 - Bab 45

Miran datang dengan kegugupan, lalu menatap Alice dengan penuh cinta. Sementara Alice menatap Miran dengan berkaca-kaca juga takut akan mengecewakan.

Hingga saat yang di tunggu telah tiba, Miran meminta dengan lembut untuk menikahinya meskipun dirinya janda. Miran pun menunggu, jawaban dari Alice. Alice sesekali menoleh ke keluarganya dan keluarganya pun memberikan kode.

Acara pun masih berlangsung dengan dag, dig, dug. Jawaban pun masih di tunggu dan Miran menunggu dengan sesekali mengusap keringat yang turun ke pelipisnya, di bawah hidungnya dan di dahinya.

Akhirnya yang di tunggu pun terjawab, Alice menjawab dengan anggukan lalu Miran bersujud syukur kemudian memeluk erat dan berkata terima kasih telah menerima lamarannya.

"Terima kasih ya, telah menjawab lamaran gue."

" Iya," jawab Alice yang gantian menangis

"Oh ya, ini sekalian akad bisa lo."

"Gimana Kamu, Miran mau?"

"Saya rasa alangkah baiknya di persiapkan agar lebih baik lagi dalam acara yang saklar."

"Iya alangkah lebih baik seperti itu."

"Ya sudah kalau gitu."

Tak lama di lain tempat berbeda, Kaka kembali ke rumah sakit dan mencari lagi Kiara. Kemudian, Kiara yang datang tapi di ruangan kerja dan sibuk dengan kerjaannya. Tapi teman-teman Kiara yang heboh dengan kedatangan Kaka yang mencari perawat. Kiara yang cuek juga malas dengan apa yang terjadi dengan sekitarnya hanya bisa mendengar saja.

Tak berselang lama, teman Kiara menghampirinya dan meminta Kiara keluar sebentar karena ada yang mencari perawat.

lalu Kiara menolak permintaan teman-temannya itu, Hingga saat butuh keluar dari ruangannya. Kaka ternyata masih di luar lalu Kiara kaget kalau ada Kaka yang ternyata datang kemari.

Sementara teman Kiara heboh karena, serasa melihat cinderella di dunia nyata. Kiara pun menghampiri sebentar Kaka dan bertanya maunya apa lalu kaka menjawab kalau mau mengajak makan siang kalau Kiara mau.

"Gimana kamu mau makan siang sama gue?"

"Bisa tapi gue nggak mau di luar, pekeerjaan gue banyak."

"Ok, makan di kantin rumah sakit saja ya?"

"Iya boleh, saya tunggu sambil saya mau lihat anak saya dulu."

"Anak? lo sudah punya anak?"

"Iya, baru saja lahir dan istri saya beberapa minggu lalu meninggal."

"Anak lo kenapa? boleh kah gue lihat anak lo?"

"Anak gue lahir prematur karena banyak komplikasi sama mantan istri gue dan iya lo boleh tahu kok."

Kiara pun mengikuti Kaka yang ikut melihat anak Kaka yang lahir prematur, Kiara menjadi iba pada Kaka dan saat sampai Kiara berhenti melangkah karena bayi mungil yang di inkubator sedang tertidur. Badannya yang lemas juga tak berdaya yang terlihat jelas oleh Kaka juga Kiara.

Air mata Kiara menetes tanpa di sadari olehnya, Hingga Kaka melihat dan memberikan sapu tangan milik Kaka. Kiara tersentuh dengan apa yang di lakukan oleh Kaka, hingga Kaka mengingatkan Kiara untuk kembali bekerja saja daripada di ruangan bayi.

Usai melihat anak Kaka, Kiara berbalik ke ruangannya tapi Kiara sedih dengan keadaan Baby khalid dan Kiara semangat untuk bekerja lalu ingin melihat Baby khalid.

"Kok semangat banget lo," tanya teman Kiara

"Gue dapat penyemangat tiba-tiba."

"Oh pasien yang tadi buat lo senyum seperti ini sekarang," goda teman Kiara

"Banyak nggak hanya dia."

"Eh Pak Direktur butuh di temenin Rapat, soalnya seketarisnya lagi cuti hamil."

"Hmm lo kayaknya cocok deh," ucap teman Kiara

"Maksudnya mbak?"

"Iya buat temenin Pak Direktur Rapat."

"Ah malas Mbak, pasti mampir-mampir deh."

"Mending yang lain," jawab Kiara

"Sudah ada janji sama pasien, mbak Kiara."

"Waa, bidadari Rumah sakit mau melepas masa lajang."

"Belum kok, Mbak."

"Kan saya magang dulu lalu skripsi."

"Menikah terlebih dahulu nggak papa kok."

"Iya, terima kasih."

Kiara pun lanjut bekerja dan fokus memikirkan pekeerjaan kemudian lanjut makan siang dengan Kaka. Berulang kali Kiara pun memikirkan Baby khalid, Kiara pun merasa kangen dengan baby Khalid.

Jam makan siang telah tiba, Kiara mempercepat langkahnya menuju kantin dan sampai di kantin, Kiara mencari Kaka sampailah Kiara terengah-engah mencari lalu ada air minum yang terlihat saat Kiara duduk. Kiara langsung menoleh kemudian tersenyum dan keduanya pun makan bersama.

Tak berselah lama di tempat lain, Gea yang pulang bersama dengan Sam di ajak makan bersama sambil merayakan keberasilan Gea membuat Salma mau menerima hadiah dari Sam. Sementara Gea hanya bingung kenapa bisa sesenang itu, tapi sekaligus Gea senang bisa membantu Sam yang lagi jatuh cinta dengan Salma.

"Senang banget sih, jatuh cinta banget sama Bu Salma."

"Ya karena tak enak rasanya di tolak."

"Besok mau mengirim hadiah lagi?"

"Ya tapi, nanti dulu ya. Kita cari-cari hadiah dan kamu mulai dekati Salma, ya."

"Gue lagi bantu Sam? kalau gue jatuh cinta lagi sama dia gimana?" ucap Gea dalam hati

"Gea? lo nggak papa?"

"Oh iya Pak , nggak papa kok."

"Pak? lupa kita nggak di kantor?"

"Maaf Sam, hanya mikirin sesuatu saja."

Makanan yang di pesan pun telah datang, Sam juga Gea lanjut makan tapi Gea lagi -lagi memikirkan bagaimana perasaannya nanti kalau Gea terus-terusan bersama.

Gea berulang kali makan sambil melihat ke arah Sam dan sebaliknya pun begitu tapi, Sam berbalik melihat karena merasa aneh dengan Gea hari ini.

Sam yang tidak tahan dengan tatapan Gea, bertanya pada gea kenapa melihat Sam terus.

Gea bingung dan hanya tersenyum lalu Gea meminta pada Sam untuk segera pulang saja, karena tak enak badan. Sam mengiyakan sambil meminta sekali lagi bantuan padanya.

Sampailah di rumah, Gea merebahkan badanya itu di sofa ruang tamu sambil melihat ke rumah Sam. lalu berseloroh dan ke dapur untuk minum air putih, tak berselang lama ada suara bel rumah. Gea yang melihat dari jendela dapur yang jendela itu masih terhubung ke luar jalan.

"Sam! ngapain ke rumah?" ucap Gea sambil melihat sekitar yang sedikit berantakan

"Gue harus apa kalau sudah begini? ya Allah."

"Iya sebentar, masih beres-beres sedikit," ucap Gea pada Sam

"Lama sekali buka pintunya? apa yang sedang berusaha lo sembunyikan dari Gue?" tanya Sam pada Gea dengan menyipitkan matanya

"Maaf, Sam karena gue masih harus membereskan yang bersekaran di lantai."

"Ini buat lo, obat-obatan yang gue rasa perlu buat lo."

"Ini satu plastik kecil ini buat gue?"

"Iya buat lo, gue rasa lo emang sakit dan nanti lo nggak bisa bantu gue ke gebetan gue."

"Lo cuman mau gue bantu lo, makanya lo baik seperti ini," ucap Gea dalam hati

"Ya sudah lo minum obat itu, ya. Gue pulang dulu."

"Kalau ada apa-apa ke rumah gue ya," timpal Sam sambil bersiul-siul

Gea pun masuk setelah dapat obat dari Sam, kini Gea menjadi bingung akan perasaannya. Sebelumnya perasaannya suka dan menjadi biasa tapi sekarang di buat jatuh cinta lagi dengan sikapnya.

Gea masuk ke kamar berkaca di cermin dengan melihat wajahnya yang jujur menurut dia, nggak jelek-jelek amat juga nggak cantik-cantik banget.

Harus apa lagi yang di lakukan setelah hari ini, lalu harus sikap seperti apa setelah ini. Terus saja perasaan itu yang mengusik Gea.

"Safa kini seperti di telan oleh bumi, menghilang dan seperti tak anggap gue lagi kakaknya, apa?" gumam Salma usai menulis 3 rb kata sehari tepat malam hari

"Ada apa sih ngomel terus?"

"Kaka? sejak kapan masuk ke rumah?"

"Sejak tadi lihat lo ngomel soal Safa, safa pasti baik-baik saja. tenang, ya?"

"Iya gue berharap begitu, gimana Baby khalid butuh apa? gue banyak dapat hadiah dari Sam."

"Dia berulah apa lagi?"

"Sudah nggak pernah sih tapi, yang buat gue heran. Gue punya fans sekarang."

"Dia kerumah dan kasih hadiah ini baju bayi."

"Harus bersyukur dengan apa yang lo dapat sekarang."

"Iya maaf, oh ya gimana baby khalid?"

"Alhamdulilah sehat, makin pinter juga nggak sabar gue bawa dia ke rumah."

"Kalau perlu apa-apa bilang ya?"

"Iya, oh ya masih nulis lo? di mana?"

"Web Novel, kenapa?"

"Agak ramai ya di artikel? tapi beritanya sudah hilang ya?"

"Iya, lo tahu editor pusatnya cakep menurut gue tapi makam Ibnu belum basah dan gue bahas laki -laki lain."

"Iya gue paham akan hal itu."

"Sudah makan lo, Kaka?"

"Belum dua kali, tadi gue makan di kantin rumah sakit."

"Oh gitu, lo sendiri sudah makan?"

"Hei! makan-makan nggak ajak gue?"

"Miran? gimana lamaran lo? lancar?"

"Ya dong dan gue bawa Alice ke sini."

"Hai semua!"

"Alice sini masuk, makan bareng gue ya?"

"Gue sudah makan, gimana kalau makan di luar?" ucap Alice pada lainnya

Di tempat berbeda Amara telah bangun dan sekarang menyantap makanan yang ada di meja makan. Amara santai makan, hingga Kiara pulang dan menyapa Amara. Entah ada apa dengan Amara, Amara tidak sinis atau marah meskipun menjawab singkat.

Lalu Amara kembali ke kamar, usai selesai makan. Amara melihat chat terakhir dengan Sam lalu, mengirim chat lagi pada Sam. Namun Sam belum balas apapun juga, Amara menunggu dan belum juga di balas.

Kiara yang senang dengan sikap Amara, penasaran dengan Amara hari ini. Kiara mengetuk pintu kamar Amara dan belum ada jawaban. Hingga Amara akhirnya membuka dan Kiara langsung memeluk Amara.

Amara terdiam saat di peluk dan hanya berkata singkat.

"Gue kangen lo, Amara."

"Apaan sih lo, tiap hari ketemu gue juga."

"Kangen peluk lo, maksudnya."

"Sudah-sudah, ada masalah lo?"

"Nggak ada, kangen lo pokoknya."

"Iya, boleh nggak gue tidur di kamar lo?"

"Boleh," ucap Amara dengan tersenyum sedikit

"Lo patah hati jadinya mau nyapa gue?"

"Lo sendiri masih canggung sama gue?"

"Kenapa balik bertanya sih," keluh Kiara

"Maaf, hanya saja lagi nggak mau bahas masa lalu dan hanya mau bahas masa depan."

"Termasuk hubungan kita akan membaik termasuk akan baik-baik saja?"

"Who knows?"

"Lo baik-baik saja?"ucap Kiara sambil menyentuh bahunya

"Sedikit lebih baik, gue sepertinya mulai sadar untuk nggak banyak berharap pada Sam."

"Kok bisa? gue berasa lelah dan kayaknya gue mau ke singapore aja."

"Ngapain balik lagi ke singapore?"

"Gue mau kuliah lagi atau ngelakuin hal baru mungkin?"

"Gue boleh kan, sering ke singapore?"

"Bolehlah, Kiara Santorini gue Amara Santorini mau bilang minta maaf sama lo karena sudah membuat lo menjadi dingin untuk sementara waktu."

"Tunggu sebentar ya? ada telepon."

"Ah, Sam thank you sudah angkat telepon gue, Besok lo ada waktu nggak?"

"Bisa, ada apa Amara?"

"Gue mau ngomong sesuatu besok."

"Ok, mau gue jemput ke kantor?"

"Boleh,"jawab singkat Amara

"Kak Sam, gue sudah baikan lo sama Kiara?"

"Waa serius, hutang janji lo sama gue ya."

Esok harinya di tempat berbeda, Miran datang ke rumah Salma dengan senang hati lalu Alice pun terlihat bucin pada Miran. Sementara Salma, sibuk menulis di sambi mengurus Baby Ara. Alice pun ikut membantu Miran untuk mengurus Cafe +toko buku Salma yang mulai di buka hari ini.

Tak lama Salma ke ruangan perpustakaannya dan mengambil buku novel yang di perlukan. Hingga tak sadar buku yang di ambil novel hadiah dari Ibnu yang berjudul AriZona.

Entah kenapa memegang buku yang memorable ini, Buku ini pun masih membekas di otak Salma. Proses membacanya juga proses diskusi soal kehidupan dengan Ibnu dan terlebih Ibnu berkata kalau buku yang di beli harus di baca.

"Sal! kok bengong."

"Ada apa?" tanya Miran sambil melihat Salma yang terdiam

"Gue ingat Ibnu, buku ini pemberian Ibnu."

"Oh, terus ya udah taruh lagi aja."

"Sayang!"

"Buka kalau lo sudah siap ya?"

"Kalau belum siap nggak usah ya?"

"Siap atau nggak siap gue harus buka ini mungkin."

"Agar gue makin kuat menghadapi hidup yang sendiri ini."

"Lo mau nikah lagi? sama siapa?" tanya Miran seenaknya

"Bukan, buku ini ngajarin gue buat hadapi semua dengan senyuman."

"Jangan sering-sering senyum tapi, nanti gigi lo kering."

"Lo masih lama kan bantu gue urus interior di cafe+toko buku ini di rumah?"

"Iyalah, masih banyak yang perlu di tata setelah sebelumnya kita minta tolong banget buat kirim ulang buku dengan cara review bukunya."

"Ok, gue mau pergi sebentar."

"Jangan sendiri, ya."

"Kaka? kapan datang sih?"

"Baby khalid sudah pulang?"

"Ok, siap sambil gue mau cari inspirasi buat nulis."

"Oh ya, ada tamu cewek di luar. Dia bilang Gea dan dia fans lo di..."

"Web novel," jawab Miran dan Alice bersamaan.

"Hari ini dan gue minta ke lo buat ikut gue."

Salma kaget, yang mengaku fans datang lagi dan Salma pun menemui Gea itu. Gea pun datang pakaian kantor dan membawa bekal makanan sehat untuknya lalu pulang. Salma kembali menerima pemberian Gea dan membawa makanan itu ke mobil Kaka.

Sementara Kaka tampak merasa ada yang aneh dan ada yang janggal tapi, belum tahu apa itu. Di mobil Salma masih tak habis pikir karena tinggkah Gea ini, dan Kaka berniat untuk mengajak Gea makan siang hari ini tapi Salma masih belum kepikiran melakukan hal itu.