Salma pun diam dan bergegas bersih-bersih di rumah lalu lanjut meeting dengan Ph Indonesia.
Sam yang masih merokok, tiba-tiba berkata yang membuat Salma menoleh ke arahnya dan melihat senyum sumringah dari Sam. Ketika Salma menuju ke pintu luar, Salma tak peduli dengan ucapan Sam hingga Bos Ph Indonesia meminta bertemu besok untuk membicararakan cast pemain web series Salma.
"Iya Pak, besok bisa bertemu usai jam makan siang."
"Oh ya, kata anak buah saya, kamu sudah menikah. bawa suamimu ya."
"Ah, harus pak? soalnya suami lagi di luar negeri."
"Oh begitu, kapan -kapan saja kalau begitu."
Tak lama, Ibnu keluar dari kamar mandi dan bertanya pada Salma soal yang di ucapkan oleh Salma. Keduanya pun saling berdebat dan beranggapan kalau pendapat mereka masing-masing benar adanya.
Ketukan pintu rumah Salma, membuat keduanya berhenti berdebat. Salma pun membuka dan begitu tahu tamu yang datang, Salma memeluk sambil menyuruh masuk. Tapi, tamunya mendapati Ibnu pergi dengan membawa koper. Salma hanya bisa menghembuskan nafas panjang lalu, menyuruh menunggu minuman di sediakan juga camilan di sediakan.
"Terima kasih ya, Safa, sudah mau mampir ke rumah gue. Secara kan kalian lagi honey moon. Maaf ya kalau waktu gue ke nikahan lo cuman sebentar."
"Nggak papa kok kak, kata Kak Jessica, Kakak sibuk sama web series baru. Soal apa kali ini?"
"Masih sama dari web series yang di Australia cuman yang membedakan sedikit rombak cerita yang gue plot twist."
"Wih keren kak Salma, tapi makin keren dengan tawarin ke gue?" pinta Safa sambil menaikkan alisnya sebelah
"Coba aja ya, soalnya dalam waktu dekat bakalan di buka open casting."
"Kakak yakin mau pisah sama Kak Ibnu?"
"Tadinya mau gretakan sambel tapi, lihat dia ngobrol sama Mark, suami lo dan Kaka. Tekad gue bulat," jawab Salma sambil menaruh camilan di susul minuman es teh.
"Ayo di minum, di makan camilannya."
"Sal! , kalau soal Ibnu cerita sama gue juga Kaka. Gue rasa lo salah paham deh."
"Kaka sudah cerita juga, pengacara Ibnu juga sudah bilang. Jadi, mau dengar apa lagi?"
"Emang yang lo tahu gimana?"
"Aduh, mau apa lagi yang lo. mau tahu sih?" ujar Salma sambil mengambil laptop dan melihat editor buku itu lagi-lagi mengulas tulisan Salma sekaligus menawarkan untuk menerbitkan buku.
"Kok asik sama Laptop sih?"
"Ada apa emang kak?"
"Ada penerbit yang nawarin nerbitin buku, tapi kritik tulisan mulu tiap buka aplikasi Wn."
"Apalagi itu kak Wn?"
"Kalau bahas Wn, nggak akan pernah bisa berhenti. kalian siap mendengarkan?"
"Siap -siap saja kak," jawab Safa sambil membetulkan duduknya.
"Jadi, ah panjang nanti. Intinya dia platform untuk menulis dan di bayar kita sebagai penulis."
"Ok, di bayar berapa?"
"200 dollar dan setara 2.8 juta secara kurs dan di potong 2.4 juta."
"Lumayan ya? kalau gue bisa lebih tapi, potongan pemerintah yang besar. dapatnya cuman puluhan juta," jawab Safa
"Kalau gue nggak peduli uang orang lain yang penting gue mikirin gue."
"Ya sudah, semangat nulis dan lebih baik fokus menulis kalau memang nggak bisa di pertahankan pernikahannya."
"Iya, gue pun yakin, nanti Ibnu yang akan menyesal."
"Gue pun akan tertawa di atas penderitaan dia," ujar Salma sambil mengetik dan tertawa terbahak-bahak.
Beberapa minggu kemudian, Kaka mengunjungi Boy yang ada di penjara. Kaka mengatakan kalau apa yang sudah di lakukan Boy membuat Ibnu menderita dan jawab boy dengan santai kalau apa yang di dapat oleh Ibnu pantas. Untuk itu, akan selalu ada balasan buat Ibnu. Entah dari Boy atau dari yang lain, karena memang nggak ada yang pantas dapat cintanya Salma. Kaka marah menndengar apa yang di ucapkan Boy, tonjokan di bagian sudut bibirnya pun sampai. Hingga sipir penjara melerai dan Kaka memilih pulang saja.
Di lain tempat Safa dan Mark membahas Salma yang ternyata salah paham. Safa sedih dengan rumah tangga Salma harus berakhir dengan maut yang memisahkan. Ibnu ternyata juga sakit leukimia sudah memasuki stadium C. Untuk itu, hanya ada harapan hidup kurang dari 5 tahun. Itulah mengapa, Ibnu selalu sedih ketika harus membahas dirinya setelah berpisah.
Di lain tempat Salma memulai membuka casting untuk web seriesnya ini yang di adaptasi dari Web Novel. Tanpa di ketahui oleh Salma, Sam datang dan duduk di pojokan melihat casting dari jauh.
"Lo sudah siap buat casting kan?" tanya Salma pada kandidat
"Siap!"
"Oh ya, dari tadi ada cowok lihatin kita deh," tanya produser sambil bisik-bisik
"Siapa?"
"Itu di pojokan, coba lihat deh."
"Oh dia, sudah nggak usah di hiraukan deh."
"Siapa sih dia?"
"Itu editor penerbit, berulang kali nawarin gue."
"Oh, bagus milih web series emang."
Beberapa hari kemudian, Salma ke dokter kandungan sendiri tanpa Ibnu karena Ibnu ke Australia seminggu. Dokter yang biasa melihat Ibnu bersama Salma, seperti curiga dengan Salma. Salma pun tak peduli dengan kecurigaan Dokter.
Salma pun langsung di periksa kandungannya, alhamdulilah bagus kata Dokter kandungan. Salma pun pulang tapi, entah takdir atau apalah. Sam muncul lagi dan kali ini memberikan undangan untuk launching buku yang dari penerbitnya.
Salma yang nggak peduli hanya menaruh undangan itu di dalam tas, Salma memilih pulang dan sampai di rumah. Salma malah melihat Ibnu bersama perempuan yang ada di kamar. Salma marah-marah dan kecewa karena Ibnu nggak bisa menuruti maunya untuk seperti awal-awal menikah.
Salma yang sedih, memilih pergi dari rumah dan mengendarai mobil dengan mengebut. Hingga tanpa sengaja hampir saja menabrak orang dan Lagi-lagi Salma bertemu dengan Sam.
"Lo kenapa Sal? tanya Sam dengan panik
"Nggak papa gue, lo balik aja."
"Nggak, lo pasti kenapa-kenapa. lagi hamil besar gitu."
"Gue bisa sendiri," jawab Salma dengan menahan air mata
"Lo mending ikut gue, dekat sini apartemen gue kok."
"Nggak terima kasih."
"Lo boleh nolak penerbit gue, tapi please soal bantuan jangan."
"Ya sudah kalau gt."
Sampai di apartemen Sam, Salma rebahan di sofa. Sam mengambil makanan juga minum, lalu Sam ke meja kerjanya. Berkutat dengan laptopnya. Sesekali Sam bertanya pada Salma soal Web novel juga bertanya kabar kehamilan Salma.
Salma pun makan juga minum hingga tak sanggup lagi menahan air matanya jatuh. Sam mendengar Salma menangis takut juga nggak tahu apa yang harus di lakukan.Lalu Salma meminta Sam untuk tak mengganggu dahulu karena ingin menangis sepuasnya. Sam pun berusaha mengerti dan membiarkan Salma menangis.