Chereads / In Pursuit of love / Chapter 34 - bab 34

Chapter 34 - bab 34

Sam yang membiarkan Salma menangis , hanya bisa terdiam. Bingung juga tak takut akan terjadi apa-apa dengannya. Di lain tempat, Ibnu sering sekali kesakitan dan minta pada pengacaranya untuk segera mengurus perceraiannya. Pengacaranya pun segera melakukan apa yang di minta oleh Ibnu.

Usai Salma menangis, Sam mengajak Salma jalan-jalan. Saat hujan, Salma teringat masa dulu berteman dengan Ibnu. Salma malah menangis lagi, karena tak tahan. Sam meminta Salma memeluk boneka besar yang ada di toko boneka yang tak jauh dari tempat mereka jalan-jalan. Ternyata boneka itu berbunyi juga bersuara I Love you.

"Ini ya Pak pos, kirim ke alamat yang sudah saya tulis di situ."

"Iya Mas, semuanya 10 rb mas," ucap pegawai Pos itu

Malam harinya, Kaka juga Jessica datang untuk menemani Salma. Tapi, saat di ketuk nggak ada yang menjawab. Jessica panik dan mencoba menelepon gawainya Salma tapi, tak di angkat juga. Hingga Jessica juga Kaka memutuskan mencari Salma di luar dan mereka berdua saling berpencar.

Jessica, kaka sudah mencari kemana-mana tapi tak ketemu juga Salma. Keduanya pun memutuskan menunggu di teras rumah Salma. Menunggu sampai pengacara Ibnu datang ke rumah Salma untuk memberitahu pada Jessica juga Kala, kalau Salma jangan kemana-mana karena akan ada kiriman dari Pak Ibnu.

"Pak, benar Kalau Ibnu sakit Leukimia?"

"Iya Mbak, setahu saya."

"Jangan-jangan, mau cerai karena mau mati. Ibnu?" ucap Jessica menatap Kaka

"Iya memang alasannya itu, makanya gue cepet ngomong sama Salma. Tapi, Salma terlanjur nggak percaya." jawab Kaka dengan santai

"Kenapa nggak bilang sih, kalau lo jujur bilang kalau Ibnu itu sakit leukimia?"

"Males berantem sama kamu sayang."

"Ih kamu, gue baru tahu juga waktu Papi bahas Ibnu di kantor sama kliennya yang juga kliennya Ibnu. Semua juga sudah tahu, kalau Ibnu sakit dan mau cerai."

"Papi tahu? terus tanggapan papi apa?"

"Papi sih sedih tapi, nggak tega juga yang mau bilang ke Salma."

"Terlalu sakit pastinya," ucap Kaka pada Jessica

Tak lama, Safa juga Mark memberitahu kalau Salma ada di apartemen laki-laki. Safa juga Mark meminta Jessica dan Kaka menjemput Salma. Jessica juga Kaka dan lainnya segera menjemput Salma, Hingga saat di parkiran rumah Salma. Malah Salma ada di depan dan baru saja turun dari taksi bersama laki-laki yang nggak di kenal oleh semua teman-teman Salma.

"Terima kasih ya, sudah mau bantu gue," jelas Salma pada Sam

"Iya, Sal. hati-hati ya lo."

"Eh, kalian? kenalin ini Sam, Sam ini temen-temen gue."

"Hai semua."

"Gue pulang dulu ya," timpal Sam pada semuanya

Tak lama, Salma saat akan masuk melihat Bram di rumah Salma. Salma langsung mendekati Bram untuk tahu apa yang mau di bahas atau hal lainnya. Bram pun mengulangi lagi apa yang di ucapkan Ibnu, Salma kaget dan berjalan mundur lalu pingsan.

Semua yang ada di situ hanya bisa kaget juga dan segera membawa Salma ke dalam rumah.Salma di berikan minyak kayu putih di hidungnya. Tapi, belum juga bangun. Lainnya pun memikirkan bagaimana keadaan Salma, jika belum sadar juga.

5 menit kemudian, Salma sudah bangun dari pingsan. Salma pun terbangun menangis lagi dan meminta minuman agar lebih baik.

"Ini di minum ya," ucap Jessica yang memberikan minuman pada Salma

"Iya terima kasih, mana Bram?"

"Oh sudah pulang, ada urusan katanya."

"Gue harus segera selesaikan pernikahan ini, kalau emang Ibnu benar-benar tega meninggalkan gue di saat hamil besar seperti ini."

"Lo nggak mau dengerin kita-kita dulu?"

"Gue kan sudah tahu kalau alasan Ibnu menceraikan gue."

"Yakin lo tahu semua?"

"Sudah cukup yang gue tahu, makin tahu semua yang akan membuatku sedih. Akan makin berat buat gue, kan?"

"Sal! nggak semua lo tahu!"

"Sudah, kalian masih mau di sini atau pulang?"

"Kalau masih mau di sini, ayo masuk."

"Kita pulang saja," jawab semua bersamaan

"Ya sudah kalau gitu," jawab Salma santai

Beberapa bulan kemudian, Salma tiba-tiba perutnya sakit sekali. Tepat ada Ibnu di rumah, Ibnu segera membawa Salma ke rumah sakit. Salma yang kesakitan hanya bisa merengek kesakitan, Ibnu pun meminta Salma bertahan selama perjalanan menuju rumah sakit bersalin.

Sampai di rumah sakit, Salma tiba-tiba tidak sakit lagi. Tapi, dokter meminta Salma untuk stay di rumah sakit. Untuk aktifitas dibatasi dahulu saat dokter menjelaskan pada Salma juga Ibnu.

"Lo yakin nggak papa?"

"Lo mau apa?" timpal Ibnu dengan muka pucat dan matanya seperti tidak tidur.

"Nggak perlu, oh ya gue minta tolong ambilkan gawai gue. Gue harus urus urusan gue."

"Lo nggak dengar Dokter bilang apa?"

"Nggak peduli gue, gue kan memutuskan untuk operasi saja. Karena gue banyak urusan."

"Ya sudah terserah lo aja, ini makanan lo. Gue mau pulang ke rumah terus ke kantor gue."

"Iya," jawab Salma sambil menelepon Produser Ph Indonesia

Selama menelepon, Salma memberitahu kalau Salma minggu depan akan melahirkan. Jadi, untuk casting selanjutnya nggak bisa ikutan. Produser pun memahami dan produser tiba-tiba meminta Salma untuk menerima tawarannya untuk menjadi Tim penulis di Ph Indonesia.

Salma menolak karena masih ingin menulis di Web novel dan masih sangat suka dengan Web novel. Apalagi, hanya dengan berhalu Salma dapat uang yang lumayan. Sang Produser pun menuruti tapi, kalau berubah pikiran atau bagaimana. Sang Produser siap menerima Salma kapan saja.

Salma pun hanya tersenyum dan makan makanan rumah sakit. Tak lama, Salma pulang dari rumah sakit. Entah Salma salah masuk taxi online atau memang itu taxi yang di pesan olehnya. Ternyata mobil itu ada Sam, Sam kaget dan tak percaya kalau Salma masuk mobil Sam.

Keduanya pun saling tertawa dan Salma mau keluar dari Mobil tapi, Sam melarang dan meminta Salma untuk tetap di Mobilnya. Salma pun tak bisa menolak, hingga Ibnu menelepon dan menanyakan pada Salma, apakah mau di jemput oleh Ibnu. Tapi salma hanya menjawab tidak lalu, teleponnya pun terputus. Ibnu menghela nafas panjang dan sedih.

"Permisi, Pak, ada tamu," ujar Ob kantor

"Siapa?"

"Ibu, Pak Ibnu."

Ibnu kaget dan menyuruh Ob untuk membawa Ibunya ke kantin kantor saja, Ibnu pun segera ke kantin kantor. Ibnu segera ke kantin dan segera mengusap air mata. Sampai di kantin, Ibnu duduk dan memeluk Ibunya dengan erat.

Ibunya pun bertanya pada Ibnu, ada apa dengannya. Kenapa tega mau cerai sama Salma. Bukannya Ibnu sudah lama memendam dan kini kenapa harus di lepaskan. Ibnu tak kuasa mendengar ucapan ibunya dan hanya bisa terdiam. lalu ibnu mengatakan kalau karena nggak lama lagi akan meninggal apalagi, menurut Ibnu Salma selalu menderita dengannya.