Tak lama, Salma sadar dan sudah berganti baju. Sementara yang lain sibuk berbicara seperti serius sekali. Ibnu pun menghampiri Salma dan langsung memeluknya. Lalu Salma tiba-tiba mencari gawainya dan ingin sekali mengetahui nasib toko buku&cafenya itu.
Ibnu langsung meminta Kaka, Jessica juga Safa membantu memberi alasan kalau ingin jalan-jalan agar refeshing setelah Salma beberapa jam seperti putri tidur.
"Iya Salma, ayo jalan-jalan. Urusan toko dan cafe kan sudah ada yang atur. Lo mau kan nemenin gue?" ajak Jessica
"Iya gue mau, tapi sebentar saja tanya Toko&Cafe gue ya," kata Salma sambil memasang muka memelas
"Sayang! Jessica sudah rawat kamu, please ya mau nemenin. Janji setelah nemenin kamu, kamu akan segera tahu Toko&Cafe kamu," rayu Ibnu pada Salma dengan manja
Akhirnya, Salma pun setuju dan mereka berdua pun keluar bersama. Salma dan Jessica menikmati perginya, meskipun di saat jalan Salma penasaran dengan Toko&Cafenya. Jessica berhasil lagi, hingga Salma minta pulang dan istirahat di kamar.
Salma pun menjadi curiga dengan semua teman-temannya tentang Cafe+toko bukunya yang seperti tidak boleh di ketahui oleh dirinya sendiri sebagai pemiliknya. Salma pun mencoba menelepon karyawannya yang sudah Salma percaya. No itu pun tak di jawab, Salma pun makin curiga. Lalu mencoba telepon keluarga karyawannya, dan kali ini no mereka pun sama tidak di angkat sama sekali. Makin paniklah Salma, hingga Salma iseng melihat berita terbaru soal Indonesia dan benar saja. Salma menemukan berita online lalu, Salma membaca kalau ada Toko& Cafe yang telah terbakar dan benar saja semua yg terlihat adalah milik Salma. Salma langsung keluar dari kamar dan marah-marah juga berteriak dengan kencang.
"Kalian kenapa nggak bilang, kalau toko&cafe gue kebakaran."
"Kasian lo semua sama gue?"
"Nggak perlu! Toko&cafe gue yang paling penting buat hidup gue?" timpal Salma dengan emosi yang membabi buta.
"Iya paham, lo pasti bakalan marah sama kita-kita tapi ini demi kebaikan lo."jawab Jessica pada Salma.
"Kebaikan yang mana? justru masalah ini bikin makin puyeng, bayangin Boy sudah berani menghilangkan nyawa orang."
"Tenang ya? ayo kita bahas? dan kita-kita mint maaf," ucap Kaka pada Salma
"Nggak, hal ini harus segera gue selesaikan."
"Gimana? lo punya ide Sal?"tanya Mark pada Salma
"Belum tahu tapi, ini ide terakhir gue rasa."
"Jangan bilang, ide lo sama kayak Ibnu."
"Ibnu emang punya ide apa?"
Tak lama, Kaka mengulang ide Ibnu sambil menatap keluar jendela. Tangannya seketika mengepal dan langsung melarang idenya itu. Salma lalu berkata yang membuat semua orang terdiam, Jessica langsung memegang bahu Salma dan bertanya apakah ucapan Salma benar atau hanya emosi sesaat.
Salma pun dengan semangat, mengulangi sekali lagi dan semua pun terlihat kecewa. Salma pun terlihat makin bersemangat juga tak bisa apa-apa.
Esok harinya di pagi hari, Salma meminta semua orang sedang tidur bangun untuk mendengarkan rencananya untuk Boy. Semua menjadi malas tapi, semua orang kasian jadinya semua mau membantu.
Semua pun mau -tidak mau menuruti Salma, rencana pun di susun. Semua pun saling menasehati untuk hat-hati.
"Kalian siap kan?"
"Ayo kita selesaikan ini semua."
"Ya, tahu. lo juga harus hati-hati."
"Ini sayang, kopi buat kamu?" ucap Jessica pada Kaka
Malam harinya, Ibnu juga Salma menelepon Boy dan meminta bertemu. Boy menyanggupi dan Salma segera menghampiri di tempat yang sudah di siapkan.
Salma kali ini sama sekali seperti tidak punya perasaan dan menjadi cool. Semua orang seketika menjadi takut juga tak berani untuk mengajak berbicara. Selama di perjalanan, Boy terus saja video call dengan Salma. Ibnu ingin marah tapi terus di tahan, melihat Boy seenknya saja.
"Terima kasih ya, sudah mau makan malam denganku. Andai dari dulu lo mau makan malam sama gue, Mungkin Toko&Cafemu akan selamat," jawab Boy santai
"Iya gue tau, saking tahunya perasaan lo mati,"ucap Salma sambil mengambil pulpen yang ternyata tanda untuk memanggil Polisi yang sudah di dekat sana.
Salma pun segera pergi dari tempat Boy dan Boy kejar-kejaran dengan Polisi, Salma juga Ibnu segera masuk mobil yang berisikan polisi, Kaka juga Mark.
Selama perjalanan, Kaka dengan sigap juga tenang melihat keluar apakah Boy aman juga masih dalam pengejaran yang ketat.
Ibnu dan Kaka juga Mark, berharap tidak akan lagi Boy yang mengejar Salma lagi. Karena sungguh melelahkan. Salma pun terlihat sedikit tenang dan berharap Boy benar-benar tidak melakukan hal yang sama.
Boy pun sangat lelah dengan pengejarannya itu, tak lama polisi pun bisa menangkap Boy dengan susah payah. Boy dengan emosi, menyumpahi Salma juga Ibnu dan Kaka tiba-tiba mendatangi dan melempar badan Boy ke dalam mobil polisi.
Boy kesakitan dan meminta polisi segera membawa Boy ke penjara. Salma pun memilih kembali ke Indonesia saja, karena mau melanjutkan toko&cafenya juga melanjutkan menulis di Web novel. Karena, di rasa menjanjikan ditengah gempuran era digital.
Ibnu pun setuju dan membuat keputusan yang berat juga tapi, ini di lakukan dengan pertimbangan. Tapi, Ibnu masih menahan diri untuk tidak berkata apa-apa. Terlebih lagi Salma sudah cukup menderita akan semua yang telah terjadi.
"Iya kita pulang ke Indonesia ya."
"Iya terima kasih membolehkan rencana dadakan aku ini ya," ujar Ibnu pada Salma.
"Ya sudah, terus kita akan temenin kalian di Indonesia?" tanya Mark dan Kaka
"Buat Kaka, lo selesai tugas lo. Terima kasih banyak ya. Soalnya kan sudah menikah dan nikmatin masa bulan madu." celetuk Salma
"Oh, tapi kalau ada apa-apa kabarin kita ya," jawab Kaka sambil melirik Ibnu yang tak jenak.
Beberapa hari kemudian di Indonesia. Salma juga Ibnu ribut terus dan tak ada ujungnya. Hingga tanpa sengaja Kaka datang dan melihat pertengkaran ini lalu melerai keduanya yang berantem.
Tapi, entah kenapa emosi Ibnu sangat tak bisa di kontrol. Kaka pun menasehati kalau tidak baik berantem dengan istri apalagi di saat kehamilan masuk 5 bulan lamanya. Ibnu tak mau mendengarkan ucapan Kaka dan terus saja marah-marah. Hingga Ibnu di pukul, mengenai pelipisnya dan Kaka merasa puas.
Ibnu terdiam dan memilih masuk kamar tamu lalu di kunci dari dalam. Kaka pun tak peduli dan menghibur
Salma yang menangis terus. Kaka langsung mengusap air mata Salma dan menyemangati Salma agar jangan di pikirkan emosi Ibnu. Meskipun Kaka curiga dengan apa yang di lakukan oleh Ibnu ini. Salma sedikit lebih baik tapi, sangat rindu Ibnu untuk tidur bersama. Salma pun mengetuk pintu dan tak ada jawaban dari Ibnu, Hingga Salma memilih tidur di depan pintu kamar tamu.