"Terus Miran baik- baik aja?" tanya Salma pada Kaka dan Kaka menjawab iya lalu memberikan vitamin untuk Salma.Ternyata vitamin yang di berikan, adalah obat tidur agar Salma tak sadar saat dalam perjalanan menuju Indonesia.
Kaka setelah berhasil membuat Salma tertidur, segera memanggil Ibnu dan memberi tahu kalau toko&cafenya termasuk karyawannya telah meninggal karena Boy telah membakar tempatnya itu. Ibnu tiba-tiba terdiam dan termenung sambil merasa tak karuan karena takut akan nasib Salma kelak setelah kejadian ini.
"Kenapa Pak?" tanya Kaka sambil mempercepat langkah menuju tempat Miran
"Gue kayaknya harus ketemu Boy dan minta dia maunya apa?"
"Apa Pak barusan?"
"Iya gue rasa perlu ketemu dengan Boy, agar tahu apa sih maunya dia? kalau maunya gue dan Salma mati gue akan bunuh dia sebelum dia lakuin."
"Pak! tak perlu, biarkan saya juga yang lain saja yang bertindak," ucap Kaka dengan tatapan kesal dan kecewa
Tak lama, Kaka pun juga yang lain segera membawa Salma dan Ibnu ke mobil yang tadi di pakai. Sepanjang perjalanan, Salma tertidur pulas ditemani oleh Ibnu yang ada di sebelahnya. Ibnu terus kesal juga marah pada dirinya sendiri karena membuat Salma juga yang lain jadi taruhannya.
Tak lama Ibnu memijit qwerty gawai yang ada di saku celananya lalu, segera memberi pesan pada Boy untuk menanyakan apa maunya. Kaka entah merasa ada yang aneh atau sedang waspada, Melirik ke arah Ibnu untuk tahu apa yang terjadi dan Kaka langsung meminta Mark untuk gantian menyetir. Lalu Kaka mengambil kasar gawai Ibnu, segera tahu kaka apa yang terjadi dengan Ibnu. Kaka marah dan mengajak berantem Ibnu. Semua orang di situ bingung, Jessica juga Safa langsung melerai dan Ibnu juga Kaka tak mau mendengar orang terkasihnya dan malah terus saja berantem.
Di saat Kaka juga Ibnu bertengkar, gawai Kaka berbunyi dan ternyata Miran yang menelepon lalu berkata kenapa lama sekali sampai di tempatnya. Nanti di khawatir akan lama sampai. Lalu tanpa basa basi Kaka memberitahu kalau Ibnu ingin bertemu dengan Boy. Apalagi, Boy ingin nyawa bukan hal lain. Kalau pun hal lain. Miran dan Kaka sudah menuruti sejak awal.
Miran pun langsung meminta Kaka untuk segera ke tempatnya dan berbicara baik-baik dengan Ibnu juga yang lain. Untung saja, Salma tidak bangun. Mark pun keheranan dengan Ibnu yang seperti menyerah begitu saja dan seperti ingin mengorbankan dirinya sendiri.
"Hai! kalian sudah datang?"
"Ayo bawa masuk Salma," timpal Miran pada yang lain
"Alhamdulilah lo baik-baik saja Miran," ujar Kaka juga lainnya
"Ibnu! gue mau ngobrol sama lo, setelah lo bersih-bersih ya," ucap Miran dengan tatapan mengintimidasi
"Iya, sorry repotin lo."
Usai semua istirahat, Akhirnya Ibnu dan Miran berbicara berdua. Keduanya menjadi tegang juga hanya menatap api unggun yang baru saja menyala. Miran pun memulai dengan basa-basi. Ibnu pun menjawab dengan santai lalu Ibnu sendiri yang memulai membahas apa yang baru saja terjadi dengan Kaka di mobil Van. Ibnu pun menjelaskan semua perasaan tak karuannya karena sudah membuat banyak orang terluka dengan Salma menikah dengannya. Apalagi impianya juga perjuangannya mendapatkan Cafe juga Toko buku nggak mudah. Jadi, menurut Ibnu kali ini yang harus berkorban adalah Ibnu meskipun nyawa taruhannya.
Miran pun sempat terbawa emosi, karena Ibnu begitu lemah dan begitu tidak gentleman menghadapi masalah ini. Hingga tak lama Salma ternyata sadar kan diri dan melihat Miran yang emosi pada Ibnu. Salma hanya terdiam dan tak tahu harus apa, karena sedih melihat Ibnu menyerah. Karena bagi Salma kekuatannya bertahan adalah Ibnu dan jika Ibnu pun menyerah Salma tak tahu harus bagaimana apa lagi alasan Salma bertahan.
"Miran, terima kasih atas bantuanmu ya."
"Ibnu gue harus ngobrol sama lo," kata Salma sambil mengambil selimut baru di lemari Miran
"Iya sayang."
"Lo benar menyerah dengan masalah yang gue alami dan lo berniat bertemu dengan Boy? itu yang gue dengar barusan antara pembicaraan lo sama Miran."
"Iya sayang, gue lelah dan gue merasa nggak tahu lagi harus bagaimana."
"Lo bisa kan memaklumkan apa yang gue alami ini?"
"Gue paham tapi, kalau lo menyerah apa nggak mikirin perasaan para Bodyguard lo yang sudah berusaha sekuat tenaga sama lo."
"Justru itu, gue nggak mau lagi membuat mereka menderita. Hidup kejar-kejaran dengan Boy sudah sangat melelahkan. Apalagi lo nggak tahu sa-ma," ujar Ibnu yang sempat tak selesaikan ucapannya
"Soal apa yang gue nggak tahu!."
"Istirahat aja ya, besok kan kita akan pergi," ucap Ibnu yang lupa kalau Salma nggak boleh tahu nasib toko&cafenya yang telah hancur
Tak lama Salma merasa pusing dan dalam hitungan setengah jam sudah tak sadarkan diri. Miran memberikan obat cair yang Miran suntikan pada Salma. Ternyata itu adalah obat tidur, Miran dan Ibnu pun istirahat agar besok bisa berada di Indonesia tanpa Salma bangun.
Selama perjalanan, Kaka juga Ibnu bertengkar hingga keduanya pun menjauh satu sama lain. Hingga akhirnya tiba di tempat Salma, Salma pun masih tertidur. Ibnu sedikit khawatir tapi, mungkin ini yang terbaik bagi Salma. Benar saja Cafe&toko bukunya habis di lahap di jago merah. Ibnu semakin kesal pada dirinya sendiri dan merasa tak berguna apapun untuk membuat bahagia Salma.
Tanpa pikir panjang, Ibnu segera menelepon Boy dan mengajak bertemu sekarang juga. Namun, rencana itu di gagalkan oleh Kaka yang masih tidak setuju dengan rencana sepihak Ibnu itu. Pukulan pun melayang, luka di sudut bibir Ibnu pun saksi bisu Kaka melayangkan pukulan itu.
"Lo frustasi boleh, tapi jangan ambil tindakan sendiri. Kita masih punya otak untuk membuat pilihan," kata Kaka sambil pergi dan menahan emosi dengan sekuat tenaga
"Lo nggak paham Kaka, lo bukan gue."
"Apanya yang nggak gua paham? bilang ke gue?" jawab Kaka dengan meninggikan nada suaranya
"Perasaan gue, gue sudah melakukan segalanya dan dia masih bisa menghancurkan apa yang sudah gue usahakan jaga."
"Paham banget gue, sampai gue juga Miran jadi sasaranya tapi, lo nggak sadar apa yang udah kita lakukan adalah resiko sebuah pekeerjaan."
"Makanya kita sama-sama biar kita bisa hadapi juga tahu kelemahannya apa, semua orang nggak ada yang sempurna dan pasti punya kelemahannya."
Tiba-tiba Kaka punya ide yang di rasa gila tapi, kaka nggak mau ngelakuin sendiri tapi bersama-sama dan pelan-pelan. Juga ini beresiko tinggi. Lainnya penasaran tapi memutuskan untuk kembali ke Miran sebelum Salma sadar dan tahu kalau apa yang sudah dimilikinya kini sudah musnah.