Usai mengetahui kabar dari kantor Ibnu kalau Ibnu harus segera ke Australia, Salma pun berencana membawa salma ke Australia tapi salma sejenak terdiam. Sampai Salma mencoba lagi menghubungi orang tua Boy.
jawaban orang tua Boy mengejutkan kalau sekali lagi bukan Boy, padahal orang suruhan boy mengatakan kalau Boy. Sontak Salma marah dan Tak terima hingga membanting handphonenya,lalu salma mencari Ibnu dan ketemu Ibnu. salma langsung memeluk Ibnu yang baru saja selesai menelepon.
"Sayang, ada apa sih? kok peluk?"
"Orang tua Boy lagi-lagi nggak mau mengaku kalau Boy yang sudah mengirim orang suruhannya."
"Sudahlah, lebih baik kita pindah ke Australia ya."
"Gue belum tahu, toko gue juga gimana?"
"Kita buka di sana ya."
"lo yakin?"
"Gue masih boleh urus toko?"
"Iya masih boleh kok."
"Terima kasih ya sayangku."
Tak lama salma mencari-cari lingkungan yang bagus untuk di tinggali bagi minoritas di Australia. mencari-cari banyak yang menurut Salma ok tapi tiba-tiba melihat harga bahan makanan, Salma memutar otak bagaimana menghematnya karena perbandingannya lumayan terasa jika di banding indonesia.
Ibnu pun menjawab siap dengan kebutuhan kita yang berbeda antara Australia juga Indonesia dan sesaat Salma merasa kalau mengeluh harga di Indonesia hal yang memalukan karena masih sangat tergolong murah juga pantas saja orang bule betah tinggal di Indonesia karena murah.
Usai mencari tahu beberapa hal di Australia, Salma pun memikirkan lagi apakah keputusanya sudah benar atau tidak. Hingga orang tua Boy memberi tahu "kalau Boy kabur dan Apakah tahu Boy di mana?"
Gue pun tak pedulikan meskipun sesaat gue merasa takut dengan keadaan yang menimpa dengan Boy. tapi, gue berusaha untuk biasa saja.
"Sudah biarkan saja Boy, Kita akan pergi dari Indonesia kan."
"Jangan anggap enteng tapi, Kita bawa kaka kan?"
"Iya pasti kita bawa."
"Kalau gitu sekarang kaka temenin gue ya, beli koper baru."
"Mau bawa berapa koper sih sayang?"
"Bukan buat gue Ibnu sayang tapi,buat kaka."
"Saya bu? buat apa? Saya punya kok bu."
"Masih bagus banget," ucap kaka pada Salma
"Iya tapi, pasti kaka pengen kasih oleh-oleh buat keluarga kan?"
"Ya udah yuk, Kaka antar gue beli koper."
Kaka pun merasa terharu karena, baru pertama kali punya klien yang perhatian dengannya. Di dalam mobil, kaka berterima kasih atas perlakuan Salma yang membuatnya terharu dan mulai saat itu Kaka menganggap kliennya ini adalah keluarga dan akan menjaga kliennya sampai kapan pun juga.
"Gimana suka sama kopernya?"
"Iya bu, terima kasih sekali lagi ya."
"Iya."
~
Tak lama Salma keluar dari toko koper dan Salma merasa ada yang memperhatikannya sedari tadi tapi, Salma tak menghiraukan sampai orang itu membuntuti dan tertangkap basah oleh salma. Hingga yang terjadi Salma membuka mata dan sudah berada di sebuah tempat. Benar- benar salma tidak ingat dan yang terjadi adalah salma sekarang ada di sini tempat yang nggak jelas.
Salma hanya melihat sekeliling dan tak menemukan tanda-tanda ada apa hingga, Salma membuka kain hitam yang tertutup. Salma tanpa pikir panjang,langsung menarik kain itu dan menemukan mungkin puluhan foto dirinya yang di buat seperti puzzle sehingga membuat bulu kuduk salma menjadi berdiri tiba-tiba.
"Gimana karya gue? keren kan?"
"Lo ngapain sih ganggu gue?" ucap Salma dengan percaya diri yang datang dari mana
"Wahh lo sekarang percaya diri banget ya, salut gue tapi, asal lo tahu ya. nggak akan ada yang bantuin lo sekalipun suami lo yang nggak guna itu."
"Lho yang salah ngira, suami gue pasti bantuin gue."
Salma pun dengan percaya dirinya berkata seperti yang di ucapkan pada boy tapi, boy hanya diam lalu pergi ke ruangan yang salma tidak tahu. Tak lama Boy membawa makanan untuk Salma tapi, salma menolak untuk makan pemberian Boy. Boy sempat kesal tapi Boy ingat kalau Salma nggak bisa di kasarin. karena, semakin kasar maka Salma akan semakin susah di taklukin.
~~
Di lain tempat Ibnu Mondar-mandir menunggu kabar dari Kaka setelah Kaka ternyata melacak gawai Salma.
"Gimana Ka? gue harus ke mana?"
"Kalau hasil dari yang di lacak ini, nggak jauh dari Kota. seperti ya di apartment tengah Kota deh, Kita kerjasama polisi juga rumah sakit juga gimana kalau, Bapak pura-pura jadi ojol. agar bisa Kita jebak."
"Semoga berhasil ya rencana kita,"ucap Ibnu pada Kaka
Kaka juga Ibnu pun segera bergerak menuju tempat Salma di sekap Boy dan polisi berseragam preman segera bertindak. lalu Ibnu segera pura-pura menjadi ojol yang kirim pesanan. Ibnu yang berpura-pura menjadi ojol, perlahan-lahan membawa pesanannya ke apartment agar tidak di curigai sementara Kaka melihat situasi di sekitar.
Kaka pun memberi kode pada Ibnu dan Ibnu melihat aman. langsung segera Ibnu memencet pintu apartment, tak lama Boy keluar lalu polisi segera perlahan mendekat dan Ibnu bertanya apakah benar rumah Pak Boy dengan pesanan pizza mozzarella?
lalu Boy tampak bingung karena belum pesan tapi, pesanan sudah datang hingga hanya dalam hitungan detik polisi berpakaian pereman segera menangkap Boy tapi, boy malah lepas dan masuk ke dalam apartment dan membawa kasar Salma dan mengeluarkan pisau lipat dan menaruh di leher Salma.
"Lepasin Salma sekarang boy?"
"Nggak akan aku lepasin, kalau gue nggak bisa dapatin Salma maka lo nggak akan dapatkan juga,"ucap Boy dengan percaya diri
"Serahkan tawananmu! kalau nggak, lo akan menyesal."
"Nggak, lo semua nggak bisa rasa yang gue rasa."
"Gue tahu!" ucap kaka dari belakang
"lo nggak tahu apa-apa, pergi nggak lo. atau mau majikan lo mati di hadapan lo?"
Kaka yang tak peduli ucapan boy, segera mengendap-endap berjalan ke belakang dan kaka mencoba menjegal boy lalu boy terjatuh lalu boy pun terjatuh bersamaan dengan pisau lipatnya. Salma akhirnya terlepas dari boy lalu berlari pada Ibnu. Mereka berdua pun saling berpelukan dan menangis bersama. polisi berpakaian pereman pun membawa boy ke kantor polisi lalu mengabari ayahnya agar mendapatkan pengobatan.
Ibnu dan Salma pun senang juga terharu karena Salma bisa bebas dari terlepas Boy. Tak lama kemudian, orang tua salma juga Ibnu datang sambil mengucapkan syukur karena Salma baik-baik saja. lalu ke dua orang tua berceletuk agar segera pindah ke Australia agar bebas dengan Boy. tapi, Salma rasa boy nggak akan ada puasnya karena apa yang di mau sampai sekarang tidak terlaksana. Meskipun begitu, Salma sedikit lega karena setidaknya baik-baik saja. Begitu pun Ibnu juga kaka baik-baik saja.
Mereka berdua pun sekali lagi menangis bahagia karena akhirnya terlepas dari boy juga senang karena, masalahnya sudah selesai untuk saat ini tapi entah lain kali.