Chereads / In Pursuit of love / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Sampai di rumah Kaka langsung mencari tahu soal Ema Lusita. Begitu mencari, di buat pusing karena yang muncul kasus penipuan, kasus penculikan sampai terlacak siapa sebenarnya dia di masa lalu.

"Hah? jadi Ema ini mantan intel dan jadi begini karena sempat depresi jadi, dia beralih ke kasus kriminal, gila sih ini. Nggak bisa main-main ini."

Kaka pun segera mencari tahu, siapa yang menyuruhnya dekat dengan Salma juga Ibnu. Hingga Kaka sampai menyewa preman untuk mengikuti Ema selama seminggu.

Di lain tempat hari berikutnya ,Salma juga Ibnu sudah siap juga selesai mengemasi barang-barangnya untuk di bawa ke AUSTRALIA. lalu segera mengabari Kaka dan berangkat malam ini jika pesawat nggak delay.

"Halo Ka, dimana? sudah mengemasi barang?"

"Ah maaf Mas belum.saya sibuk cari tahu soal Ema."

"Ah iya, gimana? sampai lupa saya."

"Jadi, Ema mantan intel mas. lagi incar bunuh Mas atau Mbak salma atas suruhan Mas Boy."

"Gila ini, kita nggak bisa tinggal diam lalu rencana kaka apa?"

"Saya belum tahu tapi, yang jelas saya lagi buntuti Ema karena selama seminggu belum ada pergerakan kemana-mana saya curiga dia lakukan sesuatu lewat online."

"Iya kamu awasi terus, berarti kamu nyusul aja kalau gitu ya."

Telepon pun selesai, Ibnu berusaha menyembunyikan apa yang sedang terjadi. Tapi Salma hapal betul jika Ibnu menyembunyikan sesatu di wajahnya, dengan lembut juga sabar Salma menanyakan sesuatu pada Ibnu.

Ibnu yang terenyuh dengan kelembutan juga kesabaran hingga akhirnya Ibnu mengaku pada Salma ada apa yang di alaminya. Dengan sekuat tenaga Salma berusaha santai dan mengalihkan pembicaraan soal pesawat Ausralia yang akan segera di tumpangi.

"Ayo kita segera ke bandara yuk, biar nggak telat."

"Kamu yakin kita berangkat? kamu nggak papa dengar berita ini?"

"Lo tenang aja ya, gue pasti baik -baik saja. Kan ada lo yang jaga gue juga Allah," ucap Salma dengan percaya diri kali ini

"Kalau gini, gue pun yakin sayang."

Salma juga Ibnu segera ke bandara surabaya untuk berangkat ke jakarta lalu lanjut menggunakan Australia Airlines . Tak lupa Ibnu mengabari agar Kaka segera menyusul, lalu ibnu segera berangkay ke bandara.

selama perjalanan, keduanya tak menyangka kalau bisa sampai melewati masa-masa ini. lalu teringat saat Ibnu sampai tertusuk juga sampai ingat Boy culik gue dan kini yang sebenarnya membuat Salma berusaha keras untuk tidak takut oleh Ema yang ternyata mantan Intel. Benar-benar buat Salma takut.

"Kenapa diam aja sayang?" tanya Ibnu pada Salma

"Lagi ingat masa-masa sulit kita dulu."

"Sekali lagi gue minta maaf ya, sudah buat lo sedikit susah menjalani hidup lo."

"Udah takdir dan yang penting kita sekarang akan menjalani hidup baru."

"Sebaliknya gue yang harus terima kasih sudah kasih gue hidup yang penuh warna."

"Ah lo."

Beberapa hari kemudian, mereka berdua akhirnya sampai di Apartemen di Australia yang mereka sudah sewa. Karena masih jet lag, keduanya langsung istirahat sambil mencari makanan indonesia yang mereka suka.

Ternyata ada makanan yang kita mau tapi, rasa jauh. Meskipun begitu tak apa yang penting mengobati rasa rindu makanan Indonesia. Usai makan menu indonesia kita jalan- jalan ke taman bunga kebetulan Salma juga Ibnu datang ke Austarlia .

Berjalan mengelilingi taman Salma juga Ibnu lakuin tapi, berjalan ke taman berubah ketika ada seorang perempuan menabrak lalu berbisik pada Salma untuk jalan terus tanpa pedulikan Ibnu. Lalu jaket yang Salma pakai terasa ada benda tajam yang ada di punggungnya. Tanpa bisa berbohong raut wajah Salma terlihat sekali takut juga tak kuasa menahan bingung harus bagaimana.

Waktu berjalan semakin cepat, hingga Kaka tiba- tiba mengangcungkan pistol di perempuan itu lalu berbicara padanya sampai saat Salma dengar ternyata perempuan itu yang di kenal oleh Kaka.

"Ternyata lo sudah sampai sini ya, tapi gue nggak salah sudah sadap lo."

"Lo juga hebat ya, bisa gerak cepat," ucap Ema

"Lo ngapain sih ke sini? lo nggak puas buat gue menderita ?"

"Gue ketakutan parah karena Boy, bunuh aja gue kalau lo mau sekarang. atau lo mau lihat gue bunuh diri sekarang di hadapanmu," ucap Salma dengan percaya diri juga tanpa takut.

Ema tiba-tiba dengan raut wajah yang panik juga ketakutan dan mundur perlahan -lahan hingga, Salma mengambil kasar pisau yang di pegang Ema untuk menyakiti Salma. Salma yang nekat malah mendekat ke Ema dan ganti akan menyakiti Ema.

"Sayang, sudah cukup ya. jangan begitu ya," ucap Ibnu pada Salma.

"Iya gue lepas, asal Ema pergi dari sini."

"Ok, tapi lihat lain kali lo bakalan habis."

"Lihat aja, kalau lo sekali lagi menampakkan diri lo lagi ke hadapan gue. Habis lo."

"Ok, siapa takut."

"Sudah sayang, buang pisau itu."

"Iya, gue lega akhirnya dia pergi juga. meskipun gue takut sendiri sayang."

"Gue jujur nggak tahu kenapa bisa gue lakuin ini semua, apa ini karena saking gue takut dan kini saat gue berani ya lawan Ema."

"Bisa jadi, tapi ayo ke cafe dulu ya, lo perlu istirahat dulu."

"lo duluan deh, gue mau mengatur nafas gue."

"Sayang, please," pinta Ibnu pada Salma.

"Iya sayang, terima kasih ya."

Mencari cafe yang gue mau dan dapat gue temukan lalu, gue bergegas masuk ke cafe. Di sana ramai pemberitaan yaitu seorang perempuan muda di ancam oleh orang tak di kenal di jalan.

Salma juga Ibnu mendekat dan kaget kalau yang di wawancari Ema lalu mengatakan kalau dirinya di ancam gue. Nama Salma dengan jelas di sebut olehnya. Paniklah Salma, bingung juga tak tahu harus apa hingga Salma di bawa keluar dari cafe itu.

Salma marah-marah juga tak tahu mau apa lagi yang akan di perbuat. Fitnah yang kejam dan kita pun kurang bukti menurut Ibnu. Hingga bukti cctv jalanan berusaha kita dapatkan. Kita berdua ke kantornya, tidak di perbolehkan hingga Salma memohon masih saja tak dapat.

Salma terus saja kesal lalu menangis, tak menyangka kalau akan begini. Memang sih berita lokal tapi, Salma takut nggak bisa tinggal di Australia dan berdampak pada Ibnu. Salma pun jadi sedih dan makin membuat sedih Salma. Ibnu pun membawa pulang Salma. Salma di tenangkan oleh Ibnu dengan sekuat hati dan dengan hati-hati. Terasa berat untuk keduanya tapi,ini yang harus di hadapi.

Tak lama Dubes indonesia untuk Australia datang ke rumah dan menanyakan apakah yang sebenarnya terjadi tapi, di saat kita akan mencari bukti. Gagal semua yang kita usahakan.