Wei WuXian bahkan tak peduli ketika hampir semua pengunjung kedai itu menoleh karena suaranya.
Lan WangJi sendiri tidak mencegah Wei WuXian. Dia hanya menatap saat Wei WuXian melanjutkan cercaannya.
"Lagipula, kapan kau temukan dia berbohong? Kalaupun di masa depan dia melakukannya, sudah pasti setelah kuajari!"
"Wei Ying,"
Beda tadi, beda sekarang. Lan WangJi menatapnya Wei WuXian untuk tidak meneruskan pembelaan yang berlebihan. Dan bukannya Wei WuXian tidak mau menurut. Dia hanya ingin memastikan semua murid itu mempercayai perkataannya barusan.
"Kalian dan siapapun yang menuduh begitu harus meminta maaf padanya setelah pulang," tegas Wei WuXian. Dia bahkan mengacungkan sumpitnya ke mereka saat itu.
"Baik," jawab mereka bersamaan.
Wei WuXian beralih menatap Lan WangJi. Tatapannya telah melembut bersama sebuah senyuman sekarang. "Kita pergi setelah selesai makan disini."
Untuk sesaat, Lan WangJi diam. Namun setelahnya dia menjawab "Mn" kemudian bener-bener memenuhi permintaan Lan Qiren untuk pulang.
Sesampainya di Gusu. Wei WuXian benar-benar memenuhi perkataannya. Dia menunggu di luar, bermain dengan Xiao-Pingguo dan beberapa kelinci di luar Yun Sen Buzhi Chu. Menunggu. Sampai kemudian Lan WangJi keluar dengan kesunyian bahkan sampai dia bertanya, "Kau benar-benar jadi tidak ikut denganku?"
Berbeda dengan kata-kata percaya dirinya tadi di kedai, Wei WuXian kini mengulas senyum tertahan setelah tahu jawaban Lan WangJi. Matanya memerah sedikit. Sebab Lan WangJi memang harus disini sebagai Xiandu pengganti. Sehingga setelah pertemuan itu selesai, para pemimpin sekte yang menyempatkan hadir dalam kondisi menahan keadaan masing-masing bisa segera kembali beristirahat. Kecuali Nie HuaiSang yang katanya ingin berjalan-jalan di sekitar Gusu untuk menemukan lukisan bagus.
Menemukan lukisan bagus atau sekedar ingin melihat seperti apa berita tentang Jin GuangYao menyebar di Gusu. Apakah sudah tenang karena ada ajaran dilarang membicarakan kejelekan orang lain di belakang? Atau justru itu hanya berlaku di Yun Shen Buzhi Chu? Lalu bagaimana dengan masyarakat sekitarnya?
Ternyata masih setajam ini di telinga, tapi memuaskan isi batinnya.
Padahal Nie HuaiSang mendengar desas-desus peraturan di Yun Shen Buzhi Chu telah bertambah seribu lagi. Tapi nyatanya itu belum merambah ke masyarakat yang tidak pernah ikut belajar di dalamnya. Mereka sama saja seperti masyarakat di sekte lain. Sesempurna itulah dampak rencana berhasilnya.
Terhempas penasaran, di disinilah Nie HuaiSang berdiri sekarang. Sendirian. Tepat di depan batu ukir Yun Shen Buzhi Chu yang berisi empat ribu peraturan. Dan memang benar.
Detik berikut, Nie HuaiSang berniat segera pergi menemui kedua penjaganya di tangga terbawah kalau saja tidak menemukan kedua teman lamanya baru turun dari atas sana.
Nie HuaiSang pun menoleh. Menatap mereka dengan senyuman. "Tak kusangka Yun Shen Buzhi Chu akan menambah seribu peraturan lagi," katanya. Memecah keheningan.
Nie HuaiSang tahu dia harus mengangkat sebuah topik saat bertemu mereka. Tapi tidak mungkin dia bilang baru saja mendengar sebuah lagu berdenging merdu dari atas sana bukan? Apalagi ketika lagu yang dimainkan adalah kombinasi dari guqin dengan cenqing.
Wei WuXian menyahut, "Nie-Xiong, tak peduli berapa banyak aturan yang ditambahkan Klan Lan, apakah kau tahu peraturan mana yang paling penting?"
Seperti telah menjadi kebiasaan, Nie HuaiSang pun menggeleng dengan tatapan mengambang. Persis seperti julukan yang diberikan orang-orang: Si Penggeleng Kepala. Satu kali pertanyaan, tiga kali jawaban tidak tahu. "Tak tahu, tak tahu, tak tahu. Mengapa Wei-Xiong tidak memberi saran?" katanya seringan angin.
Lan WangJi diam mengawasi di tempat sementara Wei WuXian mendekat. "Itu adalah..." kalimatnya menggantung. Lalu memberikan sebuah lirikan ekor mata yang agak disirati atensi kepada Nie HuaiSang. "...tidak berteman dengan kejahatan..."
Tanpa sadar, Nie HuaiSang meneguk ludah. Bibirnya agak terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu tapi dia masih membutuhkan waktu beberapa saat untuk memikirkan kalimat yang tepat.
Wei WuXian pun membalas lirikan itu, sebelum Nie HuaiSang tersenyum dengan canggungnya.
"Wei-Xiong... Wei-Xiong... kau cukup angkuh," kata Nie HuaiSang merendah. Namun senyumnya justru memperlihatkan sebaliknya. Satu sudut bibirnya agak tertarik ke atas. Dan dia bahkan mengetuk-ngetukkan ujung kipasnya ke bahu Wei WuXian. Entah karena menyombongkan diri atau justru diserang pemikiran harus berlakon mendadak.
Wei WuXian menggeleng pelan. "Tidak, tidak, tidak. Aku tidak berani..." katanya tak kalah merendah. "Aku secara jujur mengakui kekalahan kali ini..."
Kata-kata mengambangnya justru membuat Nie HuaiSang tahu teman lamanya ini memang tengah mengujinya sesuatu.
Untuk sejenak, Nie HuaiSang tampak berpikir lagi. Hingga dia merasakan Lan WangJi menatapnya, sehingga dia harus membalas tatapan itu dengan mundur beberapa langkah dan memberi hormat. "Xiandu..." katanya. Yang langsung dibalas dengan perlakuan sama oleh Lan WangJi.
Mereka bertatapan sedetik sebelum Nie HuaiSang langsung berbalik.
Nie HuaiSang tahu, sejak mereka bertiga masih dalam masa-masa belajar di Yun Shen Buzhi Chu. Tentang beberapa jenis tatapan Lan WangJi sekalipun Lan XiChen jelas lebih ahli dalam menerjemahkan seluruhnya. Namun, dia masih mengerti yang berarti 'memperhatikan' dan 'mengadili' dari mata teduh itu.
Mata yang memperhatikan Wei WuXian diam-diam tiap kali dia dan lelaki itu membuat keributan di dalam kelas. Lalu jenis tatapan mengadili tiap kali mereka melakukan kesalahan. Dan yang paling berkesan adalah saat melihat Jiang Cheng ikut mereka mabuk dan ribut sendiri di dalam kamar Wei WuXian malam itu.
Walaupun untuk yang barusan, Nie HuaiSang merasa ditatap dengan arti keduanya.