Chereads / Misi Sang Penjahat Wanita / Chapter 9 - Dekat

Chapter 9 - Dekat

"Sebenarnya aku sama sekali tidak memiliki alasan personal untuk kurang menyukainya, tapi sejak kasus kematian Dorothea Brown menjadi tidak jelas dan menggantung seperti ini, aku jadi kurang menyukainya. Aku sangat yakin dia telah menyuap kepolisian, masalahnya perbuatannya itu bukan hanya merugikan keluarga Brown dan sangat tidak manusiawi, tapi juga semakin merendahkan harkat martabat wanita, dan aku benar-benar tidak menyukai hal itu. Aku sudah bersusah payah mendapatkan hak-hakku sebagai seorang manusia biasa untuk hidup sesuai dengan keinginananku sendiri, dan salah satu orang yang paling berpengaruh di kota ini dengan seenaknya malah menginjak-injak harga diri wanita seperti itu tanpa memikirkan bagaimana tekanan-tekanan yang dirasakan oleh para wanita untuk menjalani hidup dan seberapa banyak wanita di luar sana yang bersusah payah sedang memperjuangkan hak-hak mereka saat ini. Bayangkan saja jika dia menjadi contoh bagi banyak pria di luar sana, ada sangat banyak wanita yang menikah karena paksaan dan tekanan, selanjutnya suami mereka malah memperlakukan mereka seperti bagaimana Andrew memperlakukan Dorothea, dan ingat, dia adalah salah satu orang yang paling berpengaruh di kota ini, kemudian pihak kepolisian juga tidak peduli dengan nasib para wanita itu, betapa menyedihkannya hal ini. Kita para wanita juga manusia biasa, kenapa hal-hal yang seperti ini terjadi kepada kita?" kata Margaret yang memang sangat mendukung feminisme.

Daniella hanya bisa terdiam usai mendengarkan perkataan wanita tersebut, feminisme memang hal yang cukup umum serta sedikit sensitif saat ini, dan poin-poin dari apa yang dikatakan Margaret tadi memang benar adanya. Wanita itu sama sekali tidak menyukai seksisme, terutama untuk kaum wanita.

Tidak hanya Daniella yang terdiam, Margaret pun ikut terdiam usai mengatakan semua itu, bahkan beberapa orang di sekitar mereka berdua sempat melirik ke sang wanita sambil terdiam setelah dia mengatakan hal tersebut.

"Maafkan aku-"

"Tidak apa-apa, kau benar, kau tidak perlu meminta maaf." Daniella langsung menyela Margaret yang akan meminta maaf kepadanya.

"Tapi ... aku tidak bermaksud untuk membuatmu menjadi tertekan karena bekerja di perkebunannya, aku ... aku hanya-"

"Aku memahaminya. Tidak apa-apa, kau tidak perlu merasa bersalah, lagipula poin-poin dari apa yang kau katakan tadi memang benar, dan aku tidak akan tertekan karenanya, santai saja." Daniella kembali menginterupsi Margaret yang jadi merasa tidak enak kepadanya.

Meskipun Daniella sudah mengatakan kepadanya 'tidak apa-apa', namun Margaret kemudian malah diam dan tidak lantas merasa baik-baik saja. Sadar dan paham akan hal ini, Daniella pun langsung menanyakan sesuatu kepada wanita itu agar dia berhenti merasa tidak enak seperti ini.

"Ummm, bolehkah aku bertanya sesuatu?" ucap gadis tersebut kepada Margaret.

"Tentu saja, kenapa tidak?" balas Margaret.

"Kenapa tadi kau berkata kalau kau sama sekali tidak terkejut karena bertemu dengan Andrew di sini?" tanya Daniella.

"Sederhana saja, karena ... The Gold Rush Theatre ini adalah milik Gordon Williams, ayah dari Marjorie Williams, salah satu Aktris di sini yang kabarnya sedang dekat dengan Andrew ..." jawab wanita itu.

Disisi lain, sang pria, pria berambut coklat gelap yang sedang dibicarakan oleh Daniella dan Margaret, Andrew Lawrence, akhirnya sampai di sebuah ruangan di dalam gedung teater ini yang ditujunya dengan sangat terburu-buru tadi: ruangan khusus bagi para Aktris.

Suasana pada ruangan yang terletak bersebrangan dengan ruangan khusus bagi para Aktor ini cukup ramai, sebagian besar Aktris sudah siap untuk tampil di atas panggung. Melalui pintu yang terbuka sedikit, Andrew mengintip ke dalam ruangan yang digunakan oleh para Aktris untuk beristirahat dan berganti pakaian di kamar-kamar kecil yang berada di dalamnya ini.

Dengan pernapasan yang belum stabil akibat berlari, pria itu menyaksikan dari jarak 10 meter bagaimana seorang pria yang juga bertubuh tinggi sepertinya, mencium lembut Marjorie di bibir merahnya.

Waktu seakan berhenti bagi Andrew dan keramaian di sekitarnya seolah menghilang begitu saja ketika dirinya menyaksikan momen tersebut. Raut kekecewaan tergambar jelas dari wajahnya ketika melihat momen tersebut, di dukung oleh tatapan sedih dari sepasang bola mata indahnya yang memudarkan senyum kecil di bibirnya secara perlahan. Posisi Marjorie dan pria yang menciumnya membentuk garis horizontal jika dilihat dari pintu, jadi tentunya momen tersebut ditonton dengan sangat jelas oleh Andrew.

"... padahal dia sedang menjalin hubungan dengan putra dari Gubernur Negara Bagian Aretamus, Tyler Smith," sambung Margaret di waktu yang sama.