Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Daniella barusan, Andrew justru memberikan reaksi kecil yang cukup mengejutkan bagi Daniella: pria itu mengerutkan dahinya, ekspresi keheranan juga kembali terlihat di wajahnya, walaupun memang hanya sedikit saja, bahkan mungkin Daniella sama sekali tidak menyadari ekspresi itu.
"Tidak," Andrew menjawab pertanyaan Daniella. "Apa aku melakukannya?" lanjut sang pria, dia sukses membuat Daniella terus-terusan terkejut karena respon-respon yang dirinya berikan.
"Ti-tidak ... tentu saja tidak," jawab Daniella. Keheningan dan kecanggungan lalu tercipta diantara mereka berdua usai Daniella menjawab pertanyaan Andrew, meskipun ditengah-tengah itu Daniella tetap merasa ketakutan yang besar, namun keduanya justru tetap terus melakukan kontak mata selama momen ini berlangsung, membuat kecanggungan terasa semakin menebal diantara dua insan ini.
Momen kontak mata mereka akhirnya berakhir selang beberapa detik kemudian karena Daniella mulai merasa gugup untuk menatap sepasang manik mata Andrew, sang gadis lantas mulai melirik ke beberapa arah yang berbeda untuk mengurangi rasa gugupnya dan kecanggungan diantara mereka, sementara Andrew baru melakukan hal tersebut 3 detik setelah Daniella melakukannya.
Karena keduanya tak kunjung fokus menatap ke 1 titik dan malah membuat kecanggungan diantara mereka berdua semakin membesar dan menebal, Andrew akhirnya memutuskan untuk mengatakan sesuatu kepada gadis yang baru beberapa hari bekerja di lahan perkebunan kentang milik ayahnya itu.
"Jangan ragu untuk mengatakannya jika menurutmu aku menyakitimu, kita bisa membicarakannya secara baik-baik, itu jauh lebih baik dari pada memberikan respon dengan mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak pantas untuk diucapkan," tegas sang pria dengan sangat dingin, dia mengucapkan hal tersebut tepat pada saat matanya dan mata Daniella secara tidak sengaja kembali bertemu, jadi momennya cukup pas.
".... huh ....?" Daniella tentunya terkejut mendengar apa yang baru saja ditegaskan oleh si Pangeran Kota ini, jantungnya secara tiba-tiba berdetak dengan sangat kencang, disertai oleh bulir-bulir keringat di kedua telapak tangannya yang juga mendadak keluar dengan sangat deras.
'Ya Tuhan, ini buruk, sepertinya aku memang telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, tapi apa?' pikir gadis tersebut dengan sangat cemas.
Andrew kemudian berdiri dan hendak keluar dari aula ini, tetapi Daniella yang entah bagaimana keberaniannya sedang memuncak saat ini menahan pria itu dengan memberikannya sebuah pertanyaan.
"P-pak, Anda ingin pergi kemana?" tanya Daniella. Andrew langsung mematung usai mendengarnya, tetapi ia tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Tatapan dinginnya terfokus ke suatu titik di dekat panggung yang Daniella tidak pedulikan sebab dirinya hanya fokus pada Andrew saat ini.
"Bar." Andrew menjawab pertanyaan Daniella dengan singkat usai membisu selama beberapa saat, sang pria lantas berjalan menuju pintu keluar.
Merasa dirinya harus menyelesaikan permasalahannya dengan Andrew sekarang juga, Daniella pun kemudian berdiri dan berniat untuk mengejar pria tersebut, tetapi Margaret yang baru kembali ke aula ini dan hampir sampai di kursinya memanggilnya.
"Daniella!"
Beberapa orang di barisan kursi belakang termasuk Daniella sendiri menoleh ke Margaret usai wanita itu memanggil sang gadis, namun segera setelahnya, mereka kembali fokus menonton pertunjukan drama ini, kecuali Daniella, mengindikasikan bahwa tidak ada yang peduli dengan apa yang sedang terjadi pada Daniella dan Margaret.
"Kemana kau akan pergi?" tanya Margaret kepada Daniella.
"Mengejar Andrew," jawab Daniella dengan raut wajah takut dan cemasnya.
"Apa yang terjadi?"
"Aku akan menjelaskannya padamu nanti, aku ingin mengejarnya dulu sekarang," pungkas gadis tersebut, dia kemudian mengejar Andrew dengan cara berjalan cepat, meninggalkan Margaret yang baru kembali dari toilet dalam rasa heran.