"Tapi ... coba Anda tanyakan kepada pelanggan-pelanggan lain, mungkin saja ada yang merasa melihat Andrew Lawrence masuk ke sini, maksud saya ... karena bar ini terletak di sebrang The Gold Rush Theatre, bukan tidak mungkin kalau memang Andrew Lawrence berada di sini, walaupun besar kemungkinannya kalau dia tidak berada di sini," lanjut si bartender.
"Andrew Lawrence? Dia di sini?" tanya seorang pelanggan pria muda yang duduk di sebelah Daniella, dia terlihat cukup mabuk.
"E-entahlah ..." jawab Daniella sambil sekali lagi mengedarkan pandangannya di bar yang berukuran besar ini, gadis itu mulai terlihat bingung harus melakukan apa sekarang, dirinya bahkan menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal sambil sedikit menunjukkan ekspresi kebingungan, namun tidak lama kemudian, Daniella terdiam, dia membeku, benar-benar membeku.
BAM!
Gadis periang tersebut menepuk meja panjang ini seraya mendekatkan wajahnya ke wajah bartender tadi yang masih berdiri di dekatnya.
"Apa kau melihat seorang pria bertubuh tinggi masuk ke sini?!" tanya Daniella kepada bartender tersebut dengan penuh semangat usai membeku selama beberapa detik.
"Pria bertubuh tinggi? Ada banyak pria bertubuh tinggi di sini, Nona, coba sebutkan ciri-cirinya yang lain," kata bartender itu.
"Dia ... menggunakan topi hitam, kacamata, pakaian yang rapi, berkulit putih-kecoklatan, dan ... tampan ... kurasa ..." jelas Daniella, pada awalnya raut wajahnya menunjukkan kalau dia berusaha mengingat secara detail bagaimana penampilan Andrew malam ini, namun ketika dia menyebutkan ciri Andrew yang terakhir, raut wajahnya berubah, ia terlihat ragu mengatakan hal tersebut dari bibirnya, kedua manik matanya sempat menatap ke arah lain tadi, tetapi tidak ada yang memperhatikan hal itu.
"Hmmm." Si bartender lantas mencoba untuk mengingat pria yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan oleh Daniella tadi.
"Ah! Pria itu, dia baru masuk ke sini beberapa menit yang lalu," ucap bartender yang satu lagi kepada Daniella, dia lalu berjalan mendekati temannya dan gadis tersebut.
"Tapi aku tidak melihatnya di sini," ujar Daniella yang memang sudah mencari Andrew dengan cara melihat ke sekelilingnya tetapi hasilnya nihil.
"Dia datang beberapa saat sebelum Anda datang, ketika masuk, dia langsung pergi ke bawah," kata bartender yang terlihat lebih tua dibandingkan dengan bartender yang mengobrol dengan Daniella lebih dulu tadi.
"Ke bawah?" dahi Daniella mengerut, bersamaan dengan munculnya raut keheranan pada wajahnya.
"Ya, pintu itu adalah jalan menuju ruangan di bawah, di sana jauh lebih berisik dari pada di sini, karena ada lantai dansa dan orang-orang yang memainkan musik di sana, di sini adalah tempat bagi para pelanggan yang tidak ingin keberisikan dan hanya ingin menikmati minuman mereka dengan tenang," papar bartender tersebut seraya menunjuk ke pintu yang dituju oleh pria berambut merah tadi, Daniella pun akhirnya melihat ke pintu itu, tampak ada beberapa orang yang keluar dari sana dalam kondisi mabuk berat.
"Aku mengerti. Baiklah, terima kasih atas bantuan kalian." Daniella yang telah mengetahui kemungkinan lokasi tempat Andrew berada tidak lupa untuk berterima kasih kepada dua bartender tersebut, sang gadis kemudian bersiap untuk menghampiri pintu itu, namun bartender yang memberitahunya mengenai ruangan di bawah tiba-tiba memanggilnya.
"Tunggu, Nona!"
"Ya?" sahut Daniella.
"Pria yang Anda sebutkan ciri-cirinya tadi itu ... adalah Andrew Lawrence?" tanya si bartender dengan dahi yang mengerut dan raut wajah tidak menyangka bahwa kemungkinan besar orang yang dilihatnya tadi adalah Andrew karena dia tampak sangat berbeda.
"Andrew Lawrence berpenampilan seperti itu malam ini, tapi aku tidak bisa memastikan apakah pria yang kau lihat tadi adalah dia atau bukan," jawab gadis tersebut.
"Ah, benar."
"Baiklah, aku akan pergi ke bawah, permisi," pungkas Daniella, dia lantas menghampiri pintu menuju ruangan di bawah dengan cepat sebab dirinya ingin berbicara kepada Andrew secepatnya.
'Aku mengerti, jadi dia sengaja untuk berpenampilan berbeda agar sulit untuk dikenali, ya? Tapi apa alasan lebih dalamnya?' pikirnya.