Usai berjalan cepat dan sesekali berlari selama sekitar 50 detik, Daniella akhirnya berhasil keluar dari gedung The Gold Rush Theatre ini dan sedang berdiri di atas anak tangga yang menghubungkan pintu depan gedung ini dengan jalanan.
Gadis itu kehilangan jejak Andrew, dia tidak tahu pasti kemana pria tersebut pergi sebab terakhir kali dirinya melihat sang pria adalah ketika dia meninggalkan aula tadi, namun karena Andrew mengatakan kalau dia akan pergi ke bar, Daniella pun tetap memiliki tujuan yang pasti walaupun dirinya kehilangan jejak sang pria.
Ya, dia cukup yakin kalau bar yang dimaksud oleh Andrew adalah bar ya g terletak tepat di sebrang gedung The Gold Rush Theatre ini, jadi gadis tersebut pun bersiap untuk menyebrangi jalanan yang masih cukup sibuk ini meskipun gerimis belum berhenti turun dan hari sudah semakin malam.
Sang gadis kemudian kembali memakai capenya yang telah ia lepas ketika memasuki gedung teater ini tadi, dengan pernapasan yang sedikit terengah-engah, dia menyebrangi jalanan itu demi bisa sampai di bar yang menurutnya pasti menjadi tempat Andrew berada sekarang.
Dari luar, bar tersebut nampak sepi meskipun terhitung ada banyak orang yang keluar-masuk, tak ada banyak suara orang-orang yang terdengar, membuat Daniella mengerutkan dahinya pada saat ia sampai di depan pintu masuk bar ini karena merasa heran akan hal itu.
Walaupun demikian, sang gadis tidak terlalu mempedulikan hal tersebut, karena tujuannya datang ke bar ini hanya untuk menemui Andrew dan berbicara secara baik-baik dengannya, ia tidak ingin hubungannya dengan si Pangeran Kota jadi berantakan dan mengancam keberhasilan misinya dikarenakan hal yang dia sendiri tidak tahu apa.
Daniella lalu melepaskan capenya dan melipat benda itu dengan cukup cepat, sebelum akhirnya masuk ke dalam bar ini bersamaan dengan seorang pria muda berambut merah dan berkulit putih yang dengan berbaik hati membiarkan gadis itu masuk lebih dulu padahal dialah yang membuka pintu.
"Terima kasih," ucap sang gadis kepada pria yang memancarkan aura positif itu dengan sebuah senyuman manis.
Si pria lantas hanya membalasnya dengan sebuah senyuman juga, dia kemudian berjalan ke arah yang berbeda dengan Daniella, Daniella berjalan menghampiri sebuah kursi kosong yang berada di depan meja panjang di konter sambil mengedarkan pandangannya, sementara si pria pergi menuju sebuah pintu yang terletak di sejajaran konter namun berjarak 15 meter darinya.
"Permisi." Daniella yang tidak begitu memperhatikan pria bertubuh cukup tinggi tadi memanggil salah satu bartender yang baru saja selesai melayani seorang pelanggan yang duduk pada kursi paling ujung sebelah kanan.
"Ya, Nona?" sahut si bartender yang berjenis kelamin pria itu dengan ramah sambil berjalan menghampiri Daniella.
"Aku ingin bertanya sesuatu, apa Andrew Lawrence masuk ke sini tadi?" tanya sang gadis.
"Andre Lawrence?" kata bartender tersebut, wajahnya langsung menunjukkan raut keheranan begitu ia mendengar pertanyaan Daniella barusan.
"Ya," ujar Daniella.
"Tunggu sebentar, ya, Nona." Bartender itu kemudian menghampiri temannya yang sedang mengobrol dengan pelanggan lain, sementara Daniella menunggunya selama beberapa saat, sepertinya sang bartender berniat untuk menanyakan tentang keberadaan Andrew kepada temannya karena kemungkinan besar dia merasa kalau Andrew tidak berada di bar ini.
Setelah kurang lebih 30 detik, bartender tadi akhirnya kembali ke Daniella. "Maaf Nona, tapi baik saya maupun teman saya tidak melihat Andrew Lawrence memasuki bar ini, kami selalu melihat ke pintu masuk jika ada pelanggan yang baru datang, dan sejauh ini kami tidak melihat Andrew Lawrence masuk ke sini, lagi pula jika ada seseorang yang dikenal oleh sangat banyak orang masuk ke sini, suasana di sini pasti akan jadi sangat ramai karena orang itu pasti menjadi pusat perhatkan, tapi sejak tadi suasana di sini normal-normal saja," ucapnya. Daniella lantas hanya bisa terdiam mendengarnya.