"Sama-sama, Pak," ujar Daniella tak berapa lama setelah dirinya terdiam usai mendengar pujian balasan dari Andrew, sang gadis kemudian kembali menatap ke panggung, dan disaat yang bersamaan, Andrew kembali menatap ke gadis tersebut, wajah dinginnya akhirnya menunjukkan ekspresi yang berbeda kali ini.
Dengan dahi yang mengerut, Andrew menunjukkan keheranan terhadap Daniella melalui ekspresi wajah dan tatapan kedua matanya.
"Apa maksudmu?" tanya pria itu kepada Daniella, tentunya sambil tetap menatap kepadanya.
Daniella kemudian langsung menoleh ke Andrew, ia tampak terkejut karena pertanyaan itu, bahkan kedua bola matanya sempat terbelalak, menegaskan rasa terkejutnya, sang gadis lalu menjawab pertanyaan sang pria dengan keraguan dan ketakutan, "E-eh? Uh ... saya ... saya menyahuti 'terima kasih' yang Anda ucapkan tadi, Pak ... kurasa ...".
Karena sangat takut kalau Andrew merasa bahwa dirinya telah salah bicara, Daniella tidak bisa 100% fokus menatap ke sepasang bola mata pria itu ketika berbicara tadi, gadis tersebut sesekali terpaksa untuk mengalihkan tatapannya ke alis mata dan batang hidung Andrew dari kedua bola mata indahnya agar ia mampu menekan rasa takutnya, namun tentunya dia tidak bisa melakukan hal itu terlalu lama dan terlalu sering sebab Andrew pasti akan menyadarinya, jadi pada akhirnya, mau tidak mau, Daniella tetap harus melakukan kontak mata juga dengannya.
Kali ini, jantung Daniella yang berdebar dengan sangat kencang tidak mengartikan kalau dirinya merasa gugup melakukan kontak mata dengan pria dingin ini, tetapi menjelaskan bagaimana terkejutnya dan takutnya dia ketika Andrew melontarkan pertanyaan yang seperti itu kepadanya tadi, Daniella saat ini bertanya-tanya apakah kemungkinan besar Andrew sedang marah kepadanya karena dirinya telah mengucapkan hal yang tak seharusnya ia ucapkan? Tetapi sang gadis tidak tahu hal apa itu, oleh karenanya dia menjawab Andrew dengan keraguan yang besar tadi, ia sangat takut jika dirinya akan salah bicara lagi.
Sementara itu, meskipun Daniella telah menjawabnya, Andrew masih tetap diam, namun raut wajah herannya perlahan berubah, kembali menjadi dingin. Dahinya juga tidak lagi mengerut, disertai oleh tatapan dari sepasang bola matanya yang juga tak lupa untuk kembali menjadi seperti biasanya, dingin.
"Lupakan saja," kata Andrew beberapa saat setelah tatapan mata dan ekspresi wajahnya kembali dingin, dia juga lantas kembali menatap ke panggung, membuat Daniella lah yang dilanda rasa heran sekarang. Terkejut, takut, dan heran, saat ini ketiganya sedang dirasakan oleh gadis itu secara bersamaan, membuatnya membeku, ia tak mampu untuk mengucapkan apapun dari bibirnya, pertanyaan-pertanyaan di dalam pikirannya terus-terusan bertambah besar, membuat dirinya tidak bisa berhenti untuk memikirkan semua itu saat ini.
Pandangan sang gadis juga tak kunjung kembali ke drama yang sangat dia sukai itu, ia masih terus menghadap ke Andrew, namun tatapan keheranan dari sepasang bola mata berwarna coklat gelapnya mengarah bawah. Dahinya mengerut, mulutnya juga terbuka sedikit karena bibirnya yang tidak tertutup rapat. Ekspresi keheranan tergambar jauh lebih jelas di wajah Daniella saat ini dari pada di wajah Andrew tadi.
"Pak?" gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk memanggil Andrew sebab ia ingin menanyakan sesuatu kepadanya. Andrew kemudian kembali menoleh ke Daniella.
"Apa ... apa saya sudah mengatakan sesuatu yang salah?" sambung Daniella, tak ada lagi kegugupan yang melandanya saat ini, rasa penasaran dan keheranannya mampu mengalihkan sang gadis dari hal tersebut.