Daniella sangat terkejut karena Andrew berada di sampingnya saat ini, dia sama sekali tidak tahu sejak kapan pria tersebut duduk di kursi yang berada tepat di sebelah kanannya itu, sang gadis juga tidak mengetahui apakah Andrew mendengar percakapannya dengan Margaret tadi atau tidak.
Sebagai reaksi spontan, Daniella kemudian menoleh ke kiri dengan maksud untuk melihat Margaret sekaligus memberitahunya mengenai keberadaan Andrew dengan menggunakan bahasa tubuh, namun gadis itu dibuat semakin terkejut saat tak mendapati wanita tersebut di sana.
Ya, kursi di sebelah kirinya yang seharusnya di duduki oleh Margaret justru kosong sekarang, membuat Daniella bertanya-tanya di pikirannya tentang dimana Margaret berada saat ini dan sejak kapan kursi itu menjadi kosong. Seketika dahi sang gadis pun mengerut, diikuti oleh ekspresi bingung yang tergambar jelas di wajahnya.
Daniella lalu berbicara dengan wanita yang duduk di kursi sebelah kiri kursi Margaret seraya memajukan tubuhnya, sebab kursi yang terletak di sebelah kiri kursi Margaret berada dalam jarak beberapa meter dari Daniella, hal ini dikarenakan ada sebuah pilar berukuran cukup besar yang berdiri diantara kursi Margaret dengan kursi yang berada di sebelah kirinya, membuat kursi yang di duduki oleh Daniella, Margaret, dan Andrew benar-benar merupakan 3 kursi paling ujung yang terpisah dari sebagian besar jajaran kursi bagian belakang.
"Um, hei, permisi." Daniella memanggil wanita yang duduk di kursi terdekat bagi kursi Margaret selain kursinya juga kursi Andrew itu.
"Ya?" wanita yang sudah cukup berumur tersebut menyahuti panggilan sang gadis dengan cukup cepat.
"Apa Anda tahu kemana teman saya pergi? Wanita yang duduk di kursi ini tadi, dia adalah teman saya, saya tidak tahu kapan kursi ini menjadi kosong," ucap Daniella sembari menunjuk kursi Margaret dengan tangan kirinya.
"Oh? Bukankah tadi dia pergi ke toilet?" kata wanita tersebut.
"Ke toilet? Kapan?" tanya sang gadis dengan keheranan yang semakin menjadi-jadi, dia juga semakin bertanya-tanya sefokus apakah dirinya menonton drama ini sebelumnya sampai-sampai ia tidak tahu kalau Margaret pergi ke toilet dan Andrew sudah berada di sampingnya.
"Aku tidak yakin, tapi sepertinya sekitar dua menit yang lalu, dia keluar dari jajaran kursi melalui sela-sela yang ada di pilar ini tadi," jelas wanita itu, sela-sela di pilar yang menghalangi mereka ini memang tidak berukuran begitu kecil, masih muat jika dimasukkan oleh 1 orang, sehingga bisa dijadikan sebagai jalan pintas bagi siapapun yang duduk paling dekat dengan pilar ini untuk bisa keluar dari jajaran kursi dan berjalan menuju toilet dari jalan kecil yang ada di belakang jajaran kursi bagian belakang.
Satu-satunya jalan menuju toilet sendiri berada di dekat kursi paling ujung pada sisi kiri di jajaran kursi belakang ini, jadi baik Andrew, Daniella, maupun Margaret harus berjalan dari ujung ke ujung untuk bisa sampai di toilet, dan Margaret sudah melakukannya.
"Oh, seperti itu, ya. Terima kasih banyak, Nyonya," ujar Daniella, wanita tersebut lantas hanya membalasnya dengan sebuah senyuman sebelum akhirnya ia kembali fokus menonton pertunjukan drama ini lagi.
Sekarang, Daniella sudah mengetahui kalau alasan dirinya tidak sadar Margaret pergi ke toilet tadi adalah karena Margaret tidak mengambil jalan memutar dengan melintas di depannya ketika ia hendak masuk ke jalan kecil di belakang mereka, temannya itu justru memilih untuk melewati sela-sela di pilar tersebut, namun walaupun demikian, Daniella seharusnya tetap sadar kalau Margaret pergi, sebab bagaimanapun, Margaret duduk tepat di sebelahnya, jadi terdengar kurang masuk akal jika sang gadis tidak menyadari kepergian temannya tadi.
Tetapi begitulah kenyataannya, Daniella benar-benar terlalu hanyut dalam drama ini sebelum dia menyentuh tangan dingin Andrew tadi.
'Sial, aku sepertinya terlalu menikmati drama ini sampai-sampai aku tidak tahu banyak hal yang terjadi tadi,' pikir Daniella, dia kemudian menoleh ke Andrew, sebelum akhirnya membeku karena tenggelam dalam pikirannya sendiri.
'Cih, bahkan dengan penampilannya yang berbeda, dia tetap terlihat sangat tampan dan karismatik, walaupun dia juga tetap sangat dingin dan aku benci itu. Tapi ... bagaimana bisa seseorang terlahir dengan rupa yang seindah ini?' Entah dia menyadarinya atau tidak, Daniella sama sekali tidak bisa berhenti mengagumi keelokan rupa si Pangeran Kota tersebut sejak pertama kali ia melihat wajahnya pada poster berisi gambar wajah sang pria yang Tim tunjukkan kepadanya beberapa waktu lalu.
Meskipun Andrew adalah orang yang kurang disukai Daniella bahkan sebelum pertemuan pertama mereka terjadi, namun tak bisa dipungkiri memang kalau sihir dari pesona pria tersebut selalu saja berhasil untuk membuat sang gadis membeku, mengagumi sosok itu.