William, Gisel, Bastian, Nayara dan Andre saat ini sedang berada disebuah kafe langganan mereka. Mereka berkumpul untuk meluruskan kesalah pahaman yang terjadi diantara mereka.
"Jadi gimana Andre? Mau ngelurusin apa lo?" Tanya Gisel.
Andre yang ditanyai hanya diam. Sekarang suasana semakin tegang.
"Sebenernya disini bukan Andre yang mau ngelurusin kesalah pahaman tapi Gue," kata William memulai pembicaraan.
"Maksudnya?" Gisel mengerutkan keningnya.
"Aku sebenernya suka Nayara bukan kamu. Aku cuma pingin buat Nayara cemburu maaf Gisel," kata William.
"Oh aku cuma mainan gitu?" Kata Gisel dengan senyum yang dipaksakan.
"Lo tahu ini semua kan Nay? Fine! Kalian semua pengkhianat!" Gisel hendak pergi namun ditahan Nayara.
"Gue gatahu apa-apa Sel sumpah. Gue baru tahu kalo William suka Gue," Kata Nayara.
"Gausah bohong Nay! Gue ga sebodoh itu asal kalian tahu!" Gisel akhirnya pergi meninggalkan mereka.
"Ini maksudnya gimana? William! Bastian! Andre! Kenapa kalian diem aja?" Tanya Nayara yang heran dengan sikap mereka.
"William bener Nay. Sebenernya Gue juga berusaha untuk bikin Gisel cemburu dengan cara Gue sengaja deketin Lo," jawab Bastian setelah sekian lama.
"Gue suka sama Lo Nay!" Kata William sambil berteriak membuat pengunjung lain menatap mereka.
"Lo sama Gue aja ya? Jesse ga tulus sama Lo Nay," kata William memohon.
"Tahu dari mana Lo kalau Jesse ga tulus?" Kata Nayara dengan deep voice khasnya.
"Denger William, jangan bawa-bawa orang yang ga ada hubungannya sama masalah ini. Lo gapapa suka sama Gue tapi yang memutuskan itu Gue, Gue yang bakalan milih siapa yang bakal jadi pendamping Gue ngerti? Dan sekali lagi Gue minta jangan naruh perasaan apapun sama Gue," kata Nayara lalu keluar kafe itu.
"Kok malah jadi gini sih? Seharusnya Lo jelasin baik-baik!" Andre terlihat frustasi menghadapi Bastian dan William dan memutuskan meninggalkan mereka berdua.
"Gimana Will selanjutnya? Lo masih mau ngejar Nayara?" Tanya Bastian sambil menyesap minumannya.
"Gue ga nyerah segampang itu kali. Lo juga harus berusaha Gue yakin Lo bisa," entah sejak kapan kedua rival ini saling mendukung. Intinya mereka saat ini sedang tertawa bersama. Menertawai kebodohan mereka.
****
"Non Gisel ada tamu non," kata bi Tini sambil mengetuk pintu Gisel.
"Siapa Bi?" Tanya Gisel yang sudah membuka pintu.
Terlihat Nayara berdiri disebelah Bi Tini dengan senyum diwajahnya. Gisel merasa tidak ingin bertemu Nayara saat ini. Saat hendak menutup pintu, pintu Gisel ditahan dengan tangan Nayara. Dengan cepat Nayara masuk kedalam. Nayara lalu duduk disofa yang berada di kamar Gisel.
"Ngapain Lo kesini?" Tanya Gisel jutek.
"Gisel denger! Gue bakal jelasin ini sekali doang. Gue gatahu apa-apa soal perasaan William ke Gue. Intinya kita berdua korban disini, Bastian juga ngelakuin hal yang sama ke Gue," kata Nayara.
"Gisel pikir baik-baik jangan ngulangin kesalahan yang sama," lanjutnya.
"Kesalahan yang sama? Ini beda Nay! Jangan bahas yang udah lewat! Mulai sekarang kita bukan temen! Kita udah ga saling kenal!" Kata Gisel.
"Lo serius Sel?" Tanya Nayara yang kini sudah tak kuasa menahan tangisnya.
"Gue serius. Kita udah gapunya hubungan apa-apa lagi," kata Gisel yang berusaha menahan tangisnya juga.
"Pergi dari sini sekarang," setelah Gisel mengatakan kalimat itu Nayara lalu berlari keluar dari kamar Gisel dan masuk kedalam taxi yang dari tadi menunggunya.
Sementara Gisel menangis sesenggukan. Ia merasa bersalah dan juga merasa disakiti. Gisel terus mengeluarkan air mata yang rasanya susah dihentikan. Setetes demi setetes air hujan turun membasahi jalan kala itu.
Pertemanan Gistira sepertinya berhenti sampai disana saja. Masalah baru muncul setelah masalah sebelumnya belum tuntas diselesaikan. Kini Nayara sudah sampai dirumahnya. Ia langsung menaiki anak tangga dan membanting pintu kamarnya dengan keras. Nayara menangis di pojok kamarnya mengenang kembali memori-memori yang pikirnya tak akan pernah berakhir seperti hari ini. Gisel dan Nayara sama-sama menangis namun di lain tempat. Keduanya merasakan sakit yang sama namun enggan mengungkapkan. Hingga matahari terbenam mereka sama-sama melihat kearah senja.
"Gue kira kita gak bakal berakhir," kata Gisel dari jendela kamarnya.
"Kenapa selalu gini? Masalah baru lagi," kata Nayara didalam kamarnya.
Hujan terus turun selama 2 hari berturut-turut. Begitu juga dengan air mata Nayara dan Gisel yang tak henti-hentinya keluar.
"Astaga Gisel kenapa pakai kacamata hitam kaya gitu?" Tanya Devian saat melihat putrinya dengan kaca mata dan masker wajah.
"Lagi flu pa takut nularin temen," bohong Gisel.
"Coba papa periksa. Gimana kalau papa bawa ke tante Renata?" Tanya Devian. Dengan cepat Gisel menggelengkan kepalanya.
"Gak usah! Udah minum obat kok tadi. Gisel berangkat," kata Gisel lalu segera berlari keluar rumahnya.
"Gisel ga sarapan nak?" Tanya Devian. Namun Gisel sudah berangkat ke sekolahnya.
Sampai disekolah Gisel benar-benar menjadi pusat perhatian. Padahal menjadi pusat perhatian adalah hal yang paling di benci Gisel. Gisel bergegas ke kelasnya.
"Huft! Akhirnya nyampe," kata Gisel lalu duduk disebelah Indah teman duduknya.
"Ngapain Lo pake masker kaya idol korea gitu?" Tanya Indah saat Gisel baru tiba.
"Gue flu jangan deket-deket!" Kata Gisel.
"Okeh," kata Indah lalu menjauhkan dirinya dari Gisel.
Gisel duduk di bangku paling pojok. Kini dirinya sedang berada dikantin.
"Eh lihat deh Gisel," kata seorang siswi yang nampaknya heran dengan penampilan Gisel hari ini.
"Pake begituan kaya agent rahasia aja hahaha," sambung yang lainnya sambil tertawa.
"Gapapa Gisel gausah hirauin mereka," kata Gisel lalu kembali makan dengan tenang.
"Duh ini kenapa semua orang yang lewat ngelihatin gue sih? Kan bisa aja mereka lewat tanpa noleh kaya gitu," kata Gisel dalam hati.
Karena sangat risih Gisel akhirnya memutuskan untuk pergi ke rooftop untuk menenangkan dirinya.
Gisel menatap satu persatu bangunan tinggi dari atas rooftop. Memandangi orang-orang yang tengah sibuk. Gisel lalu menyenderkan kepalanya di pintu masuk rooftop.
"Ck! Ngapain sih gue galauin Nayara palingan dia lagi asik-asik sama temennya," kata Gisel.
Padahal yang sebenarnya Nayara sudah 3 hari tidak masuk sekolah karena sakit. Selama 3 hari juga Nayara tidak keluar kamarnya sehingga Ia maag.
"Lo sih sok-sokan gamau makan kaya orang abis putus aja," kata Nathan sambil mengganti kompres adiknya.
"Ngerepotin orang kan jadinya? Kalo misalnya..,"
"Diem kak! Kalau Lo gamau ngurusin Gue mending sana deh sekolah!" Kata Nayara lalu membalikan tubuhnya.
"Iya iya maaf Gue tinggal ya? Kalo ada apa-apa langsung telfon. Inget langsung telfon awas Lo," kata Nathan namun dihiraukan Nayara.
Nathan keluar dari kamarnya dan bergegas menuju sekolahnya. Tadi Ia sempat meminta izin untuk pulang karena Nayara merasa pusing. Tapi sekarang Nayara baik-baik saja.
Nayara mencari ponselnya keseluruh kamarnya namun tak ketemu. Nayara baru ingat jika ponselnya diambil oleh Nicholas agar Nayara istirahat. Nayara sangat merasa bosan hingga Ia memutuskan untuk pergi ke ruang tamu, menghidupkan Tv-nya lalu merebahkan diri diatas sofa.
Ting Tong Ting Tong
Terdengar bunyi bel dari pagar rumah Nayara. Dengan malas Nayara bangkit dari tidurnya untuk membukakan gerbang pada tamu tak diundang.
"Oh Bang Jay sama Mbak Andra," ucap Nayara saat mengetahui yang datang adalah Bang Jay bersama dengan putri dan istrinya yang tengah hamil 2 bulan itu.
"Masuk Bang Mbak," kata Nayara lesu.
"Bentar Naya buatin minum," kata Nayara lalu menyiapkan beberapa minuman untuknya dan Bang Jay sekaligus Mbak Andra.
"Gimana udah enakan gak Nay?" Tanya mbak Andra.
"Kok mbak tahu kalo Naya sakit?" Tanya Nayara.
"Ibu tadi di telfon tante Rina. Katanya kalo ga sibuk tolong jenguk Nayara sakit," jelas Mbak Andra.
"Tahu dari mana?" Tanya Nayara lagi.
"Tadi pagi tante Rina nelfon ibu disuruh jenguk kamu yang lagi sakit. Astaga lemot banget kamu kalo sakit Nay," kata mbak Andra ngegas.
"Owh," hanya itu respon dari Nayara.
"Waktu itu Lo pulang malem sama cowok, pacar Lo?" Tanya Bang Jay. Nayara hanya mengangguk pelan.
"Bang Jay cuma mau bilang jangan terlalu serius sama dia ya? Gapapa Lo pacaran sama dia kalo Lo diapa-apain Gue sama Nathan yang bakal ngabisin tu bocah," kata Bang Jay.
Jika sudah sampai Bang Jay yang memperingati Nayara apa lagi semua teman-teman dan kakaknya berkata jika Jesse adalah laki-laki yang buruk. Nayara berpikir lagi untuk melanjutkan hubungannya dengan Jesse.
"Bang serius kenapa ya Naya ga disetujuin banget pacaran sama Jesse?" Tanya Nayara yang terlihat penasaran.
"Nanti Lo pasti tahu. Pokoknya jangan serius ok? Dan jangan mau diajak kerumahnya," peringat bang Jay dengan serius.
"Gue juga gamau kali diajak kerumah cowok," kata Nayara.
"Bisa-bisa diomelin tujuh hari tujuh malem sama kak Niko. Mampus tuh kuping Gue," kata Nayara sambil tertawa sedikit.
"Galak juga ya si Nicholas, lebih galak dari kamu ay," kata bang Jay.
"Kenapa Nay? Ulangin lagi dong?" Entah sejak kapan Nicholas dan Nathan berdiri didepan pintu.
"Astaga kak bukan gitu," kata Nayara gelagapan.
Nicholas hanya berlalu dan duduk disebelah Kanaya yang sedang bermain didepan TV.
"Kanaya tahu? Kak Nayara udah besar dia tuh lihat udah bisa jaga dirinya sendiri," kata Nicholas kepada Kanaya.
"Ada apa mereka?" Tanya bang Jay dan mbak Andra kepada Nathan.
"Naya waktu itu pulang malem sama pacarnya. Si Nicholas marah deh belum baikan sampe sekarang gara-gara si Niko batu banget," jelas Nathan.
"Kak jangan diemin Naya lagi dong," kata Nayara didepan kamar Nicholas.
Tadi Bang Jay dan Mbak Andra pamit karena urusan mendesak. Sementara Nathan bilang ingin menemui pacar barunya yaitu Freya.
"Kak Niko buka pintunya!" Kata Nayara sambil memukul-mukul pintu Nicholas keras.
"Kak Niko maafin Nayara hiks. Kalo kak Niko mau Naya putus sama Jesse Naya putus sekarang! Bukain pintunya hiks," kata Nayara sambil menangis sejadi-jadinya.
Ceklek!
Suara pintu terbuka menyadarkan Nayara. Nicholas membiarkan adik bungsunya masuk kedalam kamarnya. Nayara lalu duduk dikursi depan komputer milik Nicholas. Sementara Nicholas merebahkan dirinya diatas kasur.
"Sekarang cepet telfon Jesse terus putusin!" Kata Nicholas masih menutup matanya. Nicholas mengembalikan handphone Nayara.
Nayara hanya diam tertunduk sambil memainkan handphonenya.
"Gabisa kan? Huh! Kamu beda Nay! Sikap kamu berubah! Kemana Naya yang dingin? Kemana Naya yang dulu? Lo bukan adik Gue lagi! Gue berasa adik saudara Gue cuma Nathan!" Pertama kali Nicholas menggunakan panggilan Gue-Lo dengan Nayara. Nicholas berbicara dengan posisi duduk saat ini.
"Lo diapain sama Jesse sampai-sampai Lo berani bohong ke Gue? Lo bilang kalian cuma ke taman hiburan doang. Terus yang gue lihat di tongkrongan Jesse itu bayangan Lo?" Kata Nicholas.
Nayara memang menyembunyikan fakta bahwa Ia pergi ke tongkrongan Jesse sebelum ke taman hiburan. Itupun karena Jesse bilang akan menemui temannya di kafe sebentar.
"See? Lo diem! Gue bener. Sekarang terserah Lo mau gimana. Lagian Lo udah gede kan? Lo gak perlu Gue sama Nathan" Kata Nicholas.
"Bukan..."
"Gitu? Udah deh mending Lo balik kemar Lo sana."
Akhirnya Nayara memutuskan untuk kembali kekamarnya. Kata-kata Nicholas semuanya benar sehingga Nayara tidak bisa membela diri lagi. Nayara merasa bersalah karena terus saja menghancurkan perasaan orang disekitarnya. Seperti Gisel dan juga kedua kakak yang Ia sayangi.
"Maafin kakak Nay. Kakak harus ngelakuin ini semua supaya kamu sadar kalo semua cowok itu bejad termasuk kakak sendiri," kata Nicholas didepan pintu kamar Nayara.