3 bulan sudah berlalu. Tidak terasa kini siswa-siswi sedang bersiap menghadapi ujian kenaikan kelas.
"Gimana Nay persiapan Lo?" Tanya Tiara.
Tiara, Nayara, Jesse dan juga Reihan sedang berada di perpustakaan daerah untuk belajar bersama. Jesse memaksa Nayara untuk mengajaknya begitu juga dengan Reihan.
"Ya gitu," jawab Nayara masih fokus dengan bukunya.
"Owh gitu ya haha," kata Tiara tertawa garing.
"Kalian berdua sering ya kesini?" Tanya Jesse sambil melihat-lihat sekitar.
"Ini kali pertama Gue belajar bareng Nayara sih," jawab Tiara.
"Apalagi Gue," lanjut Reihan.
Kruyukk..
"Astaga maaf," kata Jesse saat suara perutnya memenuhi ruangan.
"Lo laper Jes? Gue juga laper. Ayo beli makan," kata Reihan.
"Terus kalian?" Tanya Jesse sambil menatap Tiara dan Nayara.
"Aku ga laper kalian pergi aja," kata Nayara lalu duduk disalah satu bangku perpustakaan itu.
"Kalian makan aja nanti samperin kita kesini lagi oke?" Kata Tiara sambil mengelus rambut Reihan.
"Huh jangan berharap deh Nayara bakal kaya gitu ke Gue," kata Jesse sambil menghela nafas panjang.
"Misi pak mie ayam dua," kata Reihan memesan makan siangnya.
"Lo serius kan sama Nayara?" Kata Reihan kepada Jesse sambil melahap mie nya.
"Mungkin kalian semua ngira Gue main-main sama Nayara. Tapi percaya deh Gue bener-bener serius kali ini," jawab Jesse.
Reihan menatap Jesse dengan tajam. Seolah-olah Ia sedang meragukan ucapan Jesse.
"Ya kalo Lo ga percaya gapapa. Lagian Gue kan cuma perlu Nayara buat percaya sama Gue," jawab Jesse santai.
"Sial! Ngapa Lo jadi lebih keren dari pada Gue?!" Kata Reihan sambil melahap mie nya emosi.
"Lo mah emang kaga pernah keren kali," kata Jesse bernada mengejek.
"Pak berapa mie nya?" Tanya Jesse hendak membayar.
"Biar Gue yang bayar mie Lo," kata Reihan lalu meraih saku celananya.
"Loh? Dompet Gue mana? Hp Gue? Astaga Gue titip di tas Tiara. Lo yang bayar ya Jes hehe," kata Reihan cengengesan.
"Tuh kan sok-sokan berlagak keren akhirnya malu sendiri kan? Dasar Lu!" Kata Jesse lalu segera membayar tagihan makan mereka.
Mereka berdua akhirnya kembali ke perpustakaan. Namun ditengah perjalanan mereka berdua terhenti karena melihat seseorang yang sepertinya familiar dimata mereka.
"Eh eh itu bukannya Sandrina ya?" Tanya Reihan.
"Sandrina? Lah iya tuh samperin kagak?" Kata Jesse.
"Jangan! Kita sekarang jadi agen rahasia terus cari tahu apa yang Sandrina omongin," kata Reihan.
"Ck gausah! Lagian kaya ibu-ibu kompleks Lu kepo bat dah," kata Jesse hendak pergi.
"Eits eits eits! Lihat yang dia ajak ngomong? Pake baju serba hitam muka ketutupan bawa rokok. Kalo incarannya Nayara gimana? Lo tahu kan Sandrina benci bat sama Nayara dan Gisel," Jesse seketika menghentikan langkahnya setelah mendengar ucapan Reihan.
"Anjay keren juga Lo," kata Jesse lalu pergi mendekat ke arah Sandrina.
"Tuh kan apa Gue bilang! Gue tuh keren cuma diwaktu tertentu doang," kaga Reihan menyusul Jesse.
"Hai Sandrina kalian lagi ngomongin apa?" Tanya Jesse polos.
"Astaga Jesse polos bat Lu gila! Bukan gini maksud Gue!" Kata Reihan pelan.
"Ngapain Lo disini?" Tanya Sandrina sarkas.
"Lagi nemenin Nayara tuh dia ada di perpustakaan," kata Jesse sambil menunjuk sebuah gedung tinggi yang berada disebelahnya.
"Goblok astaga Jesse!! Pacar Gue juga disana kalo kenapa-napa gimana?" Kata Reihan namun dihiraukan Jesse.
"Jawab dong San kok diem aja sih? Gue nanya loh ini," kata Jesse sambil mengguncangkan bahu Sandrina yang tampaknya panik.
"Minggir Gu-Gue mau balik," kata Sandrina hendak pergi. Namun pergelangan tangannya ditahan oleh Jesse.
"Kalo Lo berani ngutak-atik Nayara, Gisel, Indah, Wulan atau Tiara. Gue pastiin rahasia yang Lo simpen selama ini bakal terpublish. Ngerti?" Kata Jesse tepat ditelinga Sandrina.
Sandrina langsung melepaskan cengkraman tangan Jesse dan pergi naik taxi.
"Astaga Jesse goblok banget sih Lo jadi orang! Goblok bener Lo," sepanjang perjalanan Reihan tak henti-hentinya mengatai Jesse goblok.
"Lama banget makannya," kata Tiara.
"Ng anu,"
"Tadi Reihan godain biduan noh di pinggir jalan," Tiara melihat sekilas kearah yang ditunjuk Jesse. Wajah Tiara langsung berubah jadi datar.
"Owh gitu ya? Kirain kenapa," kata Tiara dengan wajah datar.
"Sayang mana ada ih! Jesse sialan! Sayang dengerin dulu," kata Reihan memanggil-manggil nama Tiara. Tiara dengan cepat keluar dari perpustakaan itu.
"Nanti kalo mereka beneran putus gimana?" Kata Nayara sambil menatap kearah Jesse.
"Ya gapapa kan mereka yang putus," jawab Jesse lalu mendapatkan tatapan tajam dari Nayara.
"Ng maksudnya nanti aku kasih tahu Tiara deh, nanti. Udah ih jan lihatin. kaya gitu baper nih," kata Jesse sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ayo pulang," kata Nayara sambil tersenyum kearah Jesse.
"Kamu gak marah kan Nay?" Teriak Jesse.
"Ssstttt!!!!" Seluruh pengunjung perpustakaan menatap kearah Jesse yang berlari sambil berteriak.
"Kalo kamu ga cepet-cepet aku tinggal loh," kata Nayara. Dengan cepat Jesse menyusul Nayara.
"Gak biasanya Nayara senyum kaya gitu! Seharusnya gue yang dapetin senyuman Nayara!" Kata seseorang dari balik rak buku.
****
Gisel tengah sibuk menyiapkan pakaian yang akan Ia kenakan ke acara ulang tahun perusahaan ayahnya yang ke 5. Devian berniat memperkenalkan Gisel kepada rekan-rekan kerjanya.
"Bik Tini kira-kira kalau pake ini Gisel kelihatan gendut gak?" Tanya Gisel kepada Bik Tini yang sedari tadi membantu Gisel menyiapkan pakaian.
"Orang badan non aja kecil gitu yakali kelihatan gendut," kata Bik Tini.
"Yaudah Gisel pake ini. Oh ya Bik tolong siapin sandal Gisel juga ya bik," kata Gisel lalu segera menata rambutnya.
"Wow anak gadis ayah cantik banget, the best deh!" Kata Devian yang sudah lama menunggu Gisel.
"Iya lah Gisella Viyandra Geovanno gitu loh," kata Gisel sambil mengibaskan rambutnya.
"Ayok berangkat," mereka berdua pun naik kedalam mobil dengan supir yang sudah stand by di kursi pengemudi.
Gisel berdiri dengan tegap didepan semua teman-teman dan juga partner ayahnya. Gisel sangat bangga kepada ayahnya yang sudah bisa membangun perusahaan Geovanno Company dengan hasil jerih payahnya sendiri.
Setelah acara penyambutan selesai Devian mengajak Gisel untuk bertemu rekan-rekan kerjanya.
"Apakah ini putri tuan Devian?" Tanya seorang lelaki muda dengan setelan toxedo yang menawan. Sepertinya laki-laki itu bukan dari Indonesia.
"Benar sekali tuan Albert. Perkenalkan Gisella Viyandra Geovanno putri semata wayang ku," kata Devian.
"Hai perkenalkan nama saya Albert senang berkenalan dengan kamu," kata Albert. Gisel pun mengangguk dan tersenyum manis kepada Albert.
"Oh iya saya lupa perkenalkan ini pacar saya Adelia," kata Albert sambil memperkenalkan perempuan disampingnya.
"Selamat malam," kata Gisel menyapa.
Gisel terus mengikuti ayahnya berkeliling menyapa para tamu. Akhirnya Gisel memutuskan untuk keluar mencari udara segar.
"Hadeh gila Gue lama-lama ada diantara pebisnis gini," gumam Gisel pada dirinya sendiri.
"Telfon Nayara kali ya? Kali aja dia free," Gisel hendak menelfon Nayara namun tertahankan.
"Ah Gue bukan lagi orang penting bagi dia," gumam Gisel lagi.
Gisel hanya duduk disebuah taman yang tersedia di gedung itu. Gisel sesekali tersenyum setelah melihat gadis perempuan remaja dan ibunya terlihat sangat akrab. Bahkan mereka berdua memakai baju couple. Gisel jadi merasa rindu dengan mamanya.
FLASHBACK
"Gisel hey hati-hati nak," teriak wanita paruh baya kepada Gisel.
"Abisnya Gisel seneng banget mama pertama kali ngajak Gisel ke pantai," kata Gisel sambil sesekali melompat diatas pasir.
"Iya tapi jangan lari-lari nanti jat-," belum selesai mama Gisel berbicara Gisel sudah ambruk diatas pasir.
"Huwaa sakit mama," kata Gisel sambil menangis.
"Astaga tuh kan apa mama bilang? Jangan lari-lari kamu sih bandel. Yaudah gapapa jangan nangis lagi sini mama gendong," Mama Gisel pun segera menggendong Gisel dan mengobati luka Gisel.
"Kaki jangan sakit sakit ya? Kasihan Giselnya jadi nangis tuh. Kan kalo Gisel nangis Gisel jadi jelek," kata mama Gisel berusaha menghibur Gisel.
"Yaudah ayok pulang nak," mereka berdua akhirnya meninggalkan pantai itu.
Sesampainya dirumah, Gisel melihat ayahnya sedang duduk dengan wajah menyeramkan. Terlihat semua barang-barang mama Gisel sudah dikemas rapi sedemikian rupa. Gisel yang merasa takut pun akhirnya memilih untuk berlindung di belakang mamanya.
"Apa-apaan kamu mas? Ngapain barang aku kamu taruh disini?" Tanya mama Gisel bingung.
"Besok kita urus surat perceraian," kata Devian dengan wajah datar.
"Perceraian itu apa bik?" Tanya Gisel kepada bik Tini.
Bik Tini hanya menggelengkan kepalanya dan mengusap pucuk kepala Gisel sambil tersenyum.
"Maksud mas? Apa alasannya kita perlu cerai?" Tanya mama Gisel.
"Aku udah tahu semua kalau kamu lagi ngandung anak dari partner kerja aku kan?! Selama aku di swiss kamu selingkuh!" Kata Devian penuh penekanan.
"Baguslah kalau mas udah tahu, niatnya sih aku duluan yang mau ceraiin mas," kata mama Gisel lalu mengambil semua barangnya.
"Apa?! Jangan bawa harta-harta aku! Tinggalin semua benda yang aku beliin buat kamu! Kecuali baju-baju kamu!" Mata Devian.
Dengan cepat mama Gisel mengambil semua barang-barangnya lalu pergi meninggalkan rumah. Gisel yang saat itu sengaja di bawa ke taman belakang agar tak melihat kejadian buruk itu oleh bik Tini.
Tiga tahun berlalu akhirnya Devian menceritakan semuanya kepada Gisel. Dari sanalah Gisel mulai membenci mamanya.
FLASHBACK END
"Sial gara-gara perempuan itu Gue jadi iri sama orang! Balum pernah tuh Gue merasa iri kaya gini sama siapapun!" Kata Gisel pada dirinya.
"Ditinggalin mama, ditinggalin sahabat-sahabat perasaan Gue jadi orang yang selalu ditinggal deh bukan ninggalin," gumamnya lagi.
"Perasaan Lo doang kali," Reihan yang entah datang dari mana bersama Tiara duduk disebelah Gisel.
"Lo berdua ternyata. Ngapain disini?" Tanya Gisel.
"Kita mau nginep lah berdua yakan sayang?" Kata Reihan.
"Sayang?" Tanya Gisel bingung.
"Oh iya, Lo belum tahu kan? Kita udah resmi pacaran tapi masih kita rahasiain ok?" Kata Rendi.
"Nghokey!" Kata Gisel.
"Btw Lo ngapain disini? Honeymoon juga?" Tanya Tiara.
"Ngawur! Gue ikut papa Gue buat ngerayain ulang tahun perusahaan," jawab Gisel.
"Perusahaan bisa ulang tahun juga ya?" Tanya Reihan.
"Bisalah! Baru 5 tahun juga. Jadinya masih bocil perlu diajarin hahahaha," tawa Gisel pecah sedangkan Tiara dan Reihan hanya menatap Gisel.
"Kayaknya Lo sedih deh Sel," kata Tiara.
"Apaan dah? Ngadi-ngadi Lo! Ga ada Gue lagi happy nih lihat," Gisel menunjukan senyumannya. Senyum palsu Gisel agar tidak ada yang tahu jika hati Gisel saat ini sedang menangis.
"Iya deh Gisel. Kita mau balik dulu ya mau itu hehe," kata Reihan dan mendapatkan tatapan tajam dari Tiara.
"Enaknya punya pacar Gue kapan coba?" Kata Gisel saat Tiara dan Reihan sudah menjauh.
****
Nicholas mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Senyum tak luput dari wajahnya mengingat Ia baru saja memilki pacar baru.
"Astaga ga sabar banget ketemu pacar Gue," kata Nicholas sambil tersenyum.
FLASHBACK
"Nik ada yang mau Gue omongin sama Lo! Gue tunggu di rooftop," kata Raya kepada Nicholas.
Nicholas yang saat itu sedang mengerjakan latihan soal terpaksa menghentikan kegiatannya dan menyusul Raya pergi ke rooftop.
"Ada apa Ray?" Tanya Nicholas saat baru saja sampai disana.
"Gue bakal to the point. Lo cuma tinggal jawab iya atau nggak. Ngerti?" Tanya Raya. Nicholas pun menganggukan kepalanya dan fokus mendengarkan Raya.
"Jadi Gue udah nahan ini sejak lama, cuma Gue gatahu mau mulai dari mana. Jadi..,"
"Iya Gue mau," jawab Nicholas. Raya lalu membelalakkan matanya dan menatap kearah Nicholas.
"Apa iya mau? Gue kan belum selesai ngomong gimana sih!" Protes Raya.
"Gue tahu Lo mau nembak Gue kan? Gue juga udah lama suka sama Lo. Maaf," tanpa basa-basi Nicholas langsung menyerang bibir Raya.
"Nik mmmpphh!" Raya terus meronta namun pada akhirnya Raya tetap menikmati ciuman itu.
FLASHBACK END