'Harap tenang ada ujian' terpampang jelas tulisan tersebut didepan gerbang sekolah. Semua yang ada dikelas Nayara dengan tenang mengikuti ujian tepat waktu. Sementara keributan terjadi di kelas Bastian dan Gisel.
"Oalah nak nak. Kok bisa sih? Ayo cepet pel lantainya," kata seorang guru pengawas.
Ada telur pecah yang ada di kelas Gisel. Mereka semua dengan cepat bekerja sama membersihkan telur itu.
"Astaga bau nya hoek," kata Andre dan berlari keluar kelas.
"Hadeh ini siapa sih yang mecahin telur segala!" Protes Bastian.
"Kepala Gue pusing banget ya ampun," kata Indah sambil memegangi kepalanya.
Gisel dengan santai menyemprotkan parfum beraroma vanila ke seluruh tubuhnya dan disekitar tempat duduknya.
"Hmm wangi," Gisel lalu duduk dan bersiap mengikuti ujian.
Kring...Kring...Kring...
"Howek! Astaga akhirnya Gue bisa keluar juga dari kelas bau itu," kata Indah.
"Nanti kita juga balik kali ke kelas," jawab Andre.
"Kok Gue ga ngerasa bau samsek ya?" Kata Gisel menggoda temannya.
"Lu mah enak tinggal nyemprotin parfum udah deh wangi," omel Andre.
"Siapa suruh ga bawa parfum? Ada gunanya kan!" Bentak Gisel.
"Udah udah ayo ke kantin," akhirnya mereka bertiga berjalan ke kantin.
Sampai dikantin Gisel melihat Nayara dan Tiara sedang duduk berdua. Serasi tampaknya.
"Cepet banget ya Lo ganti temen," kata Gisel dalam hati.
"Sel Lo mau makan apa? Biar sekalian Gue pesenin," kata Andre.
"Samain deh kayak kalian," jawab Gisel.
Andre langsung memesan pesanannya dan kembali dengan nampan yang berisi tiga nasi goreng.
"Eh abis ini matematika kan? Gila sih gabakal konsen Gue kalo kelasnya bau gitu," kata Indah sambil menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
"Palingan udah dibersihin sama yang piket. Oh iya sekarang Bastian yang dapet giliran piket," kata Andre.
"Pingin tahu Gue gimana muka si Bastian bersihin kaya gitu haha," lanjut Indah sambil tertawa terbahak-bahak.
"Eh kalian jadi temen jahat banget sih. Bukannya bantuin malah digosipin," kata Gisel.
"Uwah seenggaknya rasa nasi goreng bisa ngilangin pusing Gue," kata Indah saat sudah selesai makan.
Tiba-tiba saja Bastian ikut bergabung sambil membawa nasi goreng miliknya. Bastian makan dengan diam, sangat terlihat wajahnya kesal saat ini.
"Nape Lu tong?" Tanya Andre sambil menatap heran kearah Bastian.
"Kesel banget Gue gila! Dijadiin babu! Lagian Lo piket malah main kabur aja kekantin," kata Bastian.
"Astaga iya Gue lupa sekarang Gue juga piket hehe," jawab Andre cengengesan.
"Definisi teman yang patut di slepet!" Kata Bastian lalu menampar pipi Andre pelan.
Kring...Kring...Kring...
"Yah sialan! Baru juga makan tiga sendok," kata Bastian saat mendengar bel masuk berbunyi.
"Bwahahaha sibuk ngebabu sih," Andre, Indah, dan Gisel meninggalkan Bastian sendiri yang tengah buru-buru menghabiskan nasi gorengnya.
Nayara diam-diam mengintip kamar Nicholas dari depan pintu. Terlihat Nicholas sedang sibuk mengecek tugas sekolahnya. Nayara lalu sengaja menjatuhkan piring untuk mengundang perhatian Nicholas.
Prang!
"Kak Niko piring Naya jatuh aduh kaki Naya ketusuk auu," kata Nayara. Namun diluar dugaan malah Nathan yang menghampiri Nayara.
"Alah gini doang lebay Lu! Mana yang luka? Mana? Ga ada tuh. Hayo pasti lagi nyari perhatian nih," kata Nathan.
Dengan sebal Nayara menutup mulut Nathan.
"Sssttt!!! Ember banget sih Lu! Ngapain juga Lu keluar!" Kata Nayara.
Suara pintu terbuka menampakan Nicholas dengan sapu yang sudah ada ditangannya. Dengan diam Nicholas menyapu pecahan pecahan piring yang tergeletak dilantai. Setelah selesai membersihkan Nicholas kembali masuk kekamarnya.
"Hahahaha di kacangin wlek," kata Nathan mengejek Nayara.
Nayara tidak menyerah. Segala cara Ia lakukan untuk membujuk kakak sulungnya itu. Mulai dari berteriak meminta tolong, bilang jika pacarnya datang, sampai pura-pura jika orang tua mereka datang.
"Kak mama sama papa dateng!!" Teriak Nayara didepan pintu kamar Nicholas.
Namun lagi-lagi Nathan yang keluar dan membuat Nayara kesal.
"Kak dicari pacarnya nih. Tunggu ya kak, kak Niko nya lagi ngambek. Iya dek gapapa," kata Nayara dengan suara yang dibuat-buat.
"Kak Niko ditungguin tuh diluar sama pacarnya," Nayara masih berusaha membujuk Nicholas.
Hingga akhirnya Nayara lelah dan memilih untuk duduk didepan pintu Nicholas. Nicholas yang menyadari jika suara adiknya menghilang memutuskan untuk mengecek keluar kamar.
Gubrak!
"Aduhh," terlihat Nayara yang jatuh kekamar Nicholas.
Ternyata Nayara duduk tepat didepan pintu Nicholas. Dengan cepat Nayara merebahkan tubuhnya diatas kasur Nicholas.
"Ga peduli kak Niko maafin Naya atau nggak. Pokoknya Naya bakal tiduran disini sampai kakak maafin Naya," kata Nayara yang sudah menutupi dirinya dengan selimut besar milik Nicholas.
Nicholas tersenyum dan duduk di ranjang. Mengelus kepala Nayara yang membuat Nayara mendongakkan kepalanya.
"Kakak maafin," satu kalimat dari Nicholas berhasil membuatnya dipeluk erat oleh Nayara.
Beberapa lama Nayara dan Nicholas berpelukan. Akhirnya Nicholas melepaskan pelukannya.
"Dan satu hal lagi, pacar kakak gatahu rumah kita," kata Nicholas.
"Kak Niko emang punya pacar?" Tanya Nayara tak percaya.
"Punya lah baru seminggu yang lalu," jawab Nicholas.
"Serius? Siapa?" Tanya Nayara semangat.
"Ada deh," kata Nicholas membuat Nayara murung.
"Hadeh ademnya lihat kakak beradik setelah seminggu baikan. Yang satu sibuk jual mahal yang satu sibuk jual murah," Nathan lalu ikut bergabung dengan Nicholas dan Nayara.
"Siapa kak kasih tahu," Nayara masih penasaran dengan pacar baru Nicholas.
"Rahasia," namun Nicholas masih saja belum memberitahukan Nayara.
"Apaan sih rahasia-rahasiaan?" Tanya Nathan.
"Kepo Lo!" Serempak Nayara dan Nicholas menjawab Nathan.
"Awas Lo ya kalo berantem berdua jangan nyari-nyari Gue lagi! Gue biarin dah biar selama lama lama lamanya kalian kagak baikan! Dah lah Gue mau ngapelin cewek Gue dulu!" Kata Nathan lalu berdiri.
"Lu jadian sama Freya ya? Jangan dirusak dia anak baik," perkataan Nicholas hanya dibiarkan oleh Nathan.
Setelah masuk ke mobilnya Nathan baru sadar akan perkataan Nicholas.
"Jangan dirusak dia anak baik," kata-kata Nicholas masih terngiang-ngiang di telinga Nathan.
"Cih! Udah Gue rusak!"
Nathan lalu berkendara kearah apartemen Freya. Nathan langsung masuk kedalam apartemen milik Freya karena sudah tahu password apartemennya.
"Sayang masak apa? Gausah masak deh aku bawain sesuatu nih," kata Nathan lalu duduk dimeja makan.
"Gatahu deh aku lagi pingin bihun kaya gini," jawab Freya sambil fokus memasukkan semua bahan kedalam panci.
Akhirnya bihun buatan Freya sudah jadi. Mereka berdua makan dan sesekali mengobrol.
"Huwek! Huwek!" Freya segera berlari kearah wastafel.
Nathan ikut mengejar Freya dan membantu Freya untuk duduk disofa.
"Kamu gapapa?" Tanya Nathan sambil mengelus-elus kepala Freya.
"Gatahu dari pagi muntah-muntah kayanya masuk angin," jawab Freya.
"Udah minum obat? Aku beli obat tunggu dulu ya," Tangan Nathan dicegah oleh Freya.
Freya lalu memeluk Nathan erat. Nathan hanya membiarkan Freya tertidur dipelukannya sambil sesekali mengecup kening pacarnya.
Freya bangun dengan tubuh yang sudah berada diatas kasur kamarnya. Freya mengecek sekeliling untuk melihat Nathan. Namun Nathan yang dicari-carinya sepertinya sudah pulang. Freya memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan menuju dapur.
"Sayang udah bangun? Sini duduk," kata Nathan sambil mengambilkan segelas air untuk Freya.
"Kirain kamu udah pulang aku cari-cari dikamar tadi," kata Freya.
"Gabakal lah aku pergi tanpa bilang, palingan aku pasti ngechat atau gak bikin note," kata Nathan.
Freya tadi lupa mengecek ponsel dan meja belajarnya.
"Gimana, udah enakan?" Tanya Nathan dan Freya menganggukan kepalanya.
"Pertama kali aku lihat kamu sakit aku jadi ikut sakit," kata Nathan.
"Kamu mau aku peluk kaya kamu meluk aku gak? Aku buka baju nih sekarang," kata Nathan membuat Freya membelalakkan matanya.
"Jangan jangan! Nanti Raya sama Nicholas mau main kesini katanya. Nanti dilihat dikira kita nggak-nggak lagi," kata Freya.
"Loh kita kan udah pernah iya iya banyak kali sayang," goda Nathan.
"Ish apaan sih!" Kata Freya menahan malunya.
Tak berselang lama tamu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Nicholas dan Raya membawa banyak cemilan dan makan malam untuk mereka.
"Katanya Lo sakit Fey?" Tanya Nicholas lalu duduk disebelah Nathan.
"Udah gapapa kok," jawab Freya.
"Berani juga ya Lo Nath masuk-masuk apartemen Freya," kata Raya mengejek.
"Emang Niko ga berani? Cemen amat sih Lu!" Kata Nathan kepada Nicholas.
"Gue kan ga bejad kaya Lo!" Bantah Nicholas.
"Astaga baunya nyengat banget!" Kata Freya saat membuka sekotak pizza.
"Kenapa Lo? Biasanya juga kalo ada pizza paling pertama nyomot," kata Raya merasa heran dengan tingkah Freya.
"Gatahu akhir-akhir ini Gue benci banget sama daging," kata Freya.
Raya tampaknya berpikir sejenak dan menatap Freya.
"Jaga kesehatan Fey, Lo mau pergi ke Jerman kan buat belajar?" Kata Raya.
Nathan menatap Freya meminta penjelasan.
"Ray harusnya Lo jangan ngomong kayak gitu lah," kata Freya.
"Kenapa ga boleh? Mau nyembunyiin dari aku?" Tanya Nathan dengan wajah datarnya.
"Nggak sayang. Iya kalau aku jadi pergi kalau nggak? Kan jatuhnya omongan doang, ga ada niatan aku nyembunyiin apa-apa dari kamu," kata Freya.
"Ish ini ngapain lagi Gue jadi penonton pasangan tengkar. Bener kali kata Freya kalau dia nyembunyiin dari Lo. Nanti dia jatuhnya malu kalau batal pergi," kata Nicholas.
"Aku ga marah cuma syok doang," kata Nathan.
Freya lalu mengacungkan jempol kearah Nicholas. Nicholas membalas dengan dua jempol juga kepada Freya.