Sebulan kemudian...
"Nayara masih koma?" Tanya Wulan kepada Jesse. Wulan dan Jesse adalah teman sekelas.
"Masih," kata Jesse sambil tersenyum kecut.
Selama sebulan ini teman-teman Nayara secara bergantian menjenguk Nayara. Sementara Jesse dan William datang hampir setiap hari untuk menemani Nayara diwaktu yang berbeda. Jesse akan menemani Nayara dari pulang sekolah hingga malam hari. Dan dimalam hari William akan menemui Nayara agar tidak bertemu dengan Jesse.
Kring...Kring...Kring...
"Gue duluan ya," kata Jesse lalu keluar dari kelasnya.
"Jesse!" Panggil Tiara lalu Ia mendekat kearah Jesse dan diikuti Reihan.
"Kenapa? Gue buru-buru nih," kata Jesse.
"Lo mau kerumah sakit?" Tanya Reihan.
"Kemana lagi selain kesana?" Jawab Jesse.
"Masalahnya minggu depan ada pertandingan voly dan Lo dipilih sebagai pemain utama," jelas Reihan.
"Jadi?" Tanya Jesse yang belum peka.
"Ck! Latihan! Biar Gue yang gantiin Lo hari ini. Sekarang giliran Gisel sama Bastian kan? Apalagi pasti nanti ada William," kata Tiara.
"Tap-,"
"Udah banyak kok yang jagain Nayara, Lo latihan aja jangan bikin susah pacar Gue Lo! Awas aja ya," ancam Tiara.
"Tiara ayo berangkat," kata Bastian dari dalam mobilnya.
"Aku berangkat ya sayang duluan," kata Tiara lalu naik ke mobil Bastian.
"Ga bisa Gue Rei suruh yang lain gantiin Gue," kata Jesse hendak pergi namun lengannya ditahan Reihan.
"Jesse Gue tahu Lo khawatir sama Nayara tapi ga usah segitunya maksudnya tim kita butuh Lo. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan Jesse!" Jelas Reihan.
"Walaupun Lo nungguin Nayara dua puluh empat jam sehari kalau gak mesti bangun ya Nayara ga akan bangun. Gini deh Lo main Voli dan setelah latihan Gue yang bakal nemenin Lo nemenin Nayara gimana? Ya biarpun Lo ga perlu, kali aja Lu takut malem-malem gitu," kata Reihan.
Jesse tampaknya berfikir sejenak. Ia mencerna dengan sangat hati-hati setiap kalimat yang Reihan lontarkan. Jesse pun menyetujui tawaran Reihan dan memutuskan untuk ikut latihan Voli.
"Katanya bulan depan kalian ikut program pertukaran pelajar ya?" Tanya Tiara kepada Gisel dan Bastian.
"Belum bisa dibilang iya sih tapi masih calon," jawab Bastian.
"Kalo misalnya kalian dipilih kalian pergi? Denger-denger studinya ke Jerman ya?" Tanya Tiara lagi.
"Apa Gue gausah pergi aja kali ya? Gue pingin nemenin Nayara," kata Gisel.
"Gila Lo! Susah loh dapetnya," teriak Tiara.
"Gisel ngaco Lo! Lagian Nayara pasti kecewa lah secara Lo pergi gantiin Nayara," kata Bastian.
Gisel dipilih mengikuti pertukaran pelajar karena Nayara tidak bisa ikut programnya. Sementara Bastian dipilih untuk menggantikan William dengan alasan William lebih suka belajar di Indonesia. Padahal alasan sesungguhnya adalah untuk menemani Nayara.
"Tapi nanti kalo Nayara bangun terus dia salah paham ngira Gue bener-bener gamau temenan lagi sama dia gimana dong?" Tanya Gisel yang hampir menangis.
"Dari pada Nayara lebih kecewa sama Lo karena Lo gak ikut program itu hayo?" Tanya Bastian.
"Nanti Gue pikirin lagi deh huh," kata Gisel sambil menghela napas gusar.
"Santai kali Sel, Nayara masih sayang sama Lo," kata Tiara.
"Dari mana Lo tahu?" Tanya Gisel.
"Kelihatan kali setiap dia ngelihat Lo main sama Indah sama Andre dia kelihatan cemburu gitu. Sampe Gue kira Nayara ga normal haha," kata Tiara sambil tertawa kecil.
"Lagian Lo sih main marah-marah mulu sebelum dengerin penjelasan orang," sindir Bastian.
"Kan emosi lagian Lo sama William aneh-aneh," kata Gisel.
"William gercep banget gila," kata Tiara saat menemukan mobil William terparkir tepat disebelah mobil milik Bastian.
"Ayo masuk," mereka lalu masuk kedalam rumah sakit dan berjalan menuju ruangan Nayara.
Ruangan Nayara berada dilantai paling atas rumah sakit itu. Nayara berada di kamar VIP agar tidak terganggu oleh lalu lalang pasien lain. Terlihat William yang setia menggenggam tangan Nayara sambil sesekali mengelusnya. Begitu pintu terbuka William refleks menjauhkan tubuhnya dari Nayara.
"Jesse ga kesini dia latihan Voli," kata Tiara.
"Oh," jawab William singkat.
"Kasihan banget asli nasib Lo Will," ejek Bastian namun tak dihiraukan oleh William. Ia lebih memilih untuk menggenggam kembali tangan Nayara karena ini satu-satunya kesempatan yang Ia punya sebelum Jesse datang dan mengambil alih segalanya.
"Will sini makan aku bawa bakso," kata Gisel.
"Masih pake aku kamuan?" Tanya Tiara heran.
"Gimanapun kita temen masa kecil yakan?" Kata Gisel kearah William dan William meresponnya dengan senyuman hangat.
"Kebetulan aku lagi laper makasih ya," kata William sambil duduk dilantai lalu membuka plastik dan menuangkannya ke dalam mangkok.
"Rame nih," kata Nathan bersama Freya yang datang dengan banyak sekali camilan.
"Halo kak," sapa semuanya. Sontak Bastian dan William yang sedang makan juga menaruh sendoknya lalu berdiri menyapa Nathan.
"Kak Nicholas mana kak?" Tanya William yang tak melihat Nicholas.
"Lagi kuliah sama Raya baru abis baikan," jawab Nathan.
"Selama itu?" Tanya Bastian kaget.
"Gengsian sih jadi pasangan. Lama deh jadinya kelar masalahnya," jawab Freya lalu duduk disofa disebelah Gisel.
"Katanya Lo berdua ikut program pertukaran pelajar ya? Kemana?" Tanya Nathan kepada Gisel dan Bastian.
"Ke Jerman minggu depan," jawab Bastian.
Senyum Freya perlahan memudar saat mendengar perkataan Bastian. Nathan pun menatap kearah Freya dengan rasa bersalah.
"Kak Freya sakit?" Tanya William.
"Nggak kok cuma overthinking doang," jawab Freya dengan senyum yang dipaksakan.
"Denger-denger kak Freya pingin studi ke Jerman ya? Aku denger waktu kakak pidato bulan lalu," kata Tiara.
"Iya tapi sekarang udah ga bisa," kata Freya sambil tersenyum paksa.
"Gapapa kalo gabisa ke Jerman di Indonesia masih banyak kok universitas yang bagus-bagus," diluar dugaan perkataan Bastian berhasil membuat hati Freya merasa hangat.
"Bener kamu haha," kata Freya sambil tersenyum manis. Nathan yang melihat Freya pun ikut tersenyum setelah melihat Freya.
"Kita pamit kak," kata Gisel, Bastian dan Tiara.
"Hati-hati ya," jawab Freya sambil melambaikan tangannya.
"Lo ga pulang Will?" Tanya Nathan kepada William yang berdiri disamping brankar Nayara.
"Nanti deh kak," jawab William.
"Selama sebulan ini sumpah Gue risih banget sama bau badan Lo. Sebelum kesini mandi dulu kek," kata Nathan.
"Yaudah Gue pulang dulu mandi abis itu nanti kesini," kata William lalu mengambil jaketnya dan keluar dari ruangan Nayara.
"Padahal niat Gue cuma biar dia pulang istirahat," gumam Nathan.
"Kayaknya William suka sama Nayara deh sayang," kata Freya.
"Bukan kayaknya tapi memang," jawab Nathan lalu merebahkan kepalanya di paha Freya.
"Tahu dari mana?" Tanya Freya.
"Dari dulu kali cuma si Naya aja yang malah milih si Jesse," jawab Nathan.
"Maksudnya?" Tanya Freya bingung.
"Waktu pertama kali ketemu juga udah tahu. Dari cara William ngelihatin Naya kayak lagi ngelihatin artis. Terus setiap Jesse deket sama Nayara juga mukanya kaya mau perang," kata Nathan.
"Kamu ga ada tanda-tanda mau lahiran gitu sayang?" Tanya Nathan sambil mengecup perut Freya.
"Mau lahiran? Bayinya baru sebulan setengah sayang mana mungkin," kata Freya sambil terkikik.
"Kali aja udah mau gitu. Ada ngidam apa kamu? Aku bikinin atau mau beli apa gitu?" Tanya Nathan.
"Akhir-akhir ini lebih suka sama roti terus bawaannya ngantuk mulu. Itu pertanda ngidam atau memang akunya mageran?" Tanya Freya.
"Kamu jangan mau yang aneh-aneh ya sayang. Kasihan mama nanti ngidamnya berat," kata Nathan.
"Iya papa tenang aja," jawab Freya.
"Kita kasih nama siapa nanti anak kita sayang?" Tanya Nathan.
"Pikirin nanti aja kan gaseru jauh-jauh hari nyiapin nama kayak gini," jawab Freya.
Prank!
Terdengar suara sebuah benda terjatuh dari arah pintu.
"Mama," gumam Nathan lalu segera bangkit dari tidurnya.
"Ma Nathan mau bilang sesuatu sama mama," kata Nathan.
Namun Sherina hanya menghiraukan Nathan dan memilih mendekat kearah Nayara. Nathan lalu menatap Nicholas yang masih berdiri di ambang pintu.
"Ma Nathan mau ngomong sama mama," kata Nathan berusaha mendekat kearah mamanya.
"Jangan deketin saya!" Kata Sherina dengan nada dingin.
Nicholas lalu membawa Nathan ke luar dari ruangan Nayara bersama Freya. Nicholas memutuskan untuk mengajak Nathan berbicara diluar sementara.
"Mama denger semuanya Nik?" Tanya Nathan.
"Mama kayaknya kecewa deh sama Lo. Sebisa mungkin nanti Lo omongin dirumah setelah mama tenang," kata Nicholas lalu menepuk pundak Nathan dan masuk keruangan Nayara.
"Sayang gapapa," kata Freya lalu memeluk Nathan.
"Kita pulang aja yuk? Udah malem dingin," kata Freya lalu Nathan mengangguki ajakan Freya.
Selama perjalanan Nathan dan Freya sama-sama diam. Sama-sama memikirkan bagaimana kedepannya masa depan mereka. Sudah pasti orang tua kedua belah pihak sangat kecewa karena perbuatan kekanakan keduanya. Namun Nathan dan Freya harus berani bertanggung jawab untuk semua itu.