"Udah rapi belum barang-barangnya?" Tanya Devian kepada Gisel.
Besok Ia akan berangkat ke jerman untuk mengikuti program pertukaran pelajar bersama Bastian.
"Udah yah, besok tinggal berangkat," jawab Gisel.
"Non Gisel nanti di Jerman baik-baik yah? Jaga diri," kata bik Tini sambil membantu mengemas koper Gisel.
"Tenang aja bik Gisel bisa jaga diri, lagian banyak juga temen-temen Gisel yang ikut kali ini," kata Gisel.
"Kamu ga pamitan sama Nayara dulu? Ayah anterin," tanya Devian.
"Gausah yah Gisel bareng William aja sekalian katanya. Nah tuh dia orangnya Gisel jalan ya yah," kata Gisel lalu salin kepada ayahnya dan turun untuk menemui William.
"Gimana persiapan untuk enam bulan di Jerman?" Tanya William.
"Aman nanti kalo ada perlu apa-apa tinggal bilang ke anak buah ayah yang kerja di cabang Jerman," jawab Gisel.
"Seneng gak Lo bisa belajar keluar negeri?" Tanya William.
"Setengah-setengah. Seneng ya pasti cuma sedihnya Gue harus ninggalin Nayara di masa kritisnya," jelas Gisel.
"Selama enam bulan ini Gue yakin Nayara pasti udah bangun buat nyambut kedatangan Lo sama Bastian," kata William.
"Semoga aja," kata Gisel.
Akhirnya mereka berdua sampai dirumah sakit. Tadi dalam perjalanan menuju rumah sakit mereka mampir ke toko bunga untuk membeli sebuah bucket bunga untuk Nayara. Gisel berniat membelikan Nayara bunga favorit Gisel yaitu mawar. Dengan maksud agar Gisel selalu berada disisi Nayara.
"Jesse Gue boleh ngomong berdua doang sama Nayara gak?" Tanya Gisel kepada Jesse.
Jesse lalu keluar dari ruangan Nayara dan digantikan Gisel.
"Belum pulang juga Lo," kata William saat melihat Jesse keluar.
"Nayara itu rumah Gue," kata Jesse.
"Cih," William berdecih saat mendengar perkataan Jesse.
"Nay lihat Gue bawa bawa bunga mawar bunga favorit Gue hehe. Jangan salah paham ini bukan buat Lo. Gue beli ini supaya Lo selalu merasa kalo Gue ada disisi Lo dan nemenin Lo. Mungkin Bastian ga bisa pamit sama Lo hari ini karena mungkin dia lagi ketiduran kebiasaan emang haha," kata Gisel sambil tertawa kecil lalu meletakkan bucket bunga itu disebelah Nayara.
"Nay, Gue pamit ke Jerman ya buat belajar. Lo jaga diri baik-baik jangan nyusahin loh," kata Gisel sambil duduk dan memegang tangan Nayara.
"Gue gak lama kok perginya cuma enam bulan doang. Lo pingin oleh-oleh apa? Biar Gue beliin. Tapi sebelum itu Lo harus sadar ok?" Kata Gisel mencoba mengajak Nayara berbicara.
Gisel kaget karena merasakan pergerakan dari tangan Nayara. Gisel lalu cepat-cepat memanggil suster dan William. Gisel dan William memasang wajah khawatir. Sementara Jesse dengan tenang menunggu infomasi dari suster.
"Gimana sus keadaan Nayara?" Tanya Jesse.
"Pasien mungkin hanya bereaksi pada suara tertentu saja. Sebagai contoh suara kamu tadi mungkin bisa membantu pasien untuk sadar," kata suster lalu keluar dari ruangan Nayara.
"Nayara kenapa?" Tanya Nicholas yang baru saja dateng bersama Raya.
"Kenapa ada suster yang keluar dari ruangan Nayara?" Tanya Raya.
"Tadi Gisel ngerasa kalo Nayara gerakin jarinya. Setelah diperiksa katanya Nayara bereaksi sama suara-suara tertentu kaya Gue contohnya," kata Gisel.
"Jadi maksud Lo Nayara kemungkinan sadar kalo dia denger suara Lo?" Tanya Nicholas.
"Mungkin," jawab Gisel.
Nicholas lalu mendekat kearah adiknya dan mengelus lembut rambut Nayara.
"Naya Gisel ada disini loh ayo bangun jangan tidur terus," kata Nicholas.
"Hai Nayara kenalin aku calon kakak ipar kamu Raya. Sebelumnya maaf kakak udah salah nuduh kamu sebagai jalang," kata Raya yang berdiri disebelah Nicholas.
"Kakak cuma gasuka aja Niko deket-deket sama fans-fans nya. Tapi sekarang kakak harap kita bisa deket ya," kata Raya.
"Nay Gue kangen Lo," gumam William.
Kali ini mata Nayara sedikit berkedip sesaat setelah William bergumam. Gisel lalu menarik tangan William mendekat ke arah Nayara.
"Coba ngomong lagi," kata Gisel.
"Ngomong apaan?" Tanya William pura-pura tidak tahu.
"Tadi kamu ngomong sesuatu ayo cepet bilang lagi!" Perintah Gisel.
"Will coba aja siapa tahu Nayara bereaksi lagi," bujuk Raya.
William lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Nayara dan membisikan sesuatu. Dan benar saja Nayara bereaksi terhadap suara William. Melihat hal itu Jesse lalu mendorong tubuh William dan mendekat kearah Nayara.
"Sayang," kata Jesse ditelinga Nayara. Namun Nayara tak memperlihatkan reaksi apapun.
"Berarti Nayara cuma bereaksi sama suara William dan Gisel kan? Berarti Lo berdua harus selalu ada disisi Nayara," kata Nicholas.
Ia merasa senang karena ada sedikit harapan untuk membantu Nayara sadar.
"Maaf kak tapi Gue besok bakal berangkat ke Jerman dan bakal tinggal disana selama enam bulan," kata Gisel sambil menunduk.
"Gausah pergi batalin sekarang juga," perintah Nicholas.
"Gabisa kak Gisel ikut program pertukaran pelajar," jelas William.
Nicholas tidak bisa mencegah Gisel karena ini menyangkut tentang masa depan Gisel. Nicholas terlihat kecewa dan menatap kearah Nayara.
"Tapi Gue bakal selalu ada disisi Nayara," kata William.
"Thanks Will," kata Nicholas lalu memeluk William.
Jesse pun diam-diam keluar dari ruangan Nayara untuk mencari udara segar. Jesse memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar.
"Kenapa suara Gue ga kerja?" Tanya Jesse dalam hati.
"Padahal Gue yang udah nemenin Nayara dari awal," katanya lagi.
"Huh gapapa demi Nayara Gue harus ikhlas! Toh juga Nayara udah jadi pacar Gue ngapain takut sama William yang cintanya bertepuk sebelah tangan?" Kata Jesse berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Kruyukk~~
Terdengar suara yang berasal dari perut Jesse. Ia lupa jika seharian ini Ia tidak makan sama sekali. Jesse lalu pergi ke kantin rumah sakit dan memesan semangkuk mie ayam serta sepiring nasi. Jesse makan dengan sangat lahap tanpa mempedulikan sekitarnya. Hingga satu tepukan mendarat dibahu kiri Jesse mambuat laki-laki tersedak.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Jesse lalu meminum es tehnya dengan sangat cepat.
Ia lalu menolehkan kepalanya dan terlihat lah wajah yang tak asing bagi Jesse. Yups! Reihan yang entah dari mana datangnya dan sudah duduk disebelah Jesse.
"Makan ga ngajak-ngajak Lo!" Kata Reihan.
"Yakali Gue telpon Lo terus ngajak makan dirumah sakit ga asik banget," kata Jesse lalu melanjutkan kegiatan makannya.
"Iya sih Lo kok disini? Nayara gimana?" Tanya Reihan.
"Ada William, Gisel, Nicholas sama Raya aman tenang aja," jawab Jesse.
"Ada peningkatan gak dari Nayara?" Tanya Reihan. Jujur Reihan sangat penasaran dengan keadaan Nayara.
"Tadi dia nunjukin reaksi pas Gisel sama Gue ngomong. Ya ada peningkatan sedikit lah. Kata suster juga kemungkinan setiap Nayara denger suara kita dia bisa sadar," jelas Jesse.
"Yaudah Lo harus ngajak Nayara ngomong tanpa berhenti. Kali aja dia ngerespon Lo lagi,," kata Reihan semangat.
"Lo kira mulut Gue talking Tom apa? Setiap detik ngomel mulu," canda Jesse.
"Kan bilang doang kali aja bisa. Eh Gue mau balik duluan ya udah malem," kata Reihan.
"Dih kayak anak perawan Lu!" Ejek Jesse.
"Gue kesini nganterin sepupu Gue DB," kata Reihan sebelum benar-benar pergi.
****
Gisel dan Bastian sudah ada diatas pesawat. Mereka akan berangkat menuju Jerman hari ini.
"Temen-temen ga ada yang bisa dateng soalnya hari ini ada ujian tryout," kata Gisel kepada Bastian.
"Ya Gue udah dikasih tahu Andre tadi. Btw Gue belum sempet pamitan sama Nayara gara-gara kemarin ketiduran," kata Bastian.
"Dasar kebo! Paksain kek tahan ngantuk Lo. Btw kemarin Nayara nunjukin reaksi sama suara Gue," kata Gisel.
"Maksudnya?" Tanya Bastian bingung.
"Jadi Gue kemarin pamitan sama Nayara terus tangannya gerak. Kata suster kemungkinan Nayara bisa sadar kalo dia terus ngasih reaksi ke suara Gue oh ya ke suara William juga sedikit," jelas Gisel.
"Ke suara Gue kerja gak sih? Penasaran jadinya ntar deh Gue VC," kata Bastian.
"Ya gatahu. Apa Gue balik aja kali ya biar Nayara bisa sadar cepet?" Tanya Gisel kepada Bastian.
"Gila Lo! Lo mau lompat?" Teriak Bastian.
"Ngomong doang gausah pake teriak-teriak juga!" Omel Gisel.
Setelah beberapa jam di pesawat, akhirnya Gisel dan Bastian sudah sampai di Jerman dan langsung menuju asrama yang sudah disediakan.
"Nanti kalo ada apa-apa langsung kabarin ya," kata Bastian.
"Kalo kangen naik aja kekamar Gue, Soalnya lantai Gue campuran siswa siswi," jelas Bastian.
"Ih mesum Lo!" Ejek Gisel.
"Apaan mesum? Sengaja gila! Kalo Gue milih yang untuk cowok doang Lo ga bisa main ke kamar Gue," teriak Bastian.
"Emang kenapa kalo Gue main? Mikir yang nggak-nggak ya Lu! Uuuu udah ah Gue mau masuk kamar bye-bye," kata Gisel lalu masuk kekamarnya.
"Dih tahu aja maemunah," kata Bastian lalu segera menuju keruangannya.
"Wah lumayan luas ya untuk ditinggalin sendiri," kata Bastian setelah masuk kedalam kamarnya.
"Enak nih kalo sekamar sama orang lain," tepat setelah Bastian bergumam pintu kamarnya terbuka dan menampakan seorang laki-laki tinggi dengan tas dan kopernya.
"Hai Gue Andrew kayanya kita roomate deh," kata laki-laki yang mengaku sebagai Andrew itu.
"Ohh kenalin Gue Bastian," kata Bastian ramah.