"Lo dari sekolah mana?" Tanya Andrew sambil memasukan bajunya ke dalam lemari.
"Dari SMA Semesta kalau Lo?" Tanya Bastian balik.
"Dari SMA Galaxy," jawab Andrew.
Suasana didalam ruangan itu sedikit canggung mungkin karena mereka baru bertemu dan belum bisa akrab.
"Mau gabung dinner gak bareng temen Gue?" Tanya Andrew.
"Boleh deh bentar Gue ngambil topi dulu," kata Bastian lalu keluar dari kamarnya bersama dengan Andrew.
Sesampainya mereka di restoran asrama mereka Andrew langsung menghampiri temannya.
"Woy sini," panggil Andrew.
"Owh oke," kata Bastian lalu menghampiri Andrew.
"Siapa Lo nih? Sepupukah?" Tanya teman Andrew.
"Roomate Gue Bastian dari SMA Semesta," jawab Andrew.
"SMA Semesta yang hits itu kan? Serius? Wah SMA impian Gue itu," katanya heboh.
"Kenapa malah berakhir di SMA Galaxy?" Tanya Andrew.
"Otak Gue ga mampu bro," katanya sambil terkekeh.
"Oh ya kenalin Gue christiano Ronaldo. Saudara kembar Ronaldo yang hilang," katanya.
"Gue Bastian," jawab Bastian sambil membalas uluran tangan Chris.
"Saudara kembar Ronaldo kok mukanya butek gini sih?" Kata seorang perempuan dan ikut bergabung dengan mereka.
"Dih dateng-dateng malah ngatain! Kualat Lo ntar!" Kata Chris tak terima.
"Hai baby," kata Andrew dan langsung mencium pipi perempuan itu.
"Chris Lo di cariin sama Karin tuh dia ada dikamar Gue," kata perempuan itu.
"Padahal baru aja mau mesen. Yaudah Gue tinggal dulu ya," kata Chris lalu meninggalkan mereka bertiga.
"Siapa ini babe? Temen baru kamu?" Tanya perempuan itu.
"Bas kenalin Dita pacar Gue. Dan baby ini Bastian roomate aku dari SMA Semesta," jelas Andrew.
"Oh my god?! SMA Semesta?!" Teriak Dita histeris.
"Hai salken," kata Bastian.
"Gila banget aku bisa ketemu salah satu murid SMA Semesta oh my god!!!" Teriaknya lagi.
"Heboh banget kaya abis ketemu artis aja Lu," kata Bastian salting.
"Nggak masalahnya roomate Gue juga dari SMA Semesta kalo gak salah namanya Gisel," kata Dita.
"Gisel? Oh dia sahabat Gue kita kesini berdua," jawab Bastian.
"Wah wah jodoh sih nih pasti! Lo ada naksir dia gak?" Tanya Dita.
"Sebenernya udah lama Gue suka dia tapi kayaknya dia cuma nganggep Gue sahabat dia doang," kata Bastian sambil menunduk.
"Kejebak friendzone?" Tanya Andrew.
"Yups! Dan Gisel lagi dalam tahap melupakan seseorang," sambung Bastian.
"Gue sama Andrew juga dulu sahabatan pernah kejebak friendzone selama lebih dari 3 tahun abis itu ya jadian gatahu gimana ceritanya kita bisa jadian," jelas Dita.
"Wah hebat sih Lo. Kasih tips dong," goda Bastian.
"Tips nya ya sabar," jawab Dita.
"Sabar mulu Gue dari kecil," kata Bastian julid.
"Lo suka sama Gisel dari kecil? Seriusan Lo? Gue yakin seratus persen kalo nanti semua penantian Lo bakalan terbayar buktiin," kata Dita.
Dita dan Bastian mengobrol seperti teman lama yang baru saja kembali bertemu. Sampai-sampai Andrew tidak dirasakan kehadirannya.
"Terus aja cuekin aku," celetuk Andrew.
"Ih baby sabar dulu aku lagi ngasih tips ke Bastian biar bisa jadian. Nanti Gue bantu Lo deh tenang aja. Baby ayo kita kumpul dikamar aku bareng yang lain," kata Dita.
"Duluan ya bro jangan dikunci nanti pintunya," kata Andrew.
"Kalo ada yang masuk kamar diem-diem terus perkosa Gue gimana?" Canda Bastian.
"Ga ada yang mau sama modelan kaya Lo Bas aman kok," kata Dita lalu pergi menggandeng Andrew.
"Tertampar kenyataan," gumam Bastian.
Keesokan harinya...
Andrew dan Bastian tengah berjalan di lapangan basket sekolah mereka. Sekarang saatnya jam istirahat dan tadi Andrew dan Bastian sudah memakan banyak sekali Sarapan sehingga dikelas tadi mata keduanya terasa berat. Jadi untuk menghilangkan ngantuk mereka memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar.
"Udah berapa lama Lo sama Dita?" Tanya Bastian sambil menatap ke arah depan.
"Baru 2 bulan," jawab Andrew.
"Muda juga ya," kata Bastian.
"Gue hampir aja nyerah ngejar Dita eh Guenya ditembak duluan dong gara-gara Dita pingin balas dendam sama mantannya. Awalnya dia minta Gue buat jadi pacar pura-pura selama seminggu eh keterusan sampe sekarang," jelas Andrew.
"Anjay kek drakor romantis beut," goda Bastian.
"Btw di sekolah Lo ada yang namanya Rani gak?" Tanya Andrew.
"Rani? Gue kenal satu orang namanya Rani dan dia ikut program ini," jawab Bastian.
"Dikelas mana?"
"Itu yang duduk paling belakang. Yang pake cardigan cokelat," jawab Bastian.
"Oh dia Rani?" Tanya Andrew.
"Bukan dia Inar iya lah Rani terus siapa dong yang Gue jelasin," kata Bastian kesal.
Keduanya mulai dekat setelah kemarin sebelum tidur keduanya bermain catur bersama. Ternyata Bastian juga memiliki hobi bermain catur yang biasa Ia mainkan bersama dengan temannya di club.
"Kalo boleh tahu Lo deket gak sama dia?" Tanya Andrew.
"Gak! Gue beda kelas sama dia," jawab Bastian.
"Ada temen Lo yang sekelas sama dia gak? Mau minta tolong sesuatu soalnya Gue," kata Andrew.
"Ada kok," jawab Bastian.
"Mana? Kasih tahu Gue siapa orangnya biar Gue ngomong langsung," kata Andrew semangat.
"Percuma dia gabakal jawab," kata Bastian sambil tersenyum.
"Udah mati?" Tanya Andrew polos.
Plak!
Bastian memukul belakang kepala Andrew karena kesal.
"Aduh sakit! Ngapain sih Lo!" Teriak Andrew kesal.
"Bukan mati tapi dia lagi di Indonesia dan lagi koma!" Teriak Bastian.
"Astaga maaf kirain. Ambigu sih omongan Lo!" Teriak Andrew tak mau kalah.
"Ambigu dari mananya? Bener kan orang koma ga bisa ngomong!" Teriakan Bastian semakin keras.
"Woy jangan teriak-teriak! Lihatin noh semua pada merhatiin kalian. Inget ini bukan Indonesia tapi Jerman! J-E-R-M-A-N," kata Chris yang entah datang dari mana.
"Btw Lu ngomongin apasih? Seru banget kayaknya," sambungnya.
"Lo inget Rani kan? Dia temen sekolahnya," kata Andrew.
"Lo temen sekolah Rani? Serius? Wah makin deket kita Drew," kata Chris.
"Ada apaan nih makin deket makin deket? Kalian mau pdkt?" Tanya Bastian.
"Ada pokoknya Lo ga bakal ngerti berat soalnya biar Gue aja," kata Chris sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ye mileah!" Kata Bastian.
"Yah udah masuk ayo buruan jangan bolos," ajak Andrew.
Mereka bertiga pun akhirnya kembali ke kelas mereka setelah melewati beberapa perdebatan.
****
"Maksud kamu?!" Teriak Rivanno ke arah Nathan.
"Nathan mau nikah pa," jawab Nathan.
Sesuai perjanjian Nathan dan Freya datang untuk menemui orang tua Nathan dan meminta restu. Kemarin Nathan sudah berbicara dengan ibunya dan Nathan disuruh menjelaskan semuanya pada papanya.
"Pacar kamu hamil?" Tanya Rivanno.
"Iya Om. Tapi ini kesalahan kita berdua Om saya juga mau," kata Freya.
"Kamu sebagai laki-laki harusnya jaga wanita kamu! Kamu ga mikirin masa depan dia ha? Udah hamil gini gimana caranya nikmatin masa muda? Kalian kira jadi orang tua muda gampang?" Teriakan Rivanno memenuhi seluruh rumah.
Rivanno hanya tidak ingin jika Nathan dan Freya malah menjadi tua sebelum waktunya seperti dirinya dan Sherina. Rivanno sangat kesusahan ketika pertama kali menjadi ayah. Diumurnya yang masih muda seharusnya Rivanno mengejar impian dan Rivanno juga merasa iri kepada teman-temannya yang sibuk kuliah sementara dirinya masih menjadi pekerja serabutan.
"Nathan bisa kok pa. Papa aja bisa kenapa Nathan nggak?" Tanya Nathan.
"Nathan! Jangan kaya gitu ngomong ke papa!" Peringat Nicholas yang berada di sebelah Nathan.
"Nak kalo kamu mau gugurin bayi ini Om ga bakal marah dari pada nanti bayinya menderita dan kamu juga masih muda. Pikirin lagi," kata Rivanno ke arah Freya.
"Ga bisa Om saya sudah memikirkan ini dengan matang dan saya ingin menikahi Nathan," kata Freya dengan percaya diri.
"Masa depan kamu? Orang tua kamu? Gimana? Udah mikirin sampai sana?" Tanya Rivanno berusaha meyakinkan Freya lagi.
"Saya udah mikirin semua itu dengan matang dan saya bakal nanggung resiko yang terjadi setelahnya. Tolong izinkan Nathan dan saya menikah Om," kata Freya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Saya tidak bisa memutuskan sendiri. Minggu depan saya akan kerumah kamu untuk membahas masalah ini," kata Rivanno.
"Berarti papa setuju dong?" Tanya Nathan.
"Siapa bilang? Kan papa bilang nunggu orang tua pacar kamu dulu! Lagian kamu malah asik-asik naena sama pacar sementara mama sama papa ketar ketir nyari duit hadeh," kata Rivanno sambil memijit pelipisnya.
"Berarti papa setuju. Ayo sayang kita balik ke apartemen kamu," kata Nathan lalu menarik tangan Freya.
"Kok main pergi aja sih sayang? Papa kamu kan belum selesai ngomong," protes Freya kepada Nathan.
"Udahlah biarin papa diskusi sama mama intinya mereka udah setuju. Cepet naik," kata Nathan
"Btw tadi kamu keren banget," kata Nathan sambil mencium tangan Freya.
"Asli deg-degan padahal tadi," jawab Freya sambil terkekeh.
Mereka akhirnya meninggalkan rumah Nathan dan pergi ke apartemen Freya.