Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 27 - Bab 26

Chapter 27 - Bab 26

Nayara dan William kini berada di bangku taman rumah keluarga Ackerley. Sementara Justin, Nicholas, dan Nathan sedang asik bermain petasan.

"Gimana hubungan Lo sama Jesse?" Tanya William.

"Lancar kok," jawab Nayara.

"Jesse baik kan sama Lo?" Tanya William lagi.

"Baik," jawab Nayara.

"Oh," sekian percakapan keduanya berakhir sampai keluarga Kalendra pamit pulang.

"Kami pamit untuk malam ini," kata Rivanno.

"Baiklah hati-hati dijalan," jawab Thomas sambil memeluk hangat Rivanno.

"Sheri kau harus sering-sering mengunjungi ku ya? Dan Nayara, nak sering-sering main kesini," ujar Adele.

"Baik tante," kata Nayara.

Keluarga Kalendra pun meninggalkan rumah keluarga Ackerley.

"Hah gimana kak PDKT nya?" Tanya Adele kepada William yang sudah sibuk dengan TV nya.

"Nayara udah punya pacar ma," jawab William lirih.

"Tenang kak Gue udah tahu cara biar kak Nayara jadi milik Lo," kata Justin.

"Apaan emang?" Tanya Adele.

"Gue udah atur semua pokoknya tunggu aja. Dan satu hal lagi kak Nayara orangnya gak bisa dipaksa," kata Justin.

"Maksudnya?" Tanya William bingung.

"Kemungkinan besar kak Nayara bakal jadi milik Lo seutuhnya, tapi nunggunya lama. Gue yakin seratus persen," kata Justin sangat yakin.

"Terserah Lu!" Kata William lalu kembali fokus ke layar TV nya.

****

"Pagi Bun pagi om," sapa Bastian kepada Devian dan Renata.

"Mau kemana nih pagi-pagi?" Tanya Renata.

"Mau jalan sama Gisel. Om pinjem Giselnya ya?" Kata Bastian sambil tertawa kecil.

"Jangan dilecetin loh pas ngembaliin," jawab Devian.

"Siip kalo gitu Bastian cus," setelah Bastian menyalimi tangan bundanya dan Devian Bastian langsung meluncur ke rumah Gisel.

"Gimana Yan? Apa bener dia Ana?" Tanya Renata.

"Gue belum pasti bilang Iya tapi empat puluh persen meyakinkan kalo dia beneran Ana," jawab Devian.

"Tapi nih kalo dilihat-lihat dia gak mirip Lo sama sekali lihat deh," kata Devian sambil menunjukkan salah satu foto.

"Emang dia anak Gue doang? Arya juga kali," jawab Renata.

"Astaga Gue lupa kalo Lo punya suami hehe," kata Devian salting.

"Perlu bukti apa lagi biar bisa ngebuktiin kalo dia Ana atau bukan?" Tanya Renata.

"Kartu nama hmm tapi itu ga cukup. Oh ya sama tes DNA kalian," kata Devian.

"Itu doang? Gue bisa atur," jawab Renata.

"Gimana caranya?" Tanya Devian.

"Nanti kalo Ana kerumah sakit dia pasti megang pulpen atau kertas nanti Gue tes sidik jarinya," jawab Renata.

"Wihh buk dokter mang beda ya," kata Devian memuji Renata.

"Mau makan di tempat favorit Gue gak Sel?" Tanya Bastian.

"Gue lagi pingin makan yang kuah-kuah nih," jawab Gisel.

"Nah pas banget disana ada bakso," kata Bastian semangat.

"Pingin mie ayam tapi," kata Gisel memelas.

"Gampang semua ada disana," Bastian lalu membawa mobilnya kearah restoran langganannya.

Tempatnya tidak terlalu ramai dan juga terletak disebelah sawah. Jadi bisa sekalian bersantai.

"Anjay baru tahu Gue ada tempat ginian," kata Gisel sambil sibuk memfoto setiap ujung tempat tersebut.

"Eh Bas fotoin Gue dong," kata Gisel lalu menyerahkan HPnya kepada Bastian.

Gisel lalu berpose dengan gaya aesthetic. Sementara Bastian sibuk menjadi photografer dadakan.

"Mana liat? Anjay cantik bat Gue," kata Gisel sambil melihat hasil foto Bastian.

"Astaga kepedean Lu!" Kata Bastian.

"Ini pesanannya mbak mas," kata salah satu waiters dan meletakan semua menu makanan yang dipesan mereka berdua.

"Makasih mbak. Nih sendok," kata Bastian lalu menyerahkan sendok kepada Gisel.

"Uwaahhh gak sabar pingin makan," kata Gisel dengan mata yang berbinar.

"Berdoa dulu," Bastian dan Gisel serempak memejamkan mata dan berdoa sekejap.

"Astaga Bas enak banget!! Lo tahu? Kuahnya tuh pecah banget dimulut, terus dagingnya meleleh gitu. Terus terus bihunnya mleyot di dalam ini mulut Gue emmm enak pokoknya," kata Gisel heboh.

"Iya makan pelan-pelan," kata Bastian.

Bastian tersenyum melihat Gisel makan dengan ceria. Padahal hampir setiap hari Bastian makan bersama dikantin, namun pertama kali Bastian melihat Gisel seimut ini.

"Hah kenyang," kata Gisel sambil meneguk es teh nya.

"Mau apa lagi Lo? Gue bayarin," kata Bastian.

"Serius Lo? Kalo gitu Gue pingin ke timezone. Dah lama gak main kesana," kata Gisel

Bastian pun menuruti keinginan Gisel. Sampai disana Bastian membeli beberapa koin dan mengajak Gisel main sepuasnya.

Ditengah-tengah waktu bermain, Gisel melihat ada dua anak laki-laki bersama dengan satu anak perempuan. Masih kecil sepertinya sekitar umur 12 tahun. Gisel mengingat bagaimana dulu geng Gistira dibentuk.

"Ngapain bengong? Kesambet repot nanti ayo," kata Bastian.

"Makasih ya Bas hari ini," kata Gisel lalu turun dari mobil dan diikuti Bastian.

"Sama-sama lain kali kita main lagi," kata Bastian.

"Sama Nayara pastinya," lanjutnya.

"Ck! Pasti lah!" Gisel lalu masuk ke dalam rumahnya dan Bastian segera pergi dari rumah Gisel.

"Ahh tadi lihat anak-anak jadi keinget geng Gistira pas pertama kali dibentuk nih," gumam Bastian sambil menyetir mobil.

Bastian memutar lagi memories by maroon5. Membawa kenangan yang sangat berharga bagi mereka bertiga.

Kembali ke 4 tahun yang lalu. Dimana semua hal bermula.

"Hai nama aku Gisel nama kamu?" Tanya Gisel.

"Aku Nayara," jawab Nayara dingin.

"Oh ya kamu kesini liburan pertama kali kan? Aku udah sering loh. Mau keliling gak? Aku kenalin sama seorang cowok," ajak Gisel.

Nayara sekilas melihat neneknya dan neneknya menganggukan kepalanya.

"Sana hati-hati tapi," kata neneknya.

Nayara pun mengikuti Gisel menjelajah sawah. Sampai akhirnya mereka bertemu Bastian yang saat itu sedang bermain bersama dengan sapi milik kakeknya.

"Woy Gisel!" Teriak Bastian.

"Sini bantuin Gue bajak sawah," lalu Gisel berlari mendekat ke arah Bastian dan diikuti Nayara.

"Pagi kek," sapa Gisel.

"Pagi siapa ini?" Tanya kakek Bastian.

"Nayara cucunya nenek Kari," jawab Gisel.

"Astaga tumben liburan di desa. Ibu kamu sehat nak?" Tanya kakek Bastian.

Nayara hanya mengangguk dan tak menjawab satu pertanyaan pun. Nayara memang jarang sekali berbicara bahkan hingga sekarang.

"Yaudah sana main sama Bastian di sungai. Jangan sampe nyebur loh," peringat kakek Bastian.

"Dada kek," mereka bertiga pun berjalan menuju sungai.

"Gisel ini dek bawain nenek kamu ikan, kamu juga Bastian bawain kakek kamu," kata seorang wanita.

"Makasih mbak Ai," jawab Gisel dan Bastian sambil meraih ikan yang diberi.

"Loh ini anak mbak Sheri bukan? Kalo gak salah namanya naraya kan?" Tanya mbak Ai.

"Nayara mbak bukan naraya hahahaha," tawa Bastian pecah saat mbak Ai menyebutkan nama Nayara dengan salah.

"Emang apaan naraya hahahaha," Gisel ikut tertawa bersama Bastian.

"Oalah Nayara toh. Ini dek bawain sedikit buat Bude Kari," kata mbak Ai.

"Makasih kak," jawab Nayara singkat.

"Panggil mbak aja biar akrab ya. Mbak Ai," kata mbak Ai.

"Iya kak," jawab Nayara.

"Panggil mbak Ai. Coba bilang mbak Ai," katanya lagi.

Namun kali ini Nayara hanya menatap gadis itu. Mbak Ai pun akhirnya menyerah dan menyuruh anak-anak itu pulang.

"Nayara besok kita main lagi ya? Aku mau pulang dada," kata Gisel.

"Gue juga ya dada pletak!" Kata Bastian sambil menyentil kening Nayara.

"Cucu nenek udah pulang gimana tadi mainnya?" Tanya Nenek Nayara dan langsung memangku cucu kesayangannya itu.

"Asik nek. Tadi Naya diajak ke sawah ke sungai, terus mancing ikan nih ikannya," kata Nayara sambil mengangkat beberapa ikan yang diberi mbak Ai.

"Pasti mbak Ai kan yang ngasih? Udah bilang makasih?" Tanya nenek Nayara.

"Udah nek. Oh iya kakak mana?" Tanya Nayara.

"Tuh lagi main bola samperin sana." Nayara langsung berlari menghampiri kakak-kakaknya.

Brak!

Saat Nayara berjalan ditengah lapangan tanpa sengaja seorang laki-laki menendang bola dengan kencang dan mengenai wajah Nayara. Nayara pun menangis dan ditenangkan oleh Nicholas.

"Astaga Nayara!" Pekik Nathan dan Nicholas lalu segera berlari ke arah Nayara.

"Nayara!" Ternyata Gisel dan Bastian juga ada disana.

"Hiks kak sakit hiks," kata Nayara sambil menangis dan memegangi kepalanya.

"Gapapa gapapa cup cup," kata Nicholas sambil menenangkan adiknya.

"Nayara kamu gapapa?" Tanya Gisel panik.

"Simsalabim abrakadabra!" Tiba-tiba saja Bastian mengucapkan mantra dan berhasil membuat Nayara diam.

"Tuh kan mantra aku ajaib," kata Bastian.

"Makasih ya dek. Ayo kakak gendong," Nicholas yang saat itu masih berusia 14 tahun merasa kesusahan menggendong Nayara yang hanya dua tahun lebih muda darinya.

"Nik Gue mau lanjut main Lo pulang aja dulu," kata Nathan lalu melanjutkan permainannya.

"Ya ampun Naya kenapa nak?" Tanya nenek Nayara panik saat melihat Nayara digendong Nicholas sambil menangis.

"Kena bola nek gapapa kok," kata Nicholas.

"Iya dia gapapa kan tadi udah Bastian kasih mantra yakan Nay?" Kata Bastian.

Nayara lalu mengangguk dan menghentikan tangisannya untuk yang kedua kali.

"Nay mau ikut kita ke posko ronda gak? Disana banyak orang loh," ajak Bastian.

Mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke posko ronda sesuai yang Bastian bilang. Ada banyak sekali bapak-bapak dan ibu-ibu yang sedang berjaga disana. Para laki-laki bertugas untuk menjaga kampung dan yang perempuan bertugas untuk menyiapkan kopi dan camilan.

"Nay nih," tiba-tiba Gisel menyodorkan sebuah rangkaian bunga yang terlihat seperti gelang kepada Nayara dan Bastian.

"Mulai sekarang kita sahabat!" Teriak Gisel.

Mereka bertiga pun bermain sepanjang malam. Dari sanalah Nayara mulai menyukai desa.

"Kalo diinget-inget bahagia banget waktu kecil. Ga ada cinta-cintaan ga ada yang namanya pusing ngejar mimpi," gumam Bastian sambil fokus menyetir.

"Kangen deh ke desa. Ada apaan tuh?" Bastian lalu menepikan mobilnya dan menghampiri kerumunan orang-orang.

"Ini ada apa yah pak?" Tanya Bastian kepada seorang satpam.

"Ada yang kecelakaan," jawab satpam itu.

Entah kenapa Bastian merasa ingin melihat siapa yang terlibat dalam kecelakaan itu. Dan betapa kagetnya Bastian saat melihat seorang yang Ia kenal menjadi korban dari kecelakaan itu.

"Astaga!!!" Pekik Bastian.