"Gimana keadaan Lo udah baikan?" Tanya Raya kepada Freya.
"Belum masih pusing terus dari tadi mual-mual," jawab Freya sambil memegang kepalanya.
"Howek," Freya segera berlari kekamar mandi dan diikuti Raya.
Raya membantu Freya dengan memukul-mukul punggung gadis itu. Freya lalu duduk disalah satu toilet karena kedua kakinya terasa lemas.
"Fey Gue dari kemarin curiga nih tentang sesuatu," kata Raya tiba-tiba.
"Curiga kenapa?"
"Gak disini, ikut Gue," Raya membawa Freya ke UKS yang sepi. Sampai disana Raya menyuruh Freya untuk duduk disalah satu brankar yang ada disana.
"Apa? Kenapa harus disini?" Tanya Freya.
"Gue curiga kalau Lo hamil," kata Raya sambil menatap kearah Freya.
"Nggak mungkin lah! Lagian siapa bapaknya coba," bantah Freya.
"Nathan! Lo pernah itu kan sama dia? Kasih tahu Nathan yang sebenarnya Fey," kata Raya.
"Setiap kita main pasti pake kondom kok. Gak mungkin lah!" Bantah Freya lagi.
"Mau tes? Pulang sekolah Gue temenin Lo?" Kata Raya.
Freya pun menyetujuinya dan mereka kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran seperti biasa.
"Babe ayo pulang," kata Nicholas hendak mengajak Raya pulang bersamanya.
"Aku mau main sama Freya kamu duluan aja," tolak Raya.
"Tumben main sama Freya? Dah akrab?" Tanya Nicholas.
"Calon ipar," jawab Raya sambil diiringi gelak tawa.
"Ayo Fey, bilang dulu sama Nathan," kata Raya.
"Udah sana kalo ada apa-apa lamgsung telfon jangan diem!" Ancam Nathan.
"Iya iya! Ayo Fey," Raya menuntun Freya menuju mobilnya. Mereka berdua pergi ke dokter kandungan.
"Ray sebum itu Gue mau ganti baju dulu," kata Freya dan diangguki Raya.
Raya mengendarai mobilnya kearah apartemen Freya dan Raya memutuskan untuk menunggu Freya dimobilnya. Tadi Raya sudah memakai hoodienya dan memakai celana panjangnya. Freya terlihat gugup selama perjalanan.
"Gapapa, everything will be okay," kata Raya berusaha menghibur Freya.
"Gue takut Ray, banget," kata Freya tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca mobil.
"Gapapa semua pasti baik-baik aja," kata Raya.
"Selamat pasien positif hamil," kata dokter.
Seketika Freya menunduk dan mengeluarkan air matanya. Raya lalu mengusap punggung Freya dan menyuruh Freya untuk tenang.
"Usia kandungan kamu baru 5 hari jadi tolong dijaga baik-baik ya. Usia kandungan segini rawan keguguran," kata dokter itu.
"Baik dok kami permisi dulu, terima kasih," kata Raya.
"Tunggu nama calon ibunya siapa ya?" Tanya Dokter itu.
"Freya Keisya Anastasiya," jawab Raya.
"Baik selamat tinggal," kata dokter itu dan keluar dari ruangannya.
"Ray hidup Gue udah berakhir! Hidup Gue udah hancur Ray!" Kata Freya yang tak berhenti menangis sejak sampai di apartemennya.
"Ssttt Fey kasihan anak Lo nanti takut lihat bundanya marah-marah," kata Raya.
"Biarin! Gue ga peduli!" Kata Freya masih menangis.
Karena lelah Raya memutuskan untuk mencampur minuman Freya dengan obat tidur miliknya. Freya pun akhirnya tertidur dengan pulas. Tak mau ambil pusing Raya segera menelfon Nathan dan Nicholas. Tak butuh waktu lama keduanya telah sampai di apartemen Freya.
"Mana Freya?" Tanya Nathan.
"Masih tidur duduk dulu," kata Raya.
"Kenapa Babe? Kok kayak pusing gitu? Ada masalah?" Tanya Nicholas sambil mengusap kepala Raya.
"Tunggu Freya bangun biarin dia yang jelasin semua," kata Raya.
****
"Gisel Lo masih marah sama Gue?" Tanya Bastian.
Saat ini Bastian ada dirumah Gisel bersama dengan bundanya. Renata bilang perlu bantuan Devian untuk sesuatu.
"Bastian Lo mau gak jadi pacar Gue?" Tanya Gisel tiba-tiba.
"Ma-maksud Lo?" Tanya Bastian gagap.
"Lo sahabat Gue kan?" Tanya Gisel dan Bastian mengangguk mantap.
"Bantuin Gue lupain William! Cowok yang Gue suka!" Kata Gisel.
Memang terdengar egois, namun tak ada yang bisa Gisel lakukan selain itu. Gisel harus bisa melupakan William dan juga Nayara dan memulai hidup baru.
"Gue akui Gue suka sama Lo Gisel tapi ga gini juga. Gue pingin Lo sama Gue, kita pacaran atas dasar suka sama suka bukan untuk melupakan gini," kata Bastian.
"Gue mau jadi pacar Lo mau banget. Tapi Lo, Gue gak yakin Lo bakal Gue milikin seutuhnya," kata-kata Bastian membuat Gisel tersadar.
"Maafin Gue Bas! Gue bodoh! Dasar bodoh! Dasar bodoh! Goblok!" Kata Gisel dengan memukul-mukul kepalanya.
"Eh eh gak! Lo ga bodoh! Lo cuma bertindak tanpa berfikir tadi," kata Bastian.
"Gue ga sanggup lagi Bas! Gue pingin baikan sama Nayara tapi kayaknya Gue gabakal diterima lagi sama dia," tangis Gisel pecah dipelukan Bastian.
"Dia nerima Lo kok. Cuma perasaan Lo doang kali kaya gitu," kata Bastian tenang.
"Serius Nayara bisa nerima Gue lagi Bas? Nayara bakal jadi geng Gistira lagi kan?" Tanya Gisel.
"Pasti! Leader kita pasti balik," kata Bastian.
"Oh iya, Gue udah dapet SIM nih Minggu lalu mau jalan-jalan gak?" Tanya Bastian.
"Bentar Gue dandan dulu," Gisel lalu berlari menuju kamarnya dan bersiap-siap.
"Selangkah lagi Bas! Lo bisa!" Kata Bastian menyemangati dirinya.
"Nama ini mirip banget sama anak Gue Yan," kata Renata.
"Ana ya?" Gumam Devian.
"Tadi Lo bilang dia hamil? Terus Arya kemana? Masak dia ga jagain anaknya sih," kata Devian.
"Gak! Arya ga tahu kalo Ana punya pacar. Kayaknya Ana tinggal sendiri di apartemen," kata Renata.
Renata bertujuan untuk menyelidiki tentang putrinya yang baru-baru ini Ia temui di rumah sakit. Hanya Devian yang tahu jika Renata memiliki dua anak. Sherina dan Rivanno mengira jika Renata dan Devian sama-sama sudah bercerai.
"Oke Gue bakal bantu ngebuktiin kalo dia anak Lo. Tapi janji sama Gue Lo ga boleh capek Lo gaboleh banyak mikir oke?" Kata Devian panjang lebar.
"Thanks ya Yan, cuma Lo satu-satunya orang yang bisa Gue andelin," kata Renata.
"Widih mbak duda sama mas janda," kata Rivanno yang sudah duduk di sofa ruang tamu milik Devian.
"Kebalik! Mas duda dan mbak janda harusnya!" Protes Devian.
"Sama aja Gue manggil Lo berdua," bantah Rivanno.
"Anak Gue kemana?" Tanya Renata panik.
"Tadi keluar sama Gisel bawa mobil," jawab Sherina.
"Ngapain Lo disini?" Tanya Devian dan langsung memakan donat yang dibawa Rivanno.
"Mau nyari kerja! Ya kangen lah dah lama ga ketemu," jawab Rivanno.
"Itu donat datengnya dari Afrika! Makan tuh harus kayak gini," Rivanno memakan donatnya dengan postur wajah yang sangat aneh.
"Ada yang mau beli suami gak sih? Heran Gue punya suami gini amat," kata Sherina sambil melirik sinis kearah Rivanno.
"Gitu juga Lo hamilnya sama dia," kaga Renata.
"Lo ga ada niatan nikah lagi gitu Ren? Yan?" Tanya Rivanno.
"Mending Gue nikahin Sherina aja ngapain jauh-jauh," goda Devian.
"Boleh nikahin aja! Gue juga udah bosen," jawab Rivanno enteng.
"Seriusan nih Gue bakal nikah ama Devian Lu jangan nangis-nangis nanti!" Kata Sherina kepada Rivanno.
"Canda kali mah, mana mungkin Gue bisa hidup tanpa Elu," kata Rivanno dan mendapat tampolan dan Sherina.
"Aukh! Astaga dah nikah aja masih kaya begini kalian! Kaya ABG astaga sakit bat," kata Devian yang ikut terkena tampolan dari Sherina.
"Kebayang kan setiap hari harus sama dia mulu, kelar hidup Lo," kata Rivanno.
"Udah udah ih inget umur! Masih kayak ABG aja kalian," kata Renata menengahi ketiganya.
"Jadi inget ya zaman kita SMA," gumam Devian.
"Lo pernah nyemplung got gara-gara nyariin mangga buat Sherina yang waktu itu lagi hamil gede hahaha," kata Devian sambil tertawa mengejek.
"Berkat Gue yang nyemplung got itu dia ngelahirin dua anak bro! Lo berapa? Cuma satu beuh," kata Rivanno tak mau kalah.
"Oh iya Gue juga inget waktu Sherina nikah sama Lu dia bilang 'Gue iri sama Lo masih bisa ngelanjutin pendidikan'," kata Renata sambil meniru gaya bicara Sherina.
"Padahal dianya gatahu Gue juga lagi hamil waktu itu hahahaha," kata Renata sambil memukul-mukul bahu Devian karena tertawa.
"Astaga iya Gue curhat kaya gitu ke orang yang salah," kata Sherina.
"Huh udah stop! Gue capek ketawa," protes Rivanno.
"Gimana kalo kita keluar cari makan?" Usul Sherina.
"Bu dokter yang traktir wkwkwk," kata Rivanno.
Sherina, Devian, dan Rivanno berlari duluan menuju mobilnya. Dasar orang tua tidak tahu umur memang.
"Gak suami gak istri sama aja kayak bocil," kata Renata lalu mengikuti mereka bertiga.
****
"Lo hamil Fey?" Tanya Nicholas.
Bugh!
Satu pukulan mendarat di pipi kanan Nathan.
Bugh!
Satu pukulan lagi mendarat di pipi kiri Nathan. Kini ujung bibir Nathan sudah robek akibat hantaman keras dari Nicholas.
"Udah Gue bilang kan? Jangan rusak Freya! Cukup jalang-jalang itu aja yang Lo rusak! Lo buta ya?" Nicholas kini tak bisa menahan amarahnya.
Nicholas sangat kecewa dengan sikap Nathan yang sangat kekanak-kanakan. Nicholas lalu mendekat kearah Freya dan menatap lembut gadis itu.
"Sekarang Gue mau nanya. Lo mau apain dia?" Tanya Nicholas sambil melihat kearah perut Freya.
"Gu-Gue...," Freya menggantungkan kalimatnya saat melihat Nathan menangis.
"Maafin aku Fey maaf. Aku emang iblis!" Kata Nathan sambil menampar kedua pipinya.
"Emang Lo iblis yang ga punya hati nuarni!" Kata Nicholas.
"Sayang sstt," Raya mencegah Nicholas bertindak lebih jauh.
"Biarin mereka yang selesaiin kita tunggu di ruang tamu ya," Raya dan Nicholas lalu keluar meninggalkan sepasang kekasih itu berdua dikamar.
"Kenapa ga bilang?" Tanya Nathan yang sudah berada dipelukan Freya.
"Aku baru tahu tadi siang. Raya ngajak aku chek," jawab Freya.
"Kalo kamu mau aku bisa kok tanggung jawab aku bakal nikahin kamu," kata Nathan sambil menatap Freya.
"Gampang kamu bilang mau nikahin aku, orang tua kamu? Orang tua aku? Kamu bisa ngadapin mereka?" Tanya Freya.
"Masalah itu..."
"Aku lebih baik gugurin janin ini. Aku nggak mau dia lahir dan di cap sebagai anak haram, Nath." Freya mencoba meyakinkan Nathan.
"Nggak bisa! Aku bakal tanggung jawab!"
"Sebenarnya mama juga hamil aku sama Niko di usia 19 tahun kaya kamu. Jadi mungkin orang tua aku bisa setuju," kata Nathan.
"Ha? Mama kamu hamidun dong? Kok sama kayak mama aku? Mama aku juga hamidun diusia 19 tahun," jawab Freya kaget.
"Sama sejujurnya pak Arya guru olahraga kita itu papa aku hehe," kata Freya.
"Ha? Pak gopal? Serius? Gimana ceritanya pak gopal bisa ngasilin bidadari cantik kaya kamu?" Gombal Nathan.
"Dih gombal! Kapan mau ngelamar?" Tanya Freya.
"Sabar! Gasabaran banget pingin nikahin aku," kata Nathan.
"Denger kan? Mereka mau nikah Babe, gausah lebay deh," kata Raya kepada Nicholas.
Mereka sengaja menguping dari balik pintu yang sedikit terbuka. Nathan melihat keduanya sedang fokus menguping mereka. Nathan lalu mencium Freya yang membuat Raya segera menutup pintu dengan keras.
"Ih apa-apaan sih kamu nih!" Kata Freya sambil memukul dada Nathan.
"Ada orang yang nguping!" Teriak Nathan.
Raya dan Nicholas akhirnya masuk lagi kekamar dan tersenyum kikuk didepan Nathan dan Freya.
"Selamat deh yang mau nikah," kata Raya.
"Lo berdua kapan? Mau Gue ajarin biar enak?" Goda Nathan.
"Jangan kotorin telinga pacar Gue!" Kata Nicholas.
Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk berpesta kecil di apartemen Freya.