Lampu berwarna-warni terpasang diatas lantai dansa. Dentuman musik DJ menggema di seluruh ruangan. Tiga pria dengan alkohol yang dari tadi mereka teguk memerhatikan setiap orang yang menari.
"Nath udah lah jangan diterusin," kata Reiga teman minum Nathan.
"Sialan! Disaat gue udah buka hati gue buat dia, gue malah dikhianati!" Kata Nathan sambil memukul mejanya.
"Ga yakin gue kalau lo udah bisa jatuh cinta," kata Reiga sambil tersenyum mengejek.
"Gue mau kesana bentar," kata Nathan lalu ikut menari didampingi oleh wanita-wanita sexy.
Satu-persatu gelas berisi minuman yang diserahkan oleh para wanita itu diteguk habis oleh Nathan. Kepala Nathan terasa pening dan Nathan ambruk diatas tubuh seseorang.
"Niko Nathan mana?" Tanya Rivanno kepada Nicholas yang sedang bermain game di komputernya.
"Gatahu pa. Tadi bilangnya mau ketemu temennya," jawab Nicholas.
"Kita udah mau berangkat nih, papa tinggal ya?" Nicholas hanya menjawab dengan anggukan.
Rivanno pun segera turun menemui istri dan putrinya.
"Ayo berangkat," kata Sherina dan diangguki oleh Nayara.
"Temen mama juga punya anak seumuran kamu loh Nay," kata Sherina di dalam mobil.
"Oh ya? Sekolah disini?" Tanya Nayara.
"Iya satu SMA loh sama kamu tadi mama baru dikasih tahu," jawab Sherina.
Sampailah mereka disebuah restoran bintang 5. Rivanno lalu memberikan kunci mobilnya untuk diparkirkan. Sherina dan Rivanno berjalan berdampingan dengan Sherina yang memeluk lengan suaminya. Sementara Nayara berjalan dibelakang orang tuanya.
"Rina!" Pekik seorang wanita yang nampaknya tak terlalu tua.
"Astaga Rena kangen banget gue," kata Sherina lalu memeluk wanita itu.
"Hai para sahabatku," kata seorang pria yang baru saja datang.
"Yan astaga lo makin ganteng aja gile!" Kata Rivanno lalu memeluk sahabatnya itu.
"Loh Nayara?" Kata Bastian yang sepertinya baru saja datang dari toilet.
"Ngapain lo disini?" Tanyanya lagi.
"Tuh nemenin mama sama papa ketemu sahabatnya," jawab Nayara.
"Jangan-jangan," Bastian menggantungkan kalimatnya lalu melihat bundanya nya berpelukan dengan mama Nayara.
"Nah ini anak gue Rin, Bastian sini nak," kata Renata lembut.
"Tuh kan sesuai firasat gue," kata Bastian kepada Nayara.
"Kenalin ini anak tante namanya Nayara," kata Sherina saat pertama kali bertemu Bastian.
"Kita sahabatan tante udah tiga tahun yang lalu. Kita kan sering liburan didesa," jawab Bastian.
Sherina nampak terkejut karena setahunya putrinya tidak pernah memiliki sahabat.
"Astaga Nay kamu gak pernah cerita tuh sama mama punya sahabat dari desa, hm?" Kata Sherina kepada Nayara.
"Ya gapapa ma," jawab Nayara kikuk.
"Anak lo mana yan?" Tanya Renata.
"Bentar lagi dateng. Nah tu dia."
"Gisel lo juga?" Kata Bastian heboh.
"Ngapain lo berdua disini?" Tanya Gisel yang heran melihat Nayara.
"Kalian udah kenal?" Tanya Devian bingung.
"Kita sahabatan om, saya Nayara sama Gisel. Kita sering liburan didesa," jawab Bastian.
"Wah ternyata dunia itu sempit ya. Dulu orang tuanya pada sahabatan sekarang anak-anaknya juga ikutan jadi sahabat," kata Rivanno.
"Gimana nih kabar mama dan papa yang sibuk honeymoon di Afrika?" Tanya Devian sambil menaik turunkan alisnya menggoda Sherina.
"Honeymoon kelapa lo! Kita kerja kali!" Jawab Rivanno ngegas.
"Kepala kali pa," jawab Sherina.
"Devian mah ga punya kepala, dia cuma pake kelapa doang," kata Rivanno mengundang jitakan dari Devian.
"Sialan lo!" Kata Devian geram.
"Eh gimana rumah sakit lo? Lancar?" Tanya Sherina kepada Renata.
"Bersyukur lancar jaya sampai titik ini," jawab Renata.
"Widih keluar masuk negeri dong lo?" Tanya Devian lalu diangguki Renata.
Tiga jam para orang tua itu mengobrol dengan candaan yang menurut Bastian, Nayara, dan Gisel tidak lucu. Sungguh ketiga remaja itu kini merasa bosan karena tempat duduk mereka lumayan jauh satu sama lain.
"Astaga ga nyangka gue kalau orang tua kita dulunya juga sahabatan," kata Bastian.
Kini tiga remaja itu tengah duduk di salah satu cafe aesthetic dekat restoran itu. Mereka ingin membiarkan orang tua mereka membicarakan hal-hal yang tak boleh mereka ketahui.
"Takdir kali," jawab Gisel yang masih belum bisa percaya.
"Harusnya kita seneng dong orang tua kita sahabatan. Ngapa jadi overthinking gini sih?" Kata Bastian. Padahal dirinya lebih overthinking.
"Iya ya, jangan-jangan ini pertanda kalau hubungan kita ga tinggal lama," gumam Gisel namun masih bisa didengar eh kedua sahabatnya.
"Hush! Jangan ngomong gitu lah," kata Bastian sambil menatap kearah Gisel.
"Masalah kita aja baru kelar. Mau nambah lagi lo?" Kata Bastian.
"Bercanda kali! Kebiasaan si Nayara setiap ketemu diem-diem mulu," kata Gisel menyadarkan Nayara.
"Ini napa jadi gue yang kena si?" Kata Nayara dalam hati.
****
Nathan dengan susah payah mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Nathan melihat sekeliling merasa heran. Nathan tidak sedang berada di kamarnya. Ia sekarang sedang berada di sebuah kamar bercat ungu bernuansa elegan.
"Kamar siapa ini?" Tanya Nathan pada dirinya.
"Udah bangun lo?" Tanya seorang gadis memakai handuk kimono agak terbuka.
"Freya?" Kata Nathan lirih.
Freya langsung mendekati Nathan dan duduk disebelahnya. Freya memandang Nathan yang masih menyenderkan kepalanya di kasur.
"Kenapa gue ada disini?" Tanya Nathan.
"Lo ga inget? Malam panas kemarin?" Tanya Freya seperti menggoda.
"Jangan gila lo!" Teriak Nathan lalu mendorong tubuh Freya.
"Lo yang gila! Lo yang maksa! Akhh!" Kata Freya sambil berusaha untuk duduk dengan benar.
Flashback
"Mana dia?" Tanya Freya yang datang dengan tergesa-gesa.
"Tuh ada disana lagi nari," jawab Hao santai.
Freya dengan susah payah berusaha mendekati Nathan. Melewati kerumunan orang-orang yang mencoba melepaskan penatnya. Freya langsung menarik Nathan agar menjauh dari lantai dansa.
"Ck! Lepas!" Kata Nathan membanting tangan Freya.
"Biarin gue disini! Gue gamau pulang!" Kata Nathan setengah sadar akibat pengaruh minuman.
"Ikut gue," kata Freya lalu mendorong Nathan masuk kedalam mobilnya.
"Huwekk..."
"Sialan! Pake muntah lagi!" Freya segera membawa mobilnya menuju apartemen miliknya.
Freya membantu Nathan untuk tidur di kasur minimalis miliknya. Freya terkesiap saat tiba-tiba Nathan mencium bibirnya. Tersadar hal yang Ia lakukan salah Freya langsung mendorong tubuh Nathan hingga tersungkur ke lantai. Untuk yang kesekian kalinya lagi Freya membantu Nathan.
"Salah gue apa Fey?" Sayup-sayup terdengar suara Nathan yang melemah.
"Kesalahan lo banyak! Ga bisa dihitung," jawab Freya sambil melepaskan sepatu Nathan.
Setelah selesai berkutat dengan Nathan, Freya memutuskan untuk membersihkan tubuhnya.
Greb!
Nathan memeluk Freya dari belakang yang entah bagaimana bisa masuk kedalam kamar mandi. Freya mencoba melepaskan pelukan Nathan yang sangat erat namun percuma karena tenaga Nathan lebih besar darinya.
Flashback end
Nathan mengusap wajahnya gusar. Ia menatap Freya dengan perasaan bersalah.
"Gapapa gue juga suka kok," kata Freya sambil tersenyum kearah Nathan.
Freya lalu mendekat dan memeluk Nathan erat. Senyuman tak henti-hentinya muncul diwajah Freya.
"Ayo sarapan dulu," Freya akhirnya keluar dari kamarnya lalu menuju dapur menyiapkan sarapan untuknya dan Nathan.
Mereka berdua makan dengan tenang. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Nathan tak biasanya merasa secanggung ini didekat Freya. Mereka berdua akhirnya menonton film.
"Hm Fey kemarin gue mainnya kasar gak?" Tanya Nathan memberanikan diri.
"Nggak malahan gue yang minta lagi. Hahaha lucu ya," kata Freya sambil meminum kopinya.
"Udah lah Nath gak usah dipikirin. Lagian sama-sama suka kan? Sekarang ceritain ke gue gimana ceritanya si Bella selingkuhin lo?" Kata Freya. Kini Freya tidur dengan paha Nathan sebagai bantal.
"Pertama kali gue suka sama cewek. Eh malah dikhianatin. Ya gue ga bisa apa-apa selain minum," jawab Nathan sambil mengelus kepala Freya.
"Terus selanjutnya lo bakal gimana?" Tanya Freya.
"Ya gue putusin lah," jawab Nathan.
"Kayak lo banget," jawab Freya. Nathan mengerutkan keningnya setelah mendengar perkataan Freya.
"Kayak gue gimana maksudnya?"
"Ya mirip lo pokoknya!" Kata Freya.
Mereka berdua menghabiskan waktu seharian dengan menonton film dan sesekali bercanda. Tanpa sadar hari semakin larut.
"Fey gue pulang ya," kata Nathan sambil memakai jaket.
"Dijemput Putra ya?" Tanya Freya sambil sesekali merapikan rambut Nathan.
"Anak buahnya Putra bakal bawain mobil gue. Udah diparkir tuh," kata Nathan.
"Lain kali gue main kesini lagi deh. Jan cemberut gitu," kata Nathan lalu diangguki Freya.
Nathan akhirnya keluar dari apartemen Freya. Freya merasa hampa dan sepi. Pertama kali Ia melakukan itu malah dengan sahabatnya. Freya memutuskan untuk tidur karena Ia sudah lelah menemani Nathan sepanjang hari.
"Hayo lo dari mana?" Tanya Nayara yang sedang berada di ruang tamu kepada Nathan yang baru saja datang.
"Berisik!" Kata Nathan.
"Oh ya kak, gue udah tahu kok kalau lo di selingkuhin. Jadi kalau butuh temen curhat adik lo yang baik hati ini bersedia menemani lo," kata Nayara. Namun Nathan tidak menghiraukan perkataan Nayara dan memilih masuk ke dalam kamarnya.
"Hadeh padahal cuma nonton film doang bisa-bisanya gue capek," kata Nathan lalu bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk mandi.
****
"Nathan aku kangen," rengek Bella saat Nathan baru saja tiba dikelasnya.
"Maaf Bella tapi mulai hari ini kita ga ada hubungan apa-apa lagi," kata Nathan lalu berjalan ke tempat duduknya.
"Maksud kamu? Kamu ga bisa dong putusin aku tanpa persetujuan aku!" Kata Bella berusaha mengejar Nathan.
Nathan lalu melemparkan beberapa foto ke arah Bella. Bella mengambil satu lembar foto dan menampakan foto dirinya tengah bercumbu dengan seorang pria.
"Ini bukan aku Nathan! Ini fitnah!" Kata Bella berusaha mengelak.
"Mulai sekarang Freya bakal jadi pacar gue! Jangan ada yang berani nyentuh Freya!" Kata Nathan di depan semua orang.
"Loh, Loh."
"Selamat ya Freya, akhirnya kesampaian," kata Raya kepada Freya yang sudah susah payah menahan senyumnya.
"Kamu duduk disebelah aku ya sayang," kata Nathan sambil melempar tas Bella dan menarik Freya untuk duduk disebelahnya.
"Hoo...key..."
"Awas aja lo Freya!" Kata Bella lalu berlari keluar kelas diikuti anak buahnya.