Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 18 - Bab 17

Chapter 18 - Bab 17

"Loh ma kok udah balik?" Tanya Nicholas kepada Sherina yang sedang sibuk didapur.

"Nanti mama sama papa mau reunian bareng temen SMA mama jadinya berangkat ke Indonesia," jawab Sherina sambil sesekali melihat resep kue di tabletnya.

"Papa mana ma kalo gitu?" Tanya Nicholas lalu duduk dimeja makan.

"Papa pulangnya nanti sore," jawab Sherina yang masih sibuk mengaduk adonan kue.

"Terus..," belum selesai Nicholas berbicara Sherina langsung memukul meja dengan keras.

Brak!

"Kak bisa gak sih nanti aja wawancaranya? Gak lihat kamu mama lagi sibuk? Bukannya bantuin malah nanya-nanya," omel Sherina.

Nicholas kaget dengan gebrakan meja yang keras. Nicholas memutuskan untuk bersepeda keliling perumahan. Nicholas memutuskan untuk berhenti disebuah kedai kopi khusus untuk warga yang tinggal di perumahan itu.

"Nik, biasa nih?" Tanya seorang barista yang sepertinya akrab dengan Nicholas.

"Yoi Bang," jawab Nicholas lalu memilih duduk di pojokan. Menikmati lagu yang diputar di kedai kopi aesthetic itu.

"Galau nih kelihatannya kenapa?" Tanya barista itu lalu duduk didepan Nicholas.

"Gimana ya bang, Gue tadi abis dimarahin nyokap," kata Nicholas sambil menyeruput kopinya.

"Bisa-bisanya anak nurut kayak Lo kena marah. Kenapa memangnya?" Tanya barista itu.

Andri Zaidan nama barista sekaligus pemilik kedai kopi itu. Sering dipanggil bang Jay oleh anak-anak kompleks dan juga sebagai tempat curhat. Bang Jay sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan yang masih berumur 2 tahun. Menjadi gadis cilik favorit sekompleks.

"Mama Gue baru dateng dari Afrika terus Gue tanya-tanya pas dianya lagi masak. Eh langsung gebrak meja terus ngomel-ngomel. Yaudah Gue sepedaan dari pada kena semprot lebih jauh," kata Nicholas menceritakan kejadian tadi.

Bang Jay lalu tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Nicholas yang membuat Nicholas mengerutkan dahinya.

"Apaan Lu ketawa bang? Ada yang lucu memang?" Tanya Nicholas heran.

"Nyokap Lo lagi masak?" Tanya bang Jay. Nicholas langsung menganggukan kepalanya.

"Goblok banget jadi orang! Kalo orang masak ya jangan digangguin kali, bisa-bisa kelar idup Lo! Kaya bini Gue," jawab bang jay.

"Emang Lo pernah hampir dibunuh sama istri Lo bang? Kejam juga ya," kata Nicholas.

"Kenapa Ayy? Aku galak pas dirumah?" Kata seorang wanita yang sedang menggendong anaknya berdiri didepan pintu masuk kedai.

"Mana ada bilang kamu galak. Itu tuh si Nicholas yang bilang," jawab bang Jay.

Wanita itu lalu menyerahkan anaknya kepada suaminya. Khandra Zaidan istri bang Jay sering dipanggil mbak Andra yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Dan putrinya Kanaya Zaidan yang menjadi bintang cilik dikompleks itu.

"Halo mbak Andra," sapa Nicholas.

"Apa?!" Jawab mbak Andra ngegas.

"Buset mbak galak amat. Saya tadi bilang mama saya yang galak bukan mbak fitnah aja Lu bang," kata Nicholas.

"Ck! Terserah! Ayang kamu jaga Kanaya aku mau arisan bareng temen-temen," kata mbak Andra lalu keluar dari kedai.

"Jagain yang bener!" Kata mbak Andra sebum benar-benar pergi.

"Iya sip buk bos," jawab bang Jay walaupun tak didengar.

"Kanaya makan apa dek?" Tanya Nicholas mencoba bercanda dengan Kanaya.

"Gini nih nanti Lo jadi babysitter," kata bang Jay kearah Nicholas.

"Tapi Gue beruntung punya mereka," lanjutnya.

"Gimana dong? Seneng atau nyesel jadinya?" Tanya Nicholas.

"Ya seneng lah! Gak ada ayah yang gak seneng kalo anaknya tumbuh dengan sehat," jawab bang Jay.

"Emang anak Lo sehat bang?" Tanya Nathan entah dari mana yang langsung menarik dua kursi lalu bergabung dengan Nicholas dan bang Jay bersama Nayara.

"Astaga Kanaya!!! Lucu banget sih," kata Nayara yang baru saja datang dan langsung menyerbu Kanaya.

"Astaga Nay ga usah pake ngedusel dusel segala. Sakit tuh Kanaya," kata Nicholas.

"Bang Jay Naya mau gendong boleh?" Tanya Naya dengan puppy eyes nya.

"Apa sih yang nggak buat Naya," bang Jay lalu memberikan Kanaya ke pangkuan Nayara.

"Atutu anak siapa ini yang cantik? Cantik kayak kak Naya kan?" Kata Nayara. Kanaya terus tertawa tak berhenti akibat candaan Nayara.

"Dih pede bener! Cantik kayak maknya lah bego!" Kata Nathan lalu menoyor kepala Nayara.

"Kak Niko kak Nathan nya lihat!" Kata Nayara mengadu kepada Nicholas.

"Ngadu aja teros!" Jawab Nathan.

"Untung Kanaya lahir duluan kalo jadi anak bungsu terus punya kakak cowok fiks ga bahagia hidup kamu," kata Nayara kepada Kanaya.

"Emang Lo sering diapain Nay sama Nathan?" Tanya bang Jay.

"Dijadiin babu mulu Gue bang. Miris banget nasib Gue," jawab Nayara sok menderita.

"Hahaha Sialan Nat! Kasian adik Lo," kata bang Jay tak kuasa menahan tawanya.

"Fitnah lu! Mana ada gue jadiin dia babu. Yang ada dia nyusahin mulu," jawab Nathan.

"Eh bentar gue mau angkat telpon," kata bang Jay. Beberapa lama kemudian bang Jay kembali dengan wajah panik.

"Kenapa bang?" Tanya Nicholas yang melihat wajah bang Jay.

"Bini gue pingsan! Sekarang dia lagi ada dirumah sakit!" Kata bang Jay panik.

"Terus?" Tanya Nathan polos.

Plak! Satu pukulan mendarat dikening Nathan.

"Cepet sana lo bertiga pulang! Gue mau tutup nih!" Kata bang Jay buru-buru.

"Bang gimana kalo Kanaya kita yang jaga? Lagian habis ini kita free kok," kata Nathan.

"Serius?" Tanya bang Jay kearah tiga saudara itu.

"Gue sih gapapa bang," jawab Nicholas.

Kini ketiganya menatap lekat kearah Nayara yang masih asik bermain dengan Kanaya. Nayara yang menyadari hal itu langsung menganggukan kepalanya tanda setuju. Mereka akhirnya keluar kedai dengan segera bang Jay mengunci pintu kedai tersebut.

"Gue titip ya," kata bang Jay yang kini sudah berada di mobilnya.

"Sip bang!" Jawab ketiganya.

Bang Jay lalu segera bergegas menemui istrinya yang sedang berada di rumah sakit. Ketiga saudara itu memutuskan untuk pulang kerumah mereka.

"Eh ada Kanaya, astaga udah besar kamu nak," kata Sherina lalu menggendong Kanaya.

"Mah papa mana?" Tanya Nayara namun dihiraukan oleh Sherina.

"Kalian lanjutin bikin kuenya ya mama mau main sama Kanaya di taman," Sherina lalu meninggalkan ketiga anaknya yang masih bengong didapur dan pergi ke taman bersama Kanaya.

"Ayok kak buruan buat kue," kata Nayara berusaha menyadarkan dirinya.

"Aduh gimana caranya bikin kue? Gue ga pernah," kata Nathan.

"Gue apalagi kak," jawab Nayara.

"Panggil pelayan mama cepet!" Perintah Nicholas. Nathan dengan sigap langsung mencari pelayan mamanya itu namun tak seorang pun yang ada disana.

"Gak ada siapa-siapa anjir! Tumben banget mama pulang ga bawa pelayan," kata Nathan saat kembali ke dapur.

"Mau gak mau kita harus buat kue ini sendiri!" Kata Nayara.

Mereka bertiga akhirnya memulai dari mencari resep, dan menyiapkan bahan-bahan.

"Masukan 6 kilo tepung terigu, 12 butir telur, 2 sendok garam, 2 kg gula lalu aduk hingga merata. Itu untuk adonan keringnya," kata Nathan yang bertugas membaca resep dari internet.

"Udah rata terus?" Tanya Nayara yang bertugas mencampur semua adonan.

"Masukan 2 liter air hangat. Nik rebus air!" Perintah Nathan.

Nicholas lalu segera merebus air lalu di serahkan kepada Nayara.

"2 liter air hangat aduk hingga merata," kata Nathan.

Nayara mengaduk adonan itu dengan perasaan tidak enak. Sepertinya ada yang kurang dengan adonan itu. Namun Nayara hanya membuang perasaan tidak enak itu jauh-jauh.

"Udah kak apalagi?" Tanya Nayara.

"Tuang di dalam cetakan. Itu tuh cetakan kepala panda," jawab Nathan.

"Cetakan domba ini astaga," kata Nayara.

Nayara, Nathan dan Nicholas bekerja sama menuangkan adonan dengan hati-hati. Setelah selesai sesuai dengan petunjuk adonan dimasukan kedalam oven.

"Oven dengan suhu seratus delapan puluh derajat selama setengah jam," kata Nathan. Nicholas lalu menyetel oven sesuai arahan Nathan.

Ting! Setelah setengah jam menunggu kue mereka akhirnya jadi.

"Pelan-pelan kak, wihh enak nih kelihatannya," kata Nayara heboh.

Ketiga remaja itu mengambil satu-satu kue lalu dimasukan kedalam mulut mereka.

"Huek! Sialan asin," kata Nathan.

"Didalem nya tepung tulen," kata Nicholas ikut berkomentar.

"Ini apaan astaga," kata Nayara lalu segera mengambil susu yang ada di dalam kulkas.

"Nathan lo udah bener baca resepnya?" Tanya Nicholas.

"Udah kok nih," kata Nathan sambil menyerahkan tablet nya.

"Goblok! Ini bacaannya 6 gram tepung terigu,setengah sendok garam, sama setengah kilo gula. Lo ngapain bilang dua kilo kampret!" Kata Nicholas kesal.

"Ini airnya setengah liter kan harusnya?" Nayara ikut membaca resep tersebut.

"Ya gue kira satu atau dua kilo, yaudah gue pake yang dua biar lebih," jawab Nathan polos.

"Bisa-bisanya orang bego kaya lo dapet juara kelas. Gila kali gurunya ya," kata Nayara.

"Berani amat ya lo ngatain gue! Sini lo!" Kata Nathan kesal.

"Apa?!" Kata Nayara ikut berteriak.

"Heh stop! Stop! Ini ada apa ribut-ribut?" Tanya Sherina berlari karena mendengar teriakan anak-anaknya.

"Kue nya udah jadi ya? Mama cicipin ya," Sherina lalu mengambil sepotong kue dan memasukan kue itu kedalam mulutnya.

Nicholas, Nathan, dan Nayara menggeleng dengan wajah panik.

"Mampus nih kita," gumam Nathan.

"Astaga asin!!!" Teriak Sherina.

"Kalian bikin apaan ini? Bahan-bahan gue semua astaga!! Niko! Nathan! Naya! Ikut mama!" Kata Sherina.

Dengan murung ketiga saudara itu dengan pasrah mengikuti mama mereka ke depan rumah.

"Berdiri disini sekarang!" Kata Sherina.

Mereka lalu berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangan mereka. Nayara dan Nathan tak henti-hentinya saling menyalahkan membuat Sherina makin marah.

"Nathan! Naya!" Peringat Sherina.

Bip bip

Suara klakson mobil mengejutkan ketiganya. Rivanno yang baru saja datang malah melihat pemandangan tak mengenakan itu.

"Ada apa ini? Hayo kalian ngelakuin kesalahan apa?" Kata Rivanno dengan nada mengejek.

Anak-anaknya hanya menatap kesal kearah papa mereka. Sesekali Rivanno menjulurkan lidahnya kearah Nicholas dkk.

"Ayo pa masuk," kata Sherina.

"Ma kita gimana?" Tanya Nathan dengan puppy eyes nya.

"Diem disana sampai ayam jantan bertelur ngerti?!" Bentak Sherina lalu masuk kedalam rumah bersama Rivanno.

"Padahal yang nyuruh bikin kue mama. Gara-gara elu sih!" Kata Nayara.

"Nyalahin gue lo!" Kata Nathan.

"Sst! Mau hukumannya ditambah?" Tanya Nicholas.

Mereka berdiri menghadap tembok hingga bang Jay dan mbak Andra mengagetkan keduanya.

"Ngapain lo pada kaya cicak begini?" Tanya bang Jay saat sampai dipekarangan rumah mereka.

"Mana Kanaya?" Tanya bang Jay.

Tak berselang lama Sherina beserta Rivanno dan Kanaya menghampiri bang Jay dan mbak Andra.

"Eh Andra katanya kamu pingsan ya nak? Gimana keadaan kamu?" Tanya Sherina sambil menyerahkan Kanaya yabg sedang tidur.

"Andra hamil tante," jawab mbak Andra.

"Apa?!" Teriak satu keluarga itu serempak.

"Kalian bertiga jangan rubah posisi!" Teriak Sherina. Ketiga remaja itu kembali menghadap tembok dan mengangkat kedua tangan mereka.

"Selamat sayang astaga. Kanaya kamu mau punya adik baru nak," kata Sherina kepada Kanaya.

"Makasih tante," kata mbak Andra.

"Btw ni kenapa anak-anak pada cosplay jadi cicak gini tante?" Tanya bang Jay yang masih penasaran.

"Disuruh buat kue gagal, yaudah tante hukum," kata Sherina.

"Astaga masalah itu toh. Nih sekotak kue buat tante, sebagai ucapan terima kasih," kata bang Jay.

"Eh gak usah repot-repot bang," kata Sherina enggan menerima kue itu.

"Saya kasian lihat anak-anak pada cosplay jadi cicak gini. Terima aja tante suruh mereka masuk kasihan," kata bang Jay.

"Yaudah deh, kalian boleh turun tangan!" Kata Sherina.

Akhirnya ketiga saudara itu bisa bernapas lega.

"Yaudah kalo gitu kita pamit ya tante om," kata mbak Andra.

"Jangan lupa berterima kasih lo pada sama gue," kata bang Jay sebelum benar-benar pergi.

"Huh untung ada bang Jay," kata Nathan.

"Ayo masuk. Nayara kamu siap-siap temenin mama sama papa, oke?" Kata Sherina lalu diangguki oleh Nayara.

"Kita nggak ma?" Tanya Nathan.

"Emang kalian betah ikut mama? Yang ada ribet lagi!" Kata Sherina.

Nathan dan Nicholas mencium pipi mamanya lalu berlari masuk kedalam rumah.

"Huh untung pada ganteng dan cantik kalau jelek udah gue gaplok anak-anak itu," kata Sherina.

"Enak aja! Gue susah bikinnya!" Teriak Rivanno.

"Elu cuma bikin! Gue yang ngidam! Sakit nih semua badan gue!" Kata Sherina.

Kedua pasangan itu bertengkar sambil berpegangan tangan erat. Nicholas, Nathan, dan Nayara diam-diam mengintip kelakuan orang tua mereka.

"Udah tua masih aja kaya ABG," kata Nathan.

"Hush! Dari pada lo ABG kaya orang tua bhaks," kata Nayara lalu berlari masuk ke kamarnya.

"Bocah sialan!"