Disisi lain sang mempelai pengantin pria yang merupakan Aditya sudah merasa bosan berdiri di pelaminan dan menyalami orang-orang sedari tadi. Kakinya bah kan sudah mulai pegal karena terus menerus berdiri. Lagi pula kebanyakan yang hadir bukanlah dari kalangan teman-teman yang di kenal nya. Sebagian besar tamu yang datang justru merupakan kolega bisnis dari ayahnya dan juga kolega bisnis dari Amanda dan juga Arya.
Saat dirinya semakin letih dan semakin bosan, tiba-tiba saja matanya menangkap sesuatu yang di anggapnya mustahil terjadi, namun hal itu kini nyata di depan matanya.
'Bukankah itu bintang? Tapi untuk apa dia kemari? Bukankah aku sudah melarangnya untuk datang?' Batin Aditya kala matanya menangkap sosok Bintang dalam deretan diantara orang-orang yang mengantri hendak bersalaman dengan pengantin.
Aditya sama sekali tak menyangka jika Bintang akan datang. Karena ia sendiri berharap jika perempuan itu tak datang. aditya sendiri tak sanggup melihat wajah sedih di mata prempuan yang pernah singgah di hatinya tersebut.
Gemuruh di hati baik Bintang maupun Aditya semakin kencang tatkala antrian sudah mulai memendek dan keduanya hampir bertemu. Aditya sendiri merasa penasaran siapakah sosok pria berkacamata yang hadir bersama dengan Bintang. sosok yang wajahnya sepertinya tidak asing namun ia sama sekali tak mengenal siapa pria itu.
Jantung Aditya kini berdebar semakin keras, Bintang dan pasangannya kini sudah berdiri di depan matanya. Pandangan mereka pun bertemu dan Bintang tersenyum manis kearah Aditya dan juga Dinar, begitu pula dengan sosok pria di sampingnya yang juga melemparkan senyumannya.
"Selamat ya. Semoga bahagia dan lekas di beri momongan." ucap Bram dengan antusias sambil menjabat tangan Aditya.
"Selamat." ucap singkat Bintang juga saat ia menyalami Aditya, tangannya terasa dingin dan bergetar saat melakukan hal itu. Ia bahkan seperti menatap Aditya dengan ragu-ragu.
"Terimakasih." jawab Aditya sambil juga membalas jabat tangan dari Bintang.
Ia menatap lekat wajah Bintang. Perempuan itu tampak sangat cantik dengan balutan gaun yang indah. Meski Bintang mencoba untuk tersenyum namun Aditya tau betul dari sorot mata bintang yang tampak sendu jika, perempuan itu menyimpan kesedihan di hatinya.
Dinar juga bersalaman dengan Bintang dengan wajah bahagianya. Ia menebar senyuman kesemua orang yang datang meski ia tak mengenal mereka.
Disisi lain Aditya juga tampak mengamati sosok pria yang datang bersama dengan Bintang. Pria itu bertubuh tinggi tegap dan juga tampan. Di lihat dari wajahnya tampak jika pria itu lebih dewasa dari pada dirinya. Dan yang jlas pria itu tampaknya merupakan pria baik-baik, bukan pria brengsek seperti dirinya yang telah mengecewakan Bintang dengan amat sangat.
Pertemuan singkat keduanya berjalan dengan cepat karena masih ada antrian juga di belakang Bintang dan pasangannya. Bintang berlalu meninggalkan Aditya dan juga istrinya yang baru saja dinikahinya. Perempuan itu berjalan menuruni tangga panggung dengan langkah yang sedikit gontai.
Bintang menggapai tangan Bram dan menggandengnya. Tangannya sangat dingin dan sedikit gemetaran. Wajahnya kini juga berubah menjadi sedikit pucat. Seperti baru saja melihat sosok hantu yang menakutkan. Bram meliriknya sekilas saat perempuan itu meraih tangannya dan berjalan bergandengan dengannya. Tampak ada yang aneh namun lagi-lagi Bintang hanya diam. Diam seribu bahasa.
Bintang menarik tangan Bram untuk segera pergi meninggalkan gedung itu. Ia sudah tak tahan lagi berasa disana. Meskipun ia mencoba untuk iklas namun ternyata hatinya tak sekuat itu. Perasaannya kepada Aditya begitu dalam hingga luka yang twrciptamu terasa begitu sakit dan begitu menyayat hatinya. Bagaimana ia bisa melihat orang yang sesungguhnya namanya masih tersimpan rapi dihatinya menikah dengan orang lain. Tampak sangat mesra di atas pelaminan dengan saling bertukar senyuman. Sekuat apapun ia mencobanya nyatanya hatinya masihlah rapuh.
"Hei. Bintang kau kenapa? Apakah kau kebelet?" Bram yang masih tak tau apa yang terjadi hanya bertanya-tanya mengapa Bintang bersikap aneh. Bahkan sejak awal berada di pesta ini Bintang sepertinya memang tampak kurang nyaman dan tak bisa menikmati acara yang ada.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Bram Bintang masih saja menggelandang pria berkacamata itu menuju keluar gedung. Ia ingin cepat-cepat pergi dari gedung ini karena ia bahkan sudah tak sanggup lagi membendung air matanya yang sudah hampir menetes tersebut.
Bintang terus berjalan dengan mengandeng tangan Bram dengan erat. Kini mereka sudah sampai di luar gedung hanya saja Bintang bingung yang mana mobil Bram karena kini di area parkir ada banyak sekali mobil dengan warna serupa dengan mobil milik Bram. Pada akhirnya Bintang mengajak Bram ke sisi lain gedung itu. Ia memilih sebuah taman di samping gedung yang tampak sepi.
Disisi barat gedung hotel tersebut terdapat sebuah taman dan juga sebuah kolam ikan dengan air bergemericik. Kini Bintang melepaskan tangan Bram yang sedari tadi ia pegang dengan erat.
Sementara Bram justru tak mengerti kenapa kini Bintang mengajaknya kesini ketempat sepi seperti ini. Pria itu mengira jika Bintang tadi buru-buru karena sedang kebelet ingin ke toilet. Nyata nya mereka kini malah berada di sebuah taman. Taman yang sepertinya kurang di urus karena sebagian tanaman nya yang tampak mengering.
"Tolong hadap kesana saja dan jangan melihatku untuk sementara waktu." ucap Bintang dengan suara bergetar meminta Bram untuk membelakanginya.
Bram yang tak mengerti apapun hanya menurut. Karena jika mendengar dari suara Bintang yang bergetar tampaknya perempuan itu sedang tidak baik-baik saja.
"hiks.. hikss.." kini terdengar suara tangis Bintang.
Air mata yang sedari tadi ia tahan agar tidak jatuh kini ia sudah tak sanggup lagi membendungnya, pertahannya sudah mulai runtuh, air mata kini mulai jatuh berderai membasahi pipinya, suara tangis merintih juga dapat di dengar oleh Bram.
'kenapa dia menangis? apakah aku tadi mengatakan sesuatu yang buruk? atau aku melakukan sebuah kesalahan yang membuat hatinya terluka?' batin Bram yang mendengar suara tangis Bintang membuatnya jadi berpikir kalau ini adalah kesalahannya.
Sebenarnya Bram merasa sangat tidak enak. Di saat Bintang menangis ia justru hanya berdiam diri tanpa bisa melakukan apapun untuk menenangkan perempuan itu. Kini ia bahkan hanya berdiri membelakangi Bintang yang sedang menangis tanpa tau apa yang membuatnya menangis. Namun Bram paham betul untuk saat ini mungkin Bintang butuh waktu untuk meluapkan apa yang dirasakannya. Untuk saat ini Bintang butuh waktu untuk menyendiri dan menenangkan dirinya.
.
.
Tak hanya Bintang, tapi perasaan yanv sama juga dirasakan oleh Aditya. Setelah bertemu dan berjabat tangan dengan Bintang, pria itu juga merasakan ada sebuah luka di hatinya. Luka yang tak berdarah dan tak terlihat tapi begitu sangat sakit yang ia rasakan. Ia sadar ia mungkin telah sangat menyakiti hati Bintang dengan menikahi perempuan lain.
Bersambung..!