Chereads / Bertaut Janji / Chapter 28 - Tak ingin terus terpuruk

Chapter 28 - Tak ingin terus terpuruk

Bram yang mendengar jawaban Bintang tentu saja merasa senang, selain ia memang sudah mulai memiliki perasaan pada perempuan itu, ia juga telah berhasil memenuhi keinginan ibunya untuk mendapatkan calon istri pengganti tiara yang harus ia nikahai akhir tahun nanti.

"Terimakasih karna kau telah bersedia untuk menerima pinanganku. Setelah ini aku akan mengatakan dan meminta ijin dari ibumu untun mendapatkan restu." ucap Bram dengan senyum manisnya. Di balik kacamata nya itu Bram tampak berbinar.

Keduanya pun kini kembali menuju mobil meninggal kan lokasi gedung hotel yang di gunakan untuk pernikahan Aditya dengan Dinar.

Meski awalnya Bintang merasa ragu untuk menerima Bram namun ketika dokter muda itu menggandeng tangannya menuju mobil Bintang tampak tersenyum tipis. Bram juga membantu bintang untuk membuka pintu mobil.

Sejenak Bintang memandang kembali bangunan hotel dimana tamu masih terus berdatangan untuk mendatangi pernikahan Aditya yang merupakan putra dari pengusaha ternama.

Saat pertama datang tadi hati Bintang terasa sakit ia ragu untuk masuk. Dan di dalam hatinya sudah cukup luluh lantak melihat Aditya dan istrinya bersanding di pelaminan. Namun kini Bintang melirik pria yang da di sampingnya. Ia sadar hidup tak melulu harus melihat ke belakang dan meratapi kesedihan da rasa sakit di dalam hatinya. Karena kini faktanya ia justru mendapatkan sesuatu yang lebih baik di waktu yang tepat di saat ia terluka. Walau entah apakah ini di sebut pelarian atau tidak, setidaknya mulai hari ini Bintang tak akan merasa sakit hati lagi. Ia ingin benar-benar move on dan melanjutkan. hidupnya untuk bisa meraih kebahagiaan.

Kini Bintang dan Bram sudah sampai di rumah Bintang. Bram mengantarkan bintang dengan selamat hingga sampai kerumah. Tentunya sekaligus ingin mengatakan sesuatu tentang hubungan mereka berdua kepada Bu Mirna, ibu dari Bintang.

"Assalamualaikum.." ucap Bintang yang masuk ke dalam rumah sederhana miliknya itu.

"Waalaikumsalam, Bintang. Apakah kau baik-baim saja?" tanya bu Mirna gang tampak khawatir. Tentu saja sedari tadi wanita itu begitu cemas dengan kondisi mentak putrinya. Ia takut jika Bintang tak akan sanggup melihat pria yabg pernah di cintainya yang mungkin hingga detik ini masih ada di dalam hatinya, hari ini menikah dan bersanding dengan orang lain.

"Ibu ini apaan sih. Tentu saja aku gak apa-apa." walau sebenarnya mata Bintang sembab menjelaskan hal yang berbeda.

"Anda tenang saja. Bintang tak apa-apa, emm sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu." ucap Bram yang ingin mengatakan niat baiknya untuk melamar Bintang.

"Ada apa ya? Apakah ada masalah?" tanya bu mirna yang merasa penasaran karna melihat wajah Bram yang tampak tegang dan begitu serius.

Wanita itu memandang ke arah Bintang mencoba bertanya dengan tatapan matanya. Namun Bintang berkedip mengisyaratkan jika ibu nya itu harus mendengarkan dulu apa yang akan di bicarakan oleh pria berkaca mata yang duduk tak jauh darinya.

"Jadi begini, saya dan Bintang sudah memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Dan karena latar belakang kami yang di masa lalu memiliki masalah yang hampir sama yaitu pernah di khianati oleh pasangan, jadi kami memutuskan untuk langsung menikah tanpa berpacaran. Jadi saya ingin meminang Bintang menjadi istri saya."

"Me.. Me.. Menikah? Kalian mau menikah?" ucap mirna dengan tergagap karena merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Ya, ibu. Kami mau menikah. Aku merasa jika pak Bram adalah pria yang baik."

"Tapi apakah kau serius? Dan apakah hubungan yang kalian pilih ini bukan karena pelarian semata?" tanya Mirna yang takut jika hanya karena pelarian atas patah hati yang pernah mereka rasakan sebelumnya justru akan membuat pernikahan mereka menjadi tidak langgeng nantinya.

"Tante tenang saja, kami sudah sama-sama dewasa dan kami yakin dengan keputusan yang kami pilih. Lagi pula saya serius kok dengan Bintang dan jika tante mengijinkan saya ingin mengajak Bintang ke jogja untuk di kenalkan dengan keluarga saya yang ada di sana." tukas Bram yang meminta ijin kepada mirna untuk mengenalkan Bintang kepada orang tuanya sebagai calon istrinya.

Tentu saja mirna menyetujui hal itu. Karna sebelumnya wanita itu juga sudah merasa srek dengan Bram. Dan ia yakin kalau bram adalah pria yang akan bisa membahagiakan putrinya dan melupakan rasa kecewa dan sakit hati yang pernah dirasakan oleh Bintang gara-gara perlakuan Aditya yang meninggalkan Bintang tanpa sebab bahkan memutuskan hubungan mereka lalu menikahi perempuan lainnya.

Tak lama kemudian Bram pun berpamitan dengan sopan kepada Mirna. Ia harus segera pulang karna dia ada shif malam untuk menjadi dokter jaga di rumah sakit tempat ia bekerja.

Selepas kepergian Bram, Bintang masuk kedalam kamarnya dan mengganti gaun indahnya dengan pakaian yang biasa. Ia menghapus riasan pada wajahnya dengan kapas yang telah di basahi dengan cairan. Suara pintu yang tak terkunci itu terdengar di buka okeh seseorang, tentu saja itu adalah Mirna yang masuk kedalam kamar putrinya. Ia menatap wajah putrinya dari kaca yanv ada di hadapan Bintang.

"Ada apa buk?" tanya Bintang yang merasa jika ibunya ingin mengatakan sesuatu kepada dirinya.

"Apakah kau sudah yakin dengan keputusan mu itu?"

"Tentang menikah dengan pak Bram? Bukankah aku tadi sudah mengatakan jawaban ku kepada Ibu?"

"Ya, ibuk sudah mendengar hal itu tentang jawabanmu. Tapi yang ingin ibuk tanyakan dan ingin ibuk pastikan adalah apakah kau yakin hatimu mampu untuk menerima pak Bram dengan tulus? Ingat nak, ini adalah sebuah pernikahan. Dan pernikahan itu bukanlah suatu hal yang main-main."

Bintang menghentikan gerakan tangannya yang menghapus makeup di wajahnya. ia terdiam sesaat ketika meresapi apa yang ibunya itu katakan.

"Lalu aku harus bagaimana Buk? Aku tak ingin terus menerus merasa terpuruk. Bukankah ibu sendiri juga bilang dan menyarankan agar aku membuka hati untuk pak Bram? Lalu dimana letak kesalahanku sekarang?"

"Kau tidak salah. Dan keputusanmu itu memang sudah tepat. Pak Bram adalah orang yang baik dan ibuk bisa meyakini hal itu. Namun ibuk ragu jika kau akan bisa mencintainya dengan tulus. Ibuk hanya ingin kau bahagia dengan pernikahanmu dengannya nanti, dan ibu tak ingin kau membuatnya kecewa dan terluka karna kau sesungguhnya masih mencintai orang lain di dalam lubuk hatimu."

Perkataan ibunya barusan ternyata sukses membuat Bintang menangis. Ibunya tau betul apa yang ada di dalam hatinya. Bintang tak kuasa untuk menahan air matanya, ia kemudian memeluk ibunya dan meluapkan perasaannya dengan menangis dinpekukan wanita itu.

"Ibuk. Aku benar-benar ingin melupakan adit, Aku tak tau apakah aku akan bisa mencintai pak Bram dengan setulus hatiku atau tidak. Aku sendiri bahkan tak tau bagaimana membuang jauh nama Aditya di dalam hatiku ini." ucap Bintang sambil menangis terisak.

Bintang memang mencintai Aditya terlalu dalam. Sejak Aditya pernah menggagalkan pernikahannya dengan seorang pria tua karna masalah hutang, Bintang memang sudah mematrikan hatinya untuk Aditya. Sangat sulit untuk menghapus nama itu dalam hatinya karna bagi Bintang Aditya bukan hanya cinta pertamanya tapi juga sosok malaikat penolong untuknya.