Chereads / Bertaut Janji / Chapter 29 - Bukan gila tapi jatuh cinta

Chapter 29 - Bukan gila tapi jatuh cinta

"Pak Bram, apakah Kau akan benar-benar bisa untuk menerimaku segenap hatiku? Aku takut, takut jika nantinya aku hanya akan mengecewakanmu." gumam Bintang yang terbaring di atas tempat tidur sambil memandang kearah langit-langit kamarnya.

Bintang kembali teringat apa yang terjadi hari ini. Hari dimana hatinya begitu sangat terluka, mekipun ia sudah memutuskan untuk melepaskan Aditya. Namun faktanya ia bahkan tetap merasa sakit saat melihat aditya bersanding dengan sosok perempuan lain di atas pelaminan.

Memang perempuan yang Aditya nikahi jauh lebih cantik darinya. Jika di lihat gadis itu adalah gadis dari keluarga kaya dan berpendidikan. Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya berasal dari keluarga sederhana dan ia juga tidak berpendidikan. Dirinya juga bahkan pernah bekerja sebagai seorang cleaning servis. Memang pantas jika Aditya memutuskan hubungan dengannya dan memilih perempuan lain yang sepadan dengannya.

Bintang kembali teringat ekspresi wajah Aditya saat menatap dirinya, Bintang merasa jika tatapan mata Aditya seolah bicara jika dia masih mengharapkan Bintang namun faktanya dia begitu bahagia dengan perempuan yang kini menjadi istrinya. Aditya memang tampak serasi dengan perempuan bernama Dinar tersebut.

"Huuhh.. Kenapa sulit sekali melupakan apa yang terjadi hari ini?" gumam Bintang sambil melepaskan napas panjang, selalu ia ingin membuang semua beban dalam hati dan pikirannya.

Berbeda hal dengan apa yang malam ini dirasakan oleh Bram. Pria yang malam ini sedang shif malam di rumah sakit tersebut mengingat bagaimana Bintang menerima lamaran nya. Pria berkacamata itu tersenyum sendiri saat mengingat semua itu. Ia sendiri tak menyangka jika pada akhirnya Bintang akan setuju dengan keputusannya.

Awalnya Bram memang ragu dan tak yakin akan bisa menemukan perempuan pengganti yang siap untuk di nikahi akhir tahun ini, setelah Tiara memutuskan untuk meninggalkan dirinya dan membatalkan pernikahan dengannya. Sedangkan mamanya bersikukuh jika ia harus tetap menikah akhir tahun ini apapun yang terjadi.

Sebenarnya Bram sendiri tidak sadar kapan dan bagaimana awalnya ia mulai memiliki perasaan kepada Bintang. Ia tak tau jika diam-diam ia memang sudah jatuh cinta kepada sosok perempuan sederhana yang bahkan pertemuan pertama mereka terjadi secara tidak sengaja. Bram mengenang bagaimana pertama kali mereka bertemu, yaitu saat ia bahkan secara tidak sengaja menabrak Bintang yang sedang mengendarai motor maticnya dari belakang hingga membuat perempuan itu cedera.

"Bram, are you okey?" ucap seseorang mengagetkan dokter muda berkacamata tersebut.

"Oh kamu Han? Mengagetkan aku saja," ujar Bram kepada Raihan. Rekan sesama dokter yang bertugas jaga malam bersama dirinya.

"Mengagetkan? Hello.. Aku bahkan sudah sejak tadi ada disini, tapi justru kau yang tidak sadar dengan kehadiranku. Tubuhmu ada disini sedangkan pikiranmu entah larinya kemana, kau tau? Sejak tadi kau bahkan hanya melamun sambil senyam senyum sendiri," ucap Raihan yang menyindir Bram. Membuat Bram seketika menjadi malu.

"Hei, kau pikir aku gila? Senyum-senyum sendiri?" bram berusaha menyangkal apa yang Raihan katakan kepada dirinya.

"Tapi faktanya memang begitu kan? Tunggu.. Tunggu.. Sepertinya kau bukannya sedang gila. Tapi kau sedang jatuh cinta. Benar kan?" tebakan Raihan sukses membuat Bram menjadi malu dan salah tingkah.

"Ah sudahlah. Gila kau ini." Bram beranjak dari tempatnya dan berjalan pergi meninggalkan Reihan yang menertawainya.

"Hei kau mau kemana? Kau ini seperti perempuan aja kalau sedang malu malah pergi."

"Aku mau cari kopi." tukas Bram sambil berlalu pergi.

"Hei obatmu itu seharusnya bukan kopi tapi minta di kawinin..!" sindir Raihan sambil tertawa keras walaupun Bram sudah beranjak pergi tapinRaihan yakin jika Bram mendengar apa yang ia ucapkan barusan.

***

Pesta pernikahan sudah berakhir namun Aditya masih berpesta dengan teman-temannya. Sementara Dinar sudah pulang lebih dulu ke rumah keluarga Danu Dirja.

Aditya menghabiskan pergantian malam dengan berpesta di temani dengan alkohol, Aditya yang sudah sangat kama tak menyentuh alkohol hari ini bahkan bisa menghabiskan beberapa gelas minuman memabukkna tersebut. Meski hari ini adakah hari pernikahan yang semestinya membuat dirinya bahagia, namun kenyataannya hatinya begitu hancur. Aditya tak bisa melupakan bagaimana hari ini Bintang perempuan yang pernah ada di hatinya, bahkan hingga kini. Datang ke pesta pernikahannya bersama dengan seorang pria lain. Pria yang sama yang pernah ia lihat di sebuah butik.

"Hei pengantin baru, malam ini jangan minum banyak-banyak! Nanti kau tak bisa menikmati malam pengantinmu jika terlalu mabuk seperti ini." ujar salah seorang dari 5 teman Aditya.

"Aku? Kau pikir aku selemah itu?" jawab Aditya yang bahkan setengah sadar namun ia berpura-pura seolah ia masih mampu untuk mengendalikan dirinya dari pengaruh alkohol.

"Hei Dit, harusnya kau itu minum obat kuat bukan malah minum alkohol. Nanti begitu kau main di atas ranjang baru satu ronde kau sudah keok?" ucap teman lainnya menimpali.

"Jangankan satu ronde. Aku bahkan tidak yakin kalau Adit bisa naik ke atas ranjang untuk mencium istrinya." sindir pria itu yang melihat jika Adit tampak sudah sangat mabuk.

"Atau malah jangan-jangan istrinya tak mau dicium karena dia bau alkohol. Iiiuuuw.. hahahaha."

Semua orang menertawakan Aditya. Pria itu menjadi marah dan melempar gelas kaca yang di bawanya dengan kasar bahkan sisa air dalam gelas itu juga sampai berserakan di lantai.

"Tutup mulut kalian! Memangnya kalian pikir aku ini pria lemah? Apakah kalian pikir aku ini seorang sad boy yang akan kalah dari seorang perempuan? Jangan hanya karena pria itu lebih tampan atau lebih dewasa dariku dia menjadi sombong dan bersikap seolah akulah yang kalah." ucap Aditya tanpa sadar.

Sedangkan kelima teman aditya saling melirik satu sama yang lainnya karena merasa tak mengerti dengan apa yang Aditya ucapkan barusan. Karena ucapannya sama sekali tidak nyambung.

Beberapa teman nya yang juga sama-sama mabuk tak perduli bahkan malah tertawa, tapi beberapa teman lain yang tak terlaku mabuk merasa jika kondisi Aditya sudah sangat buruk karena terlalu mabuk sampai-sampai ucapannya meracau seperti itu.

"Hei gaes.. Sepertinya kita harus mengakhiri pesta malam ini. Jika pengantin pria pulang setelah pesta lajang nya dengan kondisi seperti ini kita bisa di bunuh oleh om Bima. Kau tau sendiri kan om Bima cukup galak. Apalagi jika tau putranya sampai mabuk parah seperti ini di malam pernikahannya."

"Iya kau benar, dan kasihan juga dengan istrinya yang telah menunggu. Pasti istrinya sudah harap-harap cemas menantikan suaminya di malam pengantin mereka."

"Baiklah lebih baik aku mengantarkan dia pulang sekarang senelum terjadi masalah nantinya. Dan kau, tolong antarkan teman-teman yang lain!"

kedua teman Aditya yang tidak mabuk membantu teman nya yang mabuk berat dengan mengantar mereka pulang ke rumah masing-masing.