Chereads / Bertaut Janji / Chapter 27 - Pinangan Bram

Chapter 27 - Pinangan Bram

"Apakah sudah selesai menangis nya?"

Bintang menoleh dan menghapus air matanya. "Maaf karena kau harus menunggu aku yang hanya menangis ini."

"Maaf sebelumnya, tapi kalau boleh tau kenapa kau tiba-tiba menangis?" tanya Bram yang merasa penasaran.

Bintang menghela napas sejenak. Namun kemudian ia Mulai bicara, mungkin dengan berbagi tentang masalah yang ia alami dengan seseorang perasaannya akan jadi lebih baik. "Ya. Jadi aku sempat pernah memiliki hubungan dengan seseorang. Aku menjalani hubungan jarak jauh dengan seorang pemuda yang bagiku dia adalah seorang malaikat pelindungku. Namun ternyata aku salah, cukup lama hubungan kami terasa hambar karena komunikasi yang tak berjalan dengan lancar. Aku mendapati dia ternyata bersama dengan perempuan lain." Bram cukup terkejut karena memang benar jika kisah hidupnya dan Bintang hampir sama. "Saat ia kembali ke indonesia. Dia memutuskan hubungan kami dan dia memutuskan untuk menikahi orang lain."

"Menikahi orang lain? Apakah maksudmu dia adalah.." Bram mencoba untuk mencerna cerita Bintang dan dia bisa menduga siapa sosok yang tengah di ceritakan oleh Bintang kepadanya.

"Ya, dia alah Aditya danidirja adik dari Bu Amanda danudirja." apa gang di katakan Bintang membuat Bram tercengang. Ia tak menyangka jika adik ipar dari sepupunya itu ternyata adalah orang yang telah membuat Bintang terpuruk seperti ini. Ia tau betul apa yang kini tengah dirasakan eh Bintang karena ia sendiri juga mengalami hal yang sama karena telah di khianati oleh tunangannya sendiri yaitu Tiara yang selingkuh di depan matanya.

"Aki tak tau kenapa tuhan mempertemukan aku denganmu. Terlebih ternyata kisah kita begitu mirip. Aku juga mendapati tunangan ku selingkuh dengan pria lain. Sedangkan kau juga mendapati pacarmu berhubungan dengan perempuan lain. Bukankah kita adalah sad boy dan sad girl? Hahaha miris sekali." tukas Bram dengan sudut bibir yang tersungging.

Bintang menoleh dan menatap Bram ia memiliki sebuah pemikiran yang sebenarnya sempat hinggap di otaknya. Pemikiran yang sebenarnya menurutnya sendiri tidak masuk di akal.

"Pak Bram. Maaf sebelumnya. Mungkin apa yang aku katakan ini terdengar bagai sebaib lelucon tapi mungkin tak ada salahnya jika kita yang sama-sama pernah terluka karena hal yang sama dan pernah tersakiti ini menjalin hubungan." ucap Bintang yang sangat diluar dugaan Bram.

Bram melebarkan bola matanya tak menyangka jika Bintang akan memberinya tawaran yang gak pernah ia sangka bahkan tanpa rasa canggung atau rasa malu sedikitpun.

"Bintang? Apakah kau sadar dengan apa yang kau ucapkan barusan?"

"Ini hanya unek-unekku saja sih. Tapi jika memang oak Bram tam mau juga tak apa-apa. Kau berhak untuk menolak. Lagi pula kita memang tidak sepadan. Mana mungkin orang seperti pak bram mau dengan perempuan seperti diriku ini. Gadis sederhana yang tak memiliki pendidikan yang tinggi. Aku bahkan adalah seorang mantan cleaning servis. Huuuh.." ucao Bintang sambil mendengus. Kini ia justru merasa malu karena telah mengatakan hal yang terlalu berani seolah tak tau malu siapa dirinya bicara seperti itu kepada Bram. "Sudahlah. Kalau begitu ayo kita pulang saja. Hatiku sudah cukup hancur disini. Aku ingin mambalut luka ini sendiri." imbuh Bintang sambil beranjak dari tempatnya. Ia berdiri dan berjalan mendahului Bram yang masih duduk termangu. Bintang berpikir jika dirinya ini sudah gila dengan menanyakan hal itu kepada Bram.

"Tunggu..!" Bram meraih tangan Bintang mencegahnya untuk pergi. Bintang sendiri terkesiap dengan sikap Bram yang tiba-tiba meraih tangannya.

Bram memikirkan kata-kata Bintang barusan. Ini memang tak pernah ia sangka sebelumnya. Tapi bukankah ia juga sedang mencari seorang istri yang harus ia dapatkan dalam waktu dekat. Ia sendiri bahkan juga sudah berjanji kepada mamanyabunyuk mendapatkan perempuan pengganti Tiara yang siap untuk dinikahi akhir tahun ini. Lagi pula Bintang juga adalah merupakan kandidat terbaik yang ia pikirkan. Mungkin tak ada salahnya jika mereka berdua memang menjalani hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan.

"Baiklah. Aku mau. Aku mau untuk memulai hubungan baru denganmu. Karena aku juga sedang mencari seseorang untuk bersamaku. Jadi maukah kau menikah denganku?" ucap Bram yang membuat Bintang tersentak seketika.

"Tunggu, tunggu.. Apakah kau barusan melamarku?" tanya Bintang yang tak percaya dengan aoa yang telah ia dengar. "Hei, aku kan tadi bilang untuk saling berhubungan. Bukan berarti untuk menikah kan?"

"Ya. Tapi aku memang sedang mencari istri bukan mencari seorang pacar. Aku ingin memiliki hubungan yang serius. Bukan hubungan main-main lagi. Dan aku juga tak ingin gagal lagi. Dan lagi pula mamaku memintaku untuk mencari istri sebelum akhir tahun. Karena kita akan menikah akhir tahun nanti."

"Apakah pak Bram ini sedang mabuk. Kau baru saja melamarku. Dan aku juga belum memberikan jawabanku kan? Lalu kenapa kau bilang kita sudah harus menikah akhir tahun nanti? Bukankah itu hanya tinggal hitungan bulan saja?" tanya Bintang yang setengah tak percaya dengan apa yang baru saja Bram ucapkan.

"Aku serius Bintang. Aku memang sedang mencari seorang istri."

"Tapi aku tak mau jika kita menikah karena sebuah keterpaksaan. Kita bahkan memulai hubungan ini karena kita sama-sama memiliki masalah yang sama."

"Ya. Aku tau itu. Tapi sebenarnya tanpa kau memintaku untuk memulai suatu hubungan denganmu sebenarnya aku memang sudah mulai menyukaimu. Aku memang memiliki sebuah perasaan kepadamu. Dan kau adalah kandidat istri untukku." aku Bram yang jujur tentang perasaan yang memang mulai tumbuh di hatinya kepada sosok perempuan yang ada di hadapannya kini.

Bintang mengerjab-ngerjabkan matanya mendengar hak itu. Ini bagaikan sebuah mimpi di siang bolong. Ia bahkan baru saja patah hati karena melihat Aditya, pria yabg masih ada di relung hatinya menikah de gan perempuan lain. Dan detik ini ia dilamar oleh seorang dokter muda tampan yang ternyata memiliki perasaan kepadanya.

"Apakah pak Bram serius?" tanya Bintang yang merasa tak yakin denga. apa yang Bram ucapkan kepadanya. karena menurut Bintang hal ini bagaikan sebuah khayalannya saja.

"Ini adalah sebuah pernikahan. Dan aku tak akan bermain-main dengan hubungan itu." mendadak Bintang menjadi tegang. Ia yang tadi menawarkan diri untuk menjalin hubungan mendadak merasa ragu apakah ia memang harus menerima pinangan Bram dan siap menjadi istrinya dalam waktu dekat.

Bintang berpikir sejenak. Namun suara Bram yang pura-pura batuk menyadarkan diri nya untuk segera mengambil keputusan.

"Emm.. Baiklah. Aku bersedia." jawab Bintang dengan yakin. Karena menurutnya ini merupakan sebuah kesempatan yang langka. Ia yang baru saja patah hati. Belum tentu bisa mendapatkan seorang pria yang memiliki kualitas baik seperti Bram, dia adakah seorang dokter muda, baik hati dan tampan.

Bersambung..