Andra semakin menunduk. tubuhnya bergetar hebat, keringat mulai keluar membasahi pakaiannya. Sultan yang melihat tingkah Andra hanya tersenyum lalu mendehem.
"Ehm."
Andra mengangkat wajahnya yang sudah merah. Sultan memegang dagu Andra dan mengangkatnya agar Andra mau menatap wajahnya. Andra menurut pada semua tindakan sultan. Ia tatap wajah sultan yang menatapnya lembut.
"A-ampun, Yang Mulia. Hamba. . . ."
"Aku tahu kau anak yang baik. Meski kau dilahirkan dari benih Indra Wijaya yang suka memainkan perasaan wanita, aku yakin ada separuh jiwa yang baik yang diturunkan oleh ibumu kepadamu, Andra."
Sultan melepaskan pegangannya di dagu Andra, lalu memegang pundak laki-laki muda di hadapannya. Perlahan sultan mengelus pundak Andra yang nampak rapuh dengan penuh kasih sayang.
"Apakah kau menyesal karena telah menolak anakku Amira?"
"Yang Mulia mengatakan putri Amira bisu, Buta dan tuli. Saya tidak mengira kalau Yang Mulia membohongiku."