"Perhatikan gambar ini, Rashid, anakku. Kau bisa melihat dengan jelas bahwa ini adalah ibumu dan ini aku. Kau tahu siapa laki-laki yang hanya nampak punggungnya ini?"
Rashid menggeleng. ia hanya meihat punggung seorang laki-laki yang baginya sangat tidak asing. Ia mencoba mendongak melihat laki-laki yang mengaku sebagai ayahnya dengan air mata yang nampak sudah mulai mengalir di pipinya.
"Apakah ini Kanjeng Romo sultan?"
"Ha ha ha, kau masih mau memanggil laki-laki yang sudah memporakporandakan keluarga kita dengan sebutan Kanjeng Romo, Rashid? Apakah aku tidak salah dengar? Denganku kau memanggil penjahat sedang dengan penjahat yang sebenarnya kau memanggil Kanjeng Romo."
"Aku bingung harus menentukan langkahku, Paman. aku bingung. Jangan kau paksa aku untuk menerimamu sebagai ayahku karena aku belum terbiasa."
"Baiklah, aku akan menunggu kesiapanmu. Saat kau sudah yakin bahwa aku berkata yang sebenarnya, saat itulah kau harus datang kepadaku untuk bergabung dengan pasukanku."