Luna segera meraih ponsel dengan casing berwarna merah muda yang disodorkan Raissa untuk melihat hasil foto yang ia ambil guna membuktikan perkataan sahabatnya. Tangannya mulai mengusap layar ponsel untuk memperbesar gambar. Mata gadis itu pun terbelalak saat melihat potret bagian belakangnya. Ia sangat terkejut karena rok putih yang ia kenakan kini telah bernoda.
"Ya ampun, apa ini merah-merah di belakang rok gue," ujarnya yang lalu mengembalikan ponsel Raissa. Ia kemudian memutar sedikit kepalanya ke arah belakang sembari menarik bagian belakang roknya. Ia ingin melihat secara langsung noda merah itu dengan menggeser roknya sedikit ke arah samping agar noda tersebut terlihat olehnya.
"Kok bisa begini, sih? Ini noda apa, mana banyak banget lagi," tanya gadis itu heran karena saat ini ia sedang tidak haid. Terlebih lagi saat di rumah tadi, roknya masih berwarna putih bersih tanpa noda.
"Duh, gimana ini, Risa?" tanya Luna pada sahabatnya dengan raut wajah cemas dan juga bingung.
"Gue juga bingung, Lun. Lagian bisa-bisanya di rok lo ada nodanya begitu," jawab Raissa yang juga kebingungan. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk sahabatnya.
Sementara itu, Clara yang tengah berdiri di barisan paling depan mendengar percakapan antara Luna dengan Raissa. Ia kemudian menolehkan kepalanya ke arah belakang sembari tersenyum miring.
'Rasain, tuh. Kemarin lo udah buat gue malu di depan anggota kelompok karena gue ditegur nyokap, sekarang giliran lo yang malu di depan satu sekolah,' ujar gadis itu dalam hati.
Raissa menyadari Clara tengah menengok ke arah mereka yang tengah berdiri di barisan belakang dengan posisi yang masih berantakan karena upacara belum dimulai. Matanya memicing seakan mencium gelagat tidak beres pada orang yang membenci sahabatnya.
Sempat terlintas di pikirannya bahwa ini semua adalah ulah Clara karena pagi ini, ia datang paling awal di kelas. Namun, Raissa menyimpan sendiri pikiran buruknya tersebut sebab ia tidak mau menuduh tanpa bukti.
'Apa mungkin ini ulahnya si Clara, ya?' Raissa membatin.
Raissa berencana untuk memeriksa kursi Luna setelah upacara selesai. Ia ingin mencari kebenaran atas dugaannya terhadap gadis picik itu.
Setelah pelaksanaan upacara selesai, Raissa segera berlari menuju ke kelas sebelum teman-temannya yang lain sampai. Sementara itu, Luna pergi ke kamar mandi untuk membersihkan roknya dari noda.
Raisa kini sudah sampai di dalam kelas. Ia kemudian duduk di bangkunya, lalu menempelkan tangan sembari mengarahkan pandangan ke atas kursi milik Luna. Matanya menangkap ada sesuatu yang aneh ketika melihat kursi Luna terdapat tumpahan tinta berwarna merah.
"Ya ampun, jadi rok Luna bisa ada noda merah kaya gitu karena di atas kursinya ada tumpahan tinta," gumamnya yang kini telah mengetahui penyebab merahnya bagian belakang rok Luna. "Tapi siapa, ya,yang tega ngelakuin ini ke Luna?" Gadis itu bertanya-tanya.
Raissa mencoba menganalisa setiap kejadian pada hari ini. Dimulai dari Clara yang datang ke sekolah lebih awal dari siswa yang lainnya. Lalu tinta merah yang masih basah sehingga bisa mengotori rok Luna. Itu berarti bahwa tinta tersebut ditumpahkan beberapa menit sebelum kedatangan Luna.
"Gak salah lagi, pasti pelakunya si Clara." Dugaan Raisa bahwa Clara adalah pelakunya semakin kuat. Namun, ia tidak tahu bagaimana cara membuktikan dugaannya tersebut. Ia juga tak mau gegabah menuduh tanpa bukti.
Raisa berencana untuk bertanya langsung perihal kejadian ini pada Clara pada saat jam istirahat. Ia juga ingin tahu kenapa Clara yang terbiasa datang nyaris terlambat tiba-tiba saja sudah sampai di kelas sebelum siswa yang lainnya datang.
"Gue harus nanya langsung ke Clara nanti," gumam gadis itu.
Tak berselang lama, Clara dan juga Hilda masuk ke dalam kelas. Raisa yang melihat kedatangan Clara menatap ke arah orang yang memusuhi sahabatnya itu dengan tatapan curiga, seakan ia tahu kejadian yang sebenarnya.
Sementara itu, Clara hanya tersenyum sinis melihat Raisa yang menatapnya seperti itu. Ia berusaha mengabaikannya karena musuhnya bukanlah Raissa. Maka dari itu, ia tidak ingin mencari masalah dengannya.
Ketika jam istirahat tiba, Clara yang tengah berjalan menuju kantin bersama dengan Hilda tiba-tiba saja diberhentikan oleh Raisa yang berjalan di belakang mereka.
"Tunggu Clara, gue mau ngomong sama lu dulu sebentar," panggil Luna.
Clara segera menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ketika ia tahu bahwa orang itu adalah Raissa, ia pun terkejut. Ia pun tak tahu, apa yang ingin Raissa bicarakan dengannya.
"Sini ikut gue sebentar," Raissa segera menarik tangannya tanpa meminta persetujuan bahwa ia bersedia untuk berbicara empat mata.
"Lepasin!" ujar Clara sembari menarik tangannya dari genggaman Raissa. Namun, ia kembali menarik tangan Clara agar ia tak pergi.
"Oke, to the poin aja, kenapa hari ini lo datang ke sekolah lebih awal dari biasanya?" Raissa mulai mencecarnya dengan pertanyaan.
"Bukan urusan lo! Gue mau datang ke sekolah telat, kek, datang lebih awal, kek, suka-suka gue, dong!" jawab Raissa dengan nada ketus, kemudian pergi meninggalkannya.
"Apa lo yang udah numpahin tinta merah ke atas kursi Luna?" tanya Raissa tiba-tiba saat Clara hendak pergi bersama Hilda ke arah kantin.
Mendengar pertanyaan Raissa tersebut, sontak mata Clara terbelalak. Bagaimana orang itu bisa tahu bahwa ia adalah pelaku dibalik noda merah yang ada di rok Luna? Namun, Clara berusaha untuk tetap tenang dan santai agar Raissa tidak curiga terhadapnya. Ia pun menoleh ke arah Raissa untuk merespon pertanyaannya itu.
"Jangan sembarang nuduh, ya! Lo sama sekali gak punya bukti untuk nuduh gue," ujar Clara membela diri.
Raissa pun terdiam, ia kemudian berinisiatif untuk mencari bukti, siapa orang dibalik kejadian memalukan yang menimpa Luna hari ini dengan cara melapor pada wali kelas mereka.
"Kayanya gue harus lapor Bu Retno tentang masalah ini," gumam Raissa yang kemudian berjalan menuju ruang guru.
Gadis itu kemudian mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam ruang guru. Ia kemudian menghampiri sang guru, lalu menciumi tangannya, dan langsung menyampaikan maksud dan tujuannya.
"Bu, hari ini rok Luna kena noda tinta merah. Pas saya cek setelah selesai upacara, ternyata noda itu dari kursinya Luna. Kayanya di kelas ada yang tumpahin tinta itu ke atas kursinya Luna, Bu."
"Apa?! Ya sudah, nanti Ibu ajak guru BP untuk razia di kelas. Kamu tunggu aja, ya."
Saat sang wali kelas merespon laporannya dengan sigap, Raisa pun merasa lega. Dengan dilakukannya razia ini, orang yang telah menumpahkan tinta ke atas meja Luna pun akan segera terungkap.
Saat jam pelajaran setelah jam istirahat dimulai, Bu Retno dan Bu Dwi datang ke kelas mereka. Kedua guru itu meminta izin kepada guru mata pelajaran untuk melakukan razia.
"Mohon semuanya berdiri dan maju ke depan kelas sekarang! Saya dan Bu Retno akan melakukan razia," ujar guru BP tersebut dengan suara lantang.