Chereads / Mencintaimu Dalam Diam / Chapter 14 - Chapter 13

Chapter 14 - Chapter 13

Aiza menatap cermin didepannya. Ia sudah rapi dengan pakaian syar'i ala kadarnya yang menurutnya tertutup dan sopan.

Hari ini adalah hari Minggu sehingga waktu luang untuk berjalan ataupun bersantai sangatlah cocok. Masih ada waktu satu jam untuk bersiap diri menemani Arvino yang katanya ingin mendatangi rekannya si pemilik butik busana muslim itu.

Wajah Aiza berseri karena tidak sabar menantikannya apalagi ini pertama kalinya ia akan semobil dengan pria tampan yang membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama. Si pria beriris biru meskipun ada sisi lain yang membuat Aiza sebal mengenai hutang itu.

Aiza meraih sebuah lipstik matte berwarna pink soft kemudian memolesnya ke bibir agar terlihat lebih fresh namun baru saja memoleskannya di bibirnya, Aiza terdiam menatap wajahnya di cermin didepannya.

"Aku hanya bertemu dengan Pak Arvino untuk apa aku berpoles seperti ini kepada yang bukan mahramku?" gumam Aiza dengan sendirinya.

Aiza meraih tisu dan segera menghapus sisa lipstik matte yang baru saja ia pakai lalu memilih untuk tidak memakainya.

Aiza menanamkan pada dirinya sendiri untuk tidak berpoles didepan lelaki manapun kecuali didepan suaminya kelak.

Pintu terketuk dan suara Reva yang memanggilnya membuat Aiza segera berdiri dari duduknya kemudian membuka pintu kostnya.

"Hai Za, kamu sudah siap?"

Aiza mengangguk. "Sudah."

"Pak Arvino baru saja menghubungiku dan katanya sebentar lagi beliau akan menuju kemari. Tapi aku tidak habis pikir."

Reva tidak melanjutkan ceritanya dan masuk dengan santainya kekamar Aiza seolah-olah kamar tersebut adalah kamar miliknya. Reva pun duduk begitu saja di atas karpet berbulu.

"Seharusnya kegiatan seperti ini adalah kegiatan kalian berdua kan? Maksudku kamu dan Pak Arvino, tapi kenapa tiba-tiba kalian mengajakku?" tanya Reva dengan bingung.

Aiza menutup pintu kamar kostnya dan berpura-pura menyibukkan diri dengan memainkan ponselnya agar kegugupannya yang akan bertemu dengan Arvino tidak terlihat dengan jelas.

"Agar tidak terjadi fitnah diantara kami itu saja. Pak Arvino bukan mahramku."

"Tapi ada benarnya juga sih." ucap Reva lagi. "Disisilain kamu bisa terhindar dari bullyan mahasiswi lain yang tanpa sengaja melihat kalian berdua dijalan."

"Oh iya, kamu tahu tempat butik muslimah yang akan kita datangi sebentar lagi? Itu adalah satu pemilik desainer ternama bernama Adila."

Aiza menggeleng. "Aku tidak tahu tentang dia."

Suara deringan ponsel milik Reva menghentikan obrolan mereka. Reva menatap layarnya dan nama Fikri terpampang disana.

Tanpa Reva sadari, Aiza melihat sejenak ekspresi Reva yang terlihat tersenyum malu-malu dan Reva pun segera berdiri dari duduknya.

"Em, aku keluar sebentar. Fikri menghubungiku."

Aiza hanya mengangguk hingga Reva keluar dari kamarnya dengan raut wajah merona merah. Apakah Reva menyukai Fikri?

Ntahlah, Aiza tidak ingin mencari tahu apalagi mengurusi hidup seseorang bukanlah kebiasaannya sejak dulu.

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Fikri baru saja mematikan ponselnya saat pintu kamarnya terbuka. Ia menoleh ke ambang pintu dan mendapati Arvino, si kakak kandungnya itu berdiri disana dengan stelan pakaiannya yang sudah rapi.

"Sudah siap?"

Fikri mengangguk. "Sudah."

Arvino memasuki kamar adiknya yang usianya terpaut 9 tahun darinya. Fikri, anak kedua dari pasangan Azka dan Ayu itu adalah adik kandung Arvino yang memang berkuliah ditempat ia mengajar dan satu jurusan dengan Reva, sosok gadis yang merupakan teman sebelah kost Aiza.

Sosoknya yang pendiam dengan berpenampilan culun itu membuat Fikri terlihat tidak banyak bicara seperti Aiza. Fikri masih tinggal di kediaman orang tua mereka. Berbeda dengan Arvino yang sudah hidup mandiri dan mempunyai tempat tinggal sendiri.

"Kamu pasti bingung mengapa aku meminta bantuanmu kali ini apalagi aku jarang sekali melakukannya padamu." Arvino memilih duduk di pinggiran ranjang sambil menatap adiknya yang sedang berdiri didekat jendela kamar.

"Aku tertarik dengan salah satu mahasiswi di kampus kita. Sepertinya dia berpotensi untuk diajak kerja sama agar Ayah berhenti menjodohkanku dengan Adila."

"Adila?" Fikri mengerutkan dahinya. "Si Kakak desainer itu?"

Arvino mengangguk."Kamu benar. Setidaknya, dengan membawa mahasiswi yang aku maksud tadi, Adila tahu kalau aku punya calon sendiri."

"Apakah mahasiswi yang Kakak maksud itu adalah Aiza?"

"Kamu mengenalnya?"

Fikri mengangguk. "Dia teman Reva dan aku melihatnya beberapa hari yang lalu kalau Devika ada marah-marah dengan Aiza bahkan menyiram air pada wajah Aiza."

Arvino menghela napasnya. "Devika hanya seorang adik kecil bagiku yang kebetulan tetangga Ayah dan Bunda kita sejak dulu."

"Setidaknya Kakak tidak terlalu memperlihatkan diri dikampus ketika sedang mendekati Aiza Kak." lontar Fikri memperingatkan.

"Kamu mengkhawatirkan Aiza?" tanya Arvino terlihat tidak suka.

"Daripada kamu mengkhawatirkan Aiza, lebih baik kamu mengkhawatirkan dirimu sendiri untuk berubah penampilan. Aku saja tampan, masa kamu sebagai adikku tidak tampan?" Arvino memilih berdiri dari duduknya dan segera menuju pintu luar.

"Jangan lupa dengan semua instruksi yang aku berikan tadi malam untuk rencana kita nanti. Ah satu lagi." Arvino menghentikan langkahnya sebelum menutup pintu kamar adiknya dan kembali bersuara.

"Aku perhatikan lagi sepertinya Reva itu menyukaimu."

Fikri menatap kakaknya itu dan memilih diam karena baginya Reva tidak mungkin menyukai pria seperti dirinya yang terlihat culun apalagi tidak menarik dengan penampilannya yang hanya memakai kacamata tebal setiap harinya.

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Hari minggu ini adalah hari yang tersantai semua orang dengan berlibur bersama keluarga. Jalanan kota Samarinda terlihat ramai, beberapa wilayahnya mengalami kemacetan yang tidak begitu panjang. Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang,.

Akhirnya setelah tiba di lokasi butik muslimah yang bernama Adila's, baik Aiza, Reva dan Arvino pun segera keluar dari mobilnya setelah memarkirkannya dengan rapi.

"Ya ampun.. " gumam Reva yang terlihat antusias. "Aku bisa pastikan kalau didalam sana pasti banyak sekali koleksi pakaian-pakaian wanita yang bagus dan berkualitas. Ayo kita harus segera masuk kedalam!!" ajak Reva.

Aiza tersentak saat pergelangan tangannya ditarik oleh Reva dan kini mereka memasuki butik tersebut. Sedangkan Arvino, pria itu hanya tersenyum memandang keduanya ketika sudah memasuki butik Adila's.

Sesampainya didalam, Arvino sudah tidak melihat Aiza dan Reva lagi yang sepertinya sudah menghilang melihat koleksi-koleksi pakaian syar'i dan muslimah lainnya.

Arvino pun memilih mengedarkan pandangannya dan mendapati Adila sedang berbincang dengan salah satu customernya bertepatan saat tanpa sengaja pandangan mereka bertemu.

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya. Permisi." ucap Adila dengan sopan pada customernya dan segera mendatangi Arvino oleh raut wajah senyum cerianya.

"Hai Arvino. Sudah lama disini?"

Arvino mengulurkan tangannya hendak menyalami Adila namun dengan sopan Adila hanya tersenyum sambil menyatukan kedua tangan didepan dadanya. Arvino terlihat salah tingkah dan ikut menyatukan kedua tangannya juga didepan dadanya.

Sambil berbasa-basi, Arvino pun tersenyum tipis "Maaf waktu itu aku tidak bisa datang kemari saat openingmu. Kesibukanku menjadi Dosen dan membimbing para mahasiswa dalam pengerjaan skripsiannya membuatku benar-benar sibuk."

Adila hanya tersenyum manis menimpali omongan Arvino. "Tidak masalah Arvino. Aku mengerti."

Keduanya pun berbincang ringan mengenai bisnis dan hal lainnya. Kalau dilihat, Adila memang wanita berparas cantik yang usianya 27 tahun.

Kecerdasan dalam dunia bisnis dan profesinya sebagai desainer, membuat Adila berhasil mengembangkan sebuah butik Adila's dan baru saja opening beberapa hari yang lalu.

Dari kejauhan, Aiza menatap keduanya dengan nanar tanpa berkedip. Sekarang ia tahu, siapa pemilik butik muslimah ini.

"Dia.. cantik sekali." gumam Aiza dalam diamnya.

Ada rasa tidak percaya diri dalam Aiza terhadap Adila yang ternyata lebih cantik dan sukses. Tidak seperti dirinya yang hidup sederhana dan terkesan biasa-biasa saja.

Aiza pun memilih pergi dari sana dengan perasaan tidak menentu atau mungkin bisa dibilang cemburu dalam diamnya dan mengalihkan ke hal lainnya untuk kembali melihat koleksi pakaian-pakaian di butik tersebut.

Arvino yang sejak tadi berbincang dengan Adila tanpa sengaja ia pun menatap Aiza dari jarak beberapa meter darinya yang terlihat murung.ย 

"Ada apa dengannya?" tanya Arvinoย  dalam hati.

"Siapa gadis itu? Mengapa Arvino menatapnya seperti tatapan yang tidak biasa? Apakah, Arvino menyukainya?" gumam Adila dalam hati dan seperti ada rasa ketidakrelaan dihatinya

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Nah loh, mereka mulai saling menerka-nerka ๐Ÿ™„

Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya. Jangan lupa follow akun Webnovel Lia_Reza_Vahlefi

Terimakasih.

With Love

LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii