Chereads / Mencintaimu Dalam Diam / Chapter 13 - Chapter 12

Chapter 13 - Chapter 12

Dengan kesal, Aiza menyimpan kertas bertuliskan hutang dari Arvino kedalam lemari pakaiannya dan mulai berpikir untuk mencari pekerjaan atau menarik uang secara tunai di ATM yang berasal dari transferan Naura. 

Oh ayolah, uang senilai Rp 4.070.000 bagi anak kost seperti dirinya sangatlah banyak. Disisilain, kedilemaan mulai terjadi saat Aiza sadar kalau uang yang ditransfer dari Naura adalah sebuah amanah untuk biaya hidupnya di Samarinda sekaligus biaya uang semester kuliahnya..

Dengan mempersingkat waktu, Aiza segera bersiap diri untuk berangkat kuliah dan berharap tidak akan bertemu dengan Arvino yang sudah membuat moodnya hancur hari ini.

Sesampainya dijalan, Aiza memilih mempercepat langkahnya untuk tiba di kampus dan segera menuju kantin yang terlihat ramai untuk menikmati segelas jus mangga kesukaannya. Setelah memesan, Aiza memilih duduk di bangku pojokan kantin.

Butuh waktu beberapa menit untuk menunggu pesanan tersebut sampai akhirnya seorang ibu paruh baya yang mengantarkan jus Aiza.

"Maaf sepertinya Ibu salah orang." ucap Aiza dengan sopan. "Tadi saya memesan jus mangga. Bukan jus alpukat."

Ibu paruh baya itupun tersenyum. "Maaf Mbak. Jus ini dari Mas-mas yang ada di ujung sana." tunjuk si ibu paruh paya yang membuat Aiza mengikuti arah pandangnya.

Aiza terkejut, ternyata kiriman jus Alpukat itu berasal dari Arvino yang kini tersenyum kearah Aiza sambil mengedipkan salah satu matanya.

Mendadak Aiza bergidik ngeri. Tapi raut wajahnya tentu saja merona merah. Oh astaga, siapapun akan merasa iri jika diposisi Aiza yang kali ini mendapatkan segelas jus dari seorang pria tampan dan merupakan sosok Dosen favorit di kampus Universitas Negeri Samarinda.

Lagi-lagi dari kejauhan Arvino menampilkan raut wajah smirknya yang membuat hati Aiza semakin berdebar.

Ngomong-ngomong soal Arvino, Aiza teringat kejadian tadi pagi yang membuat moodnya menjadi hancur saat membaca surat hutang dari pria itu.

Aiza menghela napasnya dan kembali bad mood. Oh ayolah, Jangan bilang jus ini juga bayar dan tidak gratis? Dasar Arvino si tukang perhitungan! batin Aiza

Berusaha menahan kekesalannya, Aiza pun menatap si Ibu paruh baya tersebut. "Maaf Bu harga segelas jus alpukat ini berapa ya?"

"Oh ini? Rp.8000. Mbak."

Aiza merogoh tasnya kemudian mengeluarkan uang tunai Rp.8000 dan menyerahkan kepada Ibu paruh baya tersebut.

"Ini.." ucap Aiza seraya menyodorkan uangnya. "Maaf saya tidak bisa meminumnya Bu. Tapi saya akan membayarnya."

"Loh? Tapi Mbak-"

"Terima kasih Bu. Tolong katakan pada Mas-mas tadi kalau saya sudah membayarnya." Tidak mau berbasa-basi, Aiza memilih pergi dari sana dan mengabaikan Ibu paruh baya itu yang terlihat kebingungan.

Disisilain, melihat kejadian hal itu Arvino yang tadinya memasang raut wajah smirknya, akhirnya senyuman itu hilang begitu saja dibibirnya. Arvino mengerutkan didahinya karena bingung dan segera menghampiri Ibu paruh baya itu.

"Maaf Bu, ada apa dengan mahasiswi tadi? Kenapa dia tidak menerima jus alpukat pemberian dari saya?"

"Waduh saya tidak tahu ya Mas." lontar Ibu itu. "Saya lihat Mbak-mbak tadi sempat terdiam lalu nyerahin uang ini kesaya dan pergi begitu saja. Ini uangnya saya kembalikan ke Mas ya, kan tadi Mas sudah bayar."

Arvino tidak menyangka Aiza menolaknya dan sekarang ia sendiri jadi serba salah.

"Ah gini saja. Tolong Ibu bungkus ya, nanti saya kesini lagi ambil Jus alpukatnya."

"Iya Mas."

"Terima kasih Bu. Saya pergi dulu."

🖤🖤🖤🖤

Kekesalan kembali terjadi saat dosen yang ditunggu-tunggu Aiza sejak tadi sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya dan berakhir dengan waktu yang sia-sia.

Sambil berpikir sejenak apa yang harus ia lakukan dengan waktu yang ada, Aiza memilih pergi dari ruang kelasnya untuk memanfaatkan waktu tersebut untuk mencari pekerjaan paruh waktu.

Baru saja keluar dari ruangannya, ia melihat Arvino dari kejauhan dan Aiza mulai panik lalu memilih untuk membelokkan langkahnya menuju perpustakaan kampus.

"Aku harus pergi dari sini." gumam Aiza dan mulai membuka pintu perpus.

Tapi sayangnya Arvino sudah melihatnya dari kejauhan. Tanpa diduga Arvino mempercepat langkahnya dan mencegah Aiza. Arvino menghalangi Aiza sambil memegang kenop pintu perpustakaan.

Aiza terkejut. "Bapak?"

"Mencoba menghindari saya yang tampan ini ya?" cletuk Arvino tanpa basa-basi.

Aiza menggeleng. "Tidak. Maaf saya ada kepentingan-"

"Kepentingan apa? Kepentingan kamu sama saya." Arvino menatap Aiza yang memundurkan langkahnya seolah-olah gadis itu menjaga jarak dengan dirinya. "Simpel kok. Bagaimana? Mau jadi istri pura-pura saya?"

Aiza tidak habis pikir. Pria itu menagih hutang padanya tadi pagi melalui surat dan begitu bertemu secara langsung, si Dosen tampan itu malah menagihnya menjadi istri pura-puranya. Benar-benar aneh dan menyebalkan!

"Maaf saya tidak bisa." Aiza mengabaikan Arvino dan mulai merogoh tasnya, membuat pria itu mengerutkan dahinya bingung.

"Ini." Tanpa diduga, Aiza mengeluarkan uang sebesar Rp.70.000 dan menyerahkan pada Arvino. "Hutang saya sebanyak Rp.4.070.000, Sekarang saya sudah membayar

Rp. 70.000. Sisanya saya akan mengusahakannya."

Arvino terdiam menatap Aiza. Ada rasa salut dalam diri Arvino mendapati Aiza adalah gadis yang memiliki pendirian yang kuat dan bertanggung jawab. Memang, Arvino tidak mempermasalahkan semua hutang itu. 

Jauh dari lubuk hatinya yang terdalam ia sudah mengikhlaskan dan memang berniat membantu Aiza meskipun Devian terus saja memperingatinya.

Arvino hanya butuh Aiza sebagai calon istri pura-puranya karena Aiza sangat berpotensi. Itu saja dan tidak lebih. Menutupi siasatnya, Arvino bersidekap dengan raut wajah tidak perduli sambil mengangkat dagunya.

"Saya tidak mau." tolak Arvino oleh wajahnya yang menatap kesamping. "Saya sudah kaya bahkan uang Rp. 70.000 tidak ada apa-apanya bagi saya."

"Apa katanya? Sombong sekali." Ucap Aiza dalam hati.

"Tolong hargai saya. Setidaknya hutang saya bisa berkurang." tawar Aiza sekali lagi.

"Bagaimana dengan menjadi calon istri saya?"

"Maaf tidak bisa."

"Hanya berpura-pura saja Aiza."

"Tidak."

"Ugh, kamu cantik banget sih. Cantik kamu akan bertambah jika membantu saya. Mau tidak?"

Arvino kembali mengeluarkan jurus gombalan recehnya. Aiza tahu itu adalah keahlian Arvino, tapi tetap saja raut wajah Aiza merona merah.

Aiza berusaha untuk tidak gugup. "Pak. Tolong menyingkir. saya-"

"C'mon Aiza." potong Arvino lagi "Kadar kecantikanmu bertambah jika semua hutang kamu dengan saya lunas."

Aiza beristighfar berkali-kali dalam hati karena Arvino tidak menyerah dalam membujuk dirinya.

"Ayolah Aiza. Lumayan loh selain saya tampan setidaknya hutang kamu lunas."

Itu memang benar. Arvino memang tampan. Tapi harga diri nomor satu. Merasa hanya membuang-buang waktu, Aiza berniat untuk masuk saja kedalam perpustakaan daripada pergi ke tempat lain dengan Arvino yang kembali mengejarnya dan berakhir dengan bullyan dari mahasiswi lainnya jika melihatnya.

Dan lagi, Arvino mencegah Aiza dengan cara berdiri didepan pintu perpustakaan tersebut.

"Begini saja." Arvino mengaibakan Aiza yang kesal padanya.

"Bagaimana jika hutangmu yang Rp.70.000 itu diganti dengan menemani saya kebutik seorang wanita?" Arvino menatap Aiza yang terlihat diam namun ia yakin jika gadis itu mulai mempertimbangkan omongannya.

"Saya punya rekan. Dia baru saja membuka butik busana muslim dan saat opening saya tidak bisa hadir keacaranya karena sibuk. Berhubung besok saya tidak sibuk bagaimana kamu ikut dan menemani saya kesana?" Tawaran yang membuat Aiza berpikir apakah memilih iya atau tidak.

"Setidaknya secara tidak langsung hutang kamu berkurang."

Arvino terus membuat Aiza yakin, berharap jika gadis itu menyutujuinya. Disisilain, tatapan para mahasiswi yang lalu lalang melihat mereka membuat Aiza risih karena tatapan tersebut terlihat tidak suka sehingga kejadian dirinya yang pernah disiram dengan sebotol air mineral oleh Devika membuatnya terpaksa harus menganggukan kepalanya tanda setuju.

Senyum Arvino pun terbit dan ada rasa kesenangan dalam hatinya hingga Aiza kembali berucap.

"Tapi ada satu syarat Pak."

"Katakan saja."

"Saya menyetujui permintaan Bapak tapi dengan syarat harus membawa seseorang diantara kita."

"Seseorang?" Arvino mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Saya tidak ingin terjadi fitnah tentang hal ini diantara kita. Disisilain, Bapak juga bukan mahram saya."

"Baiklah jika itu maumu. Saya akan mengajak Reva." ucap Arvino dengan santai. Aiza tidak banyak berkomentar dan kembali merogoh tasnya kemudian mengeluarkan buku catatan kecil dan sebuah pulpen lalu menuliskan sesuatu disana kemudian menyerahkan pada Arvino.

"Tolong Bapak tanda tangani disini sebagai bukti."

Arvino menerima buku catatan kecil tersebut dan membacanya.

"Samarinda, 22 Oktober 2008."

Membayar hutang pada Pak Arvino sebesar Rp. 70.000 namun digantikan dengan menemani beliau ke butik busana muslim secara sadar tanpa paksaan. Sisa hutang, Rp. 4.000.000."

Ttd,

Arvino Azka.

Arvino hanya diam dan menurut kemudian menandatanginya selagi bergumam.

"Sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot. Kalau kamu jadi istri saya, semua hutang kamu lunas. Dikasih yang mudah kok tidak mau. Apalagi kamu gadis yang cantik. Saya suka sama wajah kamu yang manis." lontar Arvino sambil menyerahkan pada Aiza.

Terima kasih tawarannya, tapi maaf, saya tidak bisa.." Ucap Aiza lalu memasukan catatanya kedalam tas dan pergi begitu saja oleh raut wajahnya yang merona merah dipipinya.

Arvino tersenyum sendiri melihat Aiza salah tingkah dan segera merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang. 

Arvino tersenyum sendiri melihat Aiza salah tingkah dan segera merogoh ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Halo, Fikri? Iya ni aku, kakak butuh bantuanmu untuk besok."

🖤🖤🖤🖤

Selain pemaksaan Arvino itu pantang menyerah 😂

Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya.

Sehat selalu biuat kalian ya.

With Love

LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii