Aiza menatap tumpukan tugasnya yang lumayan banyak setelah mencetaknya dengan menggunakan alat printer.
Ini semua gara-gara Arvino yang tadi siang menyobek tugasnya dengan seenaknya sehingga membuat Aiza harus mengerjakannya dua kali.
Ya ampun, ini sih namanya pemborosan kertas HVS dan tinta printer apalagi anak kost seperti dirinya harus sebisa mungkin menghemat pengeluarannya.
Beberapa menit yang lalu, Naura baru saja mengirimkan pesan singkat kalau Kakak kandungnya itu sudah mentransfer sejumlah uang untuk biaya hidupnya di Samarinda.
Naura memang baik tapi Aiza juga harus mencari pekerjaan sehingga dapat mengurangi beban Kakaknya. Sudah hampir seminggu lebih Aiza tinggal dikota ini namun belum sempat mencari sebuah pekerjaan mengingat banyaknya tugas yang harus ia kerjakan.
Aiza mengerutkan dahinya ketika printer yang ia gunakan terjadi masalah dan sekarang ia tahu penyebabnya bahwa isi tinta printer tersebut telah habis.
Mengetahui hal itu, Aiza memilih menunda sejenak dan berniat keluar kost untuk membeli isi tinta printer ditoko komputer terdekat.
Aiza melirik kearah jam di dinding kamar kostnya. "Pukul 21.00 Malam. Hm, masih ada waktu sekitar satu jam sebelum semua toko komputer yang ada di daerah sini tutup."
Aiza segera mengenakan hijabnya dan meraih jaket kemudian keluar dari kamarnya bertepatan saat Reva yang baru saja pulang dari belanja disebuah minimarket dengan dua kantung plastik ditangannya. Reva menatap Aiza yang terlihat buru-buru
"Hai Za, mau kemana?"
"Em, aku mau ketoko komputer. Tinta printerku habis."
Reva ingin menjawab namun Aiza sudah pergi begitu saja hingga sebuah pemikiran terlintas dibenak Reva.
"Aiza tunggu!" Aiza mendongakkan wajahnya keatas ketika sudah dibawah tangga. "Ada apa?"
"Ini." Reva merogoh saku celananya dan melemparkan sebuah kunci motor kearah Aiza dan dengan sigap Aiza menangkapnya.
"Pakai saja motorku untuk mempersingkat waktumu. Satu jam lagi toko computer tutup.
"Tidak." Aiza menggeleng. "Aku tidak ingin merepotkanmu."
"Oh ayolah Za, setidaknya kamu tidak jalan kaki dan jangan lupakan sepertinya malam ini akan turun hujan."
Aiza menimbang sesaat dan Reva benar. Hawa hembusan angin malam yang dingin sebagai tanda hujan akan turun begitu terasa dipori-pori kulitnya sehingga membuat Aiza pada akhirnya mengangguk.
"Baiklah terima kasih, aku pergi dulu."
Reva mengangguk dan Aiza pun melenggang pergi menuju parkiran motor yang sudah disediakan oleh pemilik kost.
Reva berniat memasuki kamar kostnya, namun suatu hal yang sangat penting membuat Reva mengurungkan niatnya dan segera keluar menuruni anak tangga dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Aiza tunggu!!!!!"
Aiza sudah menaiki motor matik milik Reva dan bersiap menghidupkan mesin motornya. Ia pun menoleh kearah Reva.
"Apa lagi?"
"Ini penting! Kurangi kecepatan saat mengendarainya.. Kampas rem motorku sedikit bermasalah dan aku belum sempat memperbaikinya di bengkel."
"Tapi kamu jangan khawatir Za. Motorku masih bisa digunakan baik asal kamu mengurangi kecepatannya."
Aiza hanya mengangguk dan mulai menghidupkan mesin motor Reva untuk segera pergi karena waktu yang sangat sedikit sebelum hujan akan turun sebentar lagi. Butuh waktu kurang lebih 45 menit yang Aiza tempuh untuk mendatangi sebuah toko komputer hanya untuk membeli tinta printer yang ia butuhkan.
Sebenarnya, jika motor Reva baik-baik saja, mungkin Aiza bisa tiba disana hanya memakan waktu kurang lebih 25 menit. Ternyata Aiza memang harus berhati-hati dalam mengendarai motor matik milik Reva sesuai instruki dari temannya itu.
Setelah membeli apa yang dibutuhkan Aiza, ia pun kembali mengendari motor Reva bertepatan saat rintik hujan mulai turun. Aiza dilanda kepanikan terlebih diirinya baru saja sembuh dan tidak ingin kembali sakit apalagi berakhir diopname seperti beberapa hari yang lalu.
Aiza Melupakan instruksi dan pesan dari yang disampaikan dari Reva mengenai motornya, Aiza mengendarai motor matik Reva dengan kecepatan penuh untuk menghindari rintikan hujan yang mulai turun dengan deras.
Hanya membutuhkan waktu beberapa menit Aiza akan tiba dikostnya namun lagi-lagi kepanikan mulai menerjang dirinya saat rem motor tersebut mendadak blong.
"Ya Allah, aku lupa jika rem motor ini sedang bermasalah." panik Aiza
Aiza berusaha mengerem motor Reva namun tidak berfungsi sama sekali bahkan wajah Aiza terlihat pucat. Sekelebat pemikiran yang tidak-tidak terlintas begitu saja bahkan ia pun mulai berpasrah diri saat tidak bisa mengendalikannya dan berakhir dengan menabrak bagian belakang mobil seseorang yang sedang terparkir didepan kostnya lalu Aiza pun terjatuh begitu saja.
Aiza merasakan kesakitan diseluruh tubuhnya dan tidak menyadari jika si pemilik mobil tersebut keluar.
"Aiza!!!"
Aiza terkejut jika pemilik mobil tersebut adalah Arvino dan segera mencegahnya sebelum mendekati dirinya dengan salah satu tangannya.
"Jangan mendekat!"
"Aiza!!!" Reva sangat panik dan segera mendatangi Aiza bahkan mengabaikan dirinya yang ikut basah kuyub karena menolong Aiza. Aiza menoleh kearah Reva lalu tatapannya beralih kearah Arvino.
"Jangan mendekat Pak!"
Arvino terkejut. "Tapi-"
"Bapak bukan mahram saya, tolong bantu bedirikan motor ini saja." Aiza meringis kesakitan saat ia menyadari salah satu kakinya tertindih oleh motor Reva.
Dengan sigap, Arvino mendirikan motor Reva dan membawanya menuju parkiran kost sedangkan Reva, wanita itu sudah sigap menolong Aiza yang terlihat susah payah untuk berdiri.
Arvino tidak habis pikir, bagaimana mungkin Aiza menolak bantuannya sementara dirinya perduli dengan kondisi gadis itu? Tapi ia tidak bisa mengelak jika Aiza membatasi dirinya pada seseorang yang bukan mahramnya.
"Aiza, aku benar-benar minta maaf jika pada akhirnya kamu begini." sesal Reva.
"Aku tidak apa-apa." Aiza meringis. "Aku yang salah karena melupakan pesanmu."
"Tapi-"
"Sebaiknya kita bawa Aiza kerumah sakit. Saya khawatir dengan kondisi kakinya." Sela Arvino tiba-tiba.
Reva mengerutkan dahinya dan sejak tadi bertanya-tanya mengapa Dosennya itu berada didepan kostnya?
Sedang apa dia? Apakah pria itu berniat menjemput salah satu penghuni kost disini lalu berkencan diluar sana? Atau Dosen tampan itu memiliki saudara yang tinggal dikost ini? Dan Reva memilih diam tanpa banyak bicara karena konidisi Aiza sangat penting saat ini.
"Terima kasih Bapak sudah perduli dengan saya tapi maaf, saya menolaknya karena tidak ingin menambah beban hutang saya." tukas Aiza.
"Saya tidak berpikir hal itu. Kondisimu lah yang terpenting saat ini Aiza."
"Aiza, apa yang dikatakan Pak Arvino benar." bujuk Reva. "Setidaknya kita periksakan kondisi kakimu."
"Aku-" Tanpa diduga Arvino bertindak lebih cepat dan menggendong tubuh Aiza secara bride style hingga membuat Aiza terpekik.
"Apa yang Bapak lakukan?! Turunkan saya karena Bapak bukan-"
"Saya tahu kalau saya bukan mahrammu. Tapi saat ini situasi sedang darurat dan saya tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Reva, ikut saya kita kerumah sakit sekarang!"
Mereka pun akhirnya pergi menuju rumah sakit menggunakan mobil dengan kondisi bagian belakangnya terlihat rusak akibat ditabrak oleh Aiza. Selama perjalanan, berulang kali Arvino menatap Aiza melalui spion tengah yang berada diatas kepalanya dan memastikan Aiza baik-baik saja.
Sesampainya dirumah sakit, Devian yang baru saja keluar dari UGD pun terkejut saat mendapati Arvino menggendong tubuh seorang gadis yang terlihat menahan rasa sakit. Devian segera menarik kursi roda dan mendorongnya kearah Arvino.
"Vino! Apa yang terjadi?"
"Dev, kebetulan kamu ada saat ini. Dia mahasiswiku dan baru saja jatuh dari motor. Tolong periksa dia sekarang." panik Arvino dan dengan perlahan membantu Aiza secukupnya untuk mendudukannya dikursi roda.
Devian yang merupakan sahabat Arvino dan berprofesi sebagai dokter umum pun akhirnya segera memberikan pertolongan pertama pada Aiza menuju UGD.
Bahkan tanpa Aiza, Reva dan Devian sadari, sejak tadi Arvino berusaha menahan smirknya oleh pemikiran yang terus terlintas dibenaknya meskipun ia sedikit jahat atau mungkin tidak berperasaan.
"Wah, bukankah ini situasi yang tepat?"
Dalam jarak beberapa meter, Devian sempat menatap Arvino penuh curiga namun kembali berkonsentrasi dengan Aiza yang membutuhkan pertolongan pertama.
"Mobil bagian belakangku dan motor Reva sama-sama rusak, bahkan sekarang ini ditambah biaya rumah sakit lagi dan oh! jangan lupakan biaya rawat inap kemarin yang belum Aiza lunasi." kekeh Arvino dalam hati dan menatap Aiza dari kejauhan yang kini sedang diperiksa oleh Devian dan tim tenaga medis lainnya.
🖤🖤🖤🖤
Dasar Arvino. Rupanya tidak ikhlas dia. Bahkan berniat licik 😖
Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya..
Terimakasih.
With Love
LiaRezaVahlefi
Instagram: lia_rezaa_vahlefii